- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Ketakutan Yang Salah


TS
event2
Ketakutan Yang Salah
Di tengah malam yang gelap, hening, dan sepi, aku terbangun dari tidurku kerena merasakan haus yang se'akan-akan telah membakar seluruh tenggorokanku.
Saat hendak melangkahkan kaki ke'arah dapur, sejenak kuperhatikan ruang keluarga dan ruang tamuku yang begitu gelap dan pekat. Aku merasakan sesuatu di sana.
“Aku salah lihat, 'kan?” Aku membohongi diriku sendiri saat mataku melihat sebuah bayangan hitam melintas di jendela ruang tamu. Aku tak mau terlalu peduli dengan hal itu, walaupun nyatanya rasa takut kini bergolak di perutku.
Aku terlalu malas untuk menyalakan lampu yang ada di dapur. Dengan hanya bermodalkan cahaya handphone yang sebenarnya seperti ingin tenggelam di kegelapan malam, Aku pun bergegas minum untuk meredakan haus yang ada di tenggorokanku.
Saat aku hendak kembali ke kamar, tiba-tiba suara serak dan dingin terdengar dari arah pintu dapur yang sangat gelap dan sunyi. Gelapnya mampu membuat seseorang tenggelam, jika terlalu lama melihatnya.
“K-kesya ...!”
Suara itu terdengar jelas di telingaku. Suara-nya begitu dingin dan parau. Suaranya se'akan-akan tercekat di tenggorokan.
Aku tak berani menoleh. Bahkan hanya bergerak pun rasanya sangat berat. Seperti ada batu yang terikat di kakiku.
Udara dingin menggantung di udara.
Jantungku berdegup semakin kencang dan tak beraturan. Keringat dingin mulai membasahi wajah dan tengkukku. Aku mengepalkan tanganku saat aku mulai merasakan ketakutan menjalar dari perut hingga ke kepalaku.
“T-tolong ...!”
Suaranya yang begitu dingin se'akan-akan menampar telingaku. Aku berlari dengan cepat ke arah kamar karena mulai tak sanggup mendegar suara yang mengerikan itu. itu jenis suara yang dapat membuatmu kehilangan kesadaran saat kau mendengarnya. Terlebih lagi jika kau seorang diri, dalam ke'adaan gelap dan sepi.
Kutarik selimut hingga menutupi kepalaku. Kucoba untuk tidur walaupun sulit rasaya. Dan pada akhirnya, aku pun tertidur hingga pagi hari menyapaku dengan udara dinginnya.
Tapi, saat aku melangkah ke dapur pagi itu, pemandangan mengerikan menyambutku di pintu dapur. Aku tak akan melupakan bagaimana rasa bersalah dan penyesalan yang menyerangku waktu itu. Rasa penyesalan se'akan-akan memukul keras kesadaranku.
Pagi itu, Ayahku kutemukan dalam kondisi terlentang, dengan darah di sekujur tubuhnya. Ia telah tewas karena sebuah pisau menancap dalam di bagian lehernya.
Sekarang aku paham. Sekarang aku tau suara apa yang memanggilku semalam.
Tapi, sudah terlambat bagiku untuk menyadarinya. Sudah terlambat bagiku untuk mengetahui siapa di balik semua ini.
“Bayangan hitam sialan!”
Tolitoli, 31 Juli 2021
.
Saat hendak melangkahkan kaki ke'arah dapur, sejenak kuperhatikan ruang keluarga dan ruang tamuku yang begitu gelap dan pekat. Aku merasakan sesuatu di sana.
“Aku salah lihat, 'kan?” Aku membohongi diriku sendiri saat mataku melihat sebuah bayangan hitam melintas di jendela ruang tamu. Aku tak mau terlalu peduli dengan hal itu, walaupun nyatanya rasa takut kini bergolak di perutku.
Aku terlalu malas untuk menyalakan lampu yang ada di dapur. Dengan hanya bermodalkan cahaya handphone yang sebenarnya seperti ingin tenggelam di kegelapan malam, Aku pun bergegas minum untuk meredakan haus yang ada di tenggorokanku.
Saat aku hendak kembali ke kamar, tiba-tiba suara serak dan dingin terdengar dari arah pintu dapur yang sangat gelap dan sunyi. Gelapnya mampu membuat seseorang tenggelam, jika terlalu lama melihatnya.
“K-kesya ...!”
Suara itu terdengar jelas di telingaku. Suara-nya begitu dingin dan parau. Suaranya se'akan-akan tercekat di tenggorokan.
Aku tak berani menoleh. Bahkan hanya bergerak pun rasanya sangat berat. Seperti ada batu yang terikat di kakiku.
Udara dingin menggantung di udara.
Jantungku berdegup semakin kencang dan tak beraturan. Keringat dingin mulai membasahi wajah dan tengkukku. Aku mengepalkan tanganku saat aku mulai merasakan ketakutan menjalar dari perut hingga ke kepalaku.
“T-tolong ...!”
Suaranya yang begitu dingin se'akan-akan menampar telingaku. Aku berlari dengan cepat ke arah kamar karena mulai tak sanggup mendegar suara yang mengerikan itu. itu jenis suara yang dapat membuatmu kehilangan kesadaran saat kau mendengarnya. Terlebih lagi jika kau seorang diri, dalam ke'adaan gelap dan sepi.
Kutarik selimut hingga menutupi kepalaku. Kucoba untuk tidur walaupun sulit rasaya. Dan pada akhirnya, aku pun tertidur hingga pagi hari menyapaku dengan udara dinginnya.
Tapi, saat aku melangkah ke dapur pagi itu, pemandangan mengerikan menyambutku di pintu dapur. Aku tak akan melupakan bagaimana rasa bersalah dan penyesalan yang menyerangku waktu itu. Rasa penyesalan se'akan-akan memukul keras kesadaranku.
Pagi itu, Ayahku kutemukan dalam kondisi terlentang, dengan darah di sekujur tubuhnya. Ia telah tewas karena sebuah pisau menancap dalam di bagian lehernya.
Sekarang aku paham. Sekarang aku tau suara apa yang memanggilku semalam.
Tapi, sudah terlambat bagiku untuk menyadarinya. Sudah terlambat bagiku untuk mengetahui siapa di balik semua ini.
“Bayangan hitam sialan!”
Tolitoli, 31 Juli 2021
.
0
2.8K
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan