event2Avatar border
TS
event2
Dibalik Wajah Cantiknya
Punggung Helen di pukul dari belakang, hingga kesadarannya hilang. Sementara bu Surti sendiri bersembunyi di bawah meja ketika melihat Helen di seret oleh seseorang yang di kenalinya.

"Bara??" gumam bu Surti seperti tak percaya dengan apa yang telah di lihatnya.

Dia membekap mulutnya sendiri menatap takut pada Bara yang sedang berusaha mengikat Helen pada sebuah tiang menggunakan rantai besi yang sudah di siapkan nya, sementara Helen belum sadar dari pingsannya.

Seketika tubuh wanita paruh baya itu bergetar hebat, peluh telah membanjiri baju tipis nya membasahi semua bagian tubuhnya, dan ia semakin merapatkan tubuh ringkih nya pada dinding di bawah meja yang menjadi tempat persembunyian nya.

Di saat-saat menegangkan, tiba-tiba bu Surti merasakan kakinya seperti di tarik, namun ia tak berani untuk sekedar membuka matanya. Ia hanya pasrah jika harus menjadi korban selanjutnya. Jiwanya sudah cukup lelah menghadapi kenyataan rumit yang menurut nya tak pernah ia ciptakan.

Dia berteriak sekuat yang dia bisa, mungkin ini yang akan menjadi teriakan terakhirnya. Karena setelah ini pasti dia tidak akan bisa menghirup udara lagi, dia pasti mati.

"aaahhh!! Kamu siapa? Pergi, pergi jangan sakiti aku!" ucap bu Surti dengan menutup matanya kuat-kuat.

"Ibu, bu! Bangun bu, ini aku." ucap Alvin pelan sembari menepuk pipi mertuanya itu yang dikiranya meracau dalam tidurnya.

"Aku Alvin bu! Helen mana?" tanya Alvin celingukan mencari keberadaan Helen.

Akhirnya bu Surti memberanikan dirinya untuk membuka matanya, seketika dadanya terasa lega karena yang menariknya tadi ternyata Alvin, menantunya.

"Alvin, tolong---tolong----tolongin Helen! Dia dalam bahaya!" ucap bu Surti terbata-bata, karena tak mampu menguasai dirinya dalam rasa ketakutan yang semakin bertambah.

"iya bu tenang , iya. Sekarang Helen dimana? Dimana bu?" tanya Alvin yang memegang tangan bu Surti, seolah memberi kekuatan.

"ta--tadi Helen di seret oleh Bara dan mengikatnya pada sebuah tiang dengan memakai rantai besi, setelah itu ibu tidak tau apa yang Bara lakukan padanya. Tolong selamatkan dia!" jawab bu Surti dengan mengatupkan kedua tangannya, memohon agar Alvin segera menolong Helen.

Bu Surti benar-benar khawatir akan diri Helen, meskipun dia sendiri tidak yakin kalau Helen benar-benar selamat.

"iya bu, aku janji akan melepaskan Helen dari Bara! Sekarang ibu sembunyi di tempat yang aman ya, biar Alvin tidak khawatir meninggalkan ibu." ucap Alvin sembari menarik tangan bu Surti membawanya ke tempat yang menurut nya aman.

"sekarang ibu sembunyi disini, jangan kemana-mana. Dan tunggu aku sampai kembali kesini membawa Helen." ucap Alvin lagi, kekhawatiran sangat tergambar jelas di raut wajah tampannya.

"iya nak, pergilah! Ibu tunggu disini." ucap bu Surti lemas namun ia memaksakan bibirnya tersenyum agar tak ada keraguan dalam diri Alvin.

Kemudian Alvin melangkah meninggalkan bu Surti sendiri dalam ruangan gelap dan pengap yang menjadi tempat persembunyian ibu mertuanya itu. Ia berharap agar semuanya baik-baik saja dan segera mengungkap kasus ini.

Dengan mantap Alvin membuka satu persatu ruangan di dalam rumah itu dan mengecek nya, namun belum juga menemukan keberadaan Helen. Kemudian ia melangkah dari ruangan satu ke ruangan lainnya.

Hingga tibalah ia keruangan terakhir yang belum di jamah olehnya, ia memutar handle pintu diruangan itu, namun ternyata ruangan itu terkunci dari luar. Ia berusaha mendobrak nya tapi tenaganya kalah, pintu itu sama sekali tak bergerak meskipun Alvin sudah menubruk kan tubuhnya.

"ah sial! Apa yang harus aku lakukan sekarang, sementara pintunya terkunci?"
"Aku tidak mungkin memanggil nama Helen, karena bisa terdengar oleh mereka." ucap Alvin pada dirinya sendiri, sembari berfikir bagaimana caranya menemukan Helen.

Ia mondar-mandir di depan ruangan itu, melihat dari lubang kunci, namun tertutup. Ventilasi pun tak ada untuk sekedar menengok ke dalam.

Alvin benar-benar putus asa karena tak menemukan cara apapun untuk membuka pintu itu, namun ia mengingat sesuatu. Ia berjalan ke arah dapur dengan langkah yang sangat hati-hati. Ia tak mengerti kenapa Bara tega melakukan semua ini.

Ia berfikir bisa bernafas lega setelah lepas dari kejaran Dara, namun ia menemukan orang baru yang lebih beringas.

Sesampainya di pintu dapur, ia mencari sebuah bel*ti yang di gunakan Rani siang tadi untuk memotong daging, entah daging rusa atau manu*ia. Alvin yakin, pasti Rani menyimpan nya disini.

Tak lama kemudian, ia menemukan dua buah bel*ti yang tersusun di dinding dekat susunan loyang yang baunya sangat amis. Kalau tak mengingat keadaannya, mungkin sekarang ia sudah memuntahkan isi perutnya.

Alvin mengambil kedua bel*ti itu. Satu bel*ti di selipkan di bagian pinggangnya, dan satunya lagi ia pegang dengan tangan kanan nya, kemudian berjalan kembali ke ruangan yang terkunci tadi.

Jantungnya bekerja dua kali lebih cepat, setelah mendengar langkah kaki yang semakin mendekati ruangan yang di tuju nya. Ia bersembunyi di balik dinding dengan nafas yang tak beraturan. Berasa nyawa sudah di ujung tanduk.

Luka sayatan yang di berikan istrinya tak lagi di hiraukan nya, pulang dengan membawa satu tangan pun sudah sangat beruntung dalam keadaan seperti itu menurutnya.

Dia menajamkan pendengarannya, namun langkah kaki itu tak terdengar lagi. Ia kembali melangkah ke ruangan yang terkunci tadi. Sesampainya di depan pintu itu, ia mengayunkan bel*ti tadi tepat di lubang kunci, ia menghantam nya berulang-ulang hingga kunci itu berhasil di buka nya.

Seketika senyum Alvin mengembang, sebentar lagi ia akan menemukan Helen dan membawanya pergi dari sini. Perlahan tangan nya membuka pintu itu, namun dari arah belakang seseorang sedang tertawa keras seakan menertawakan dirinya.

"apakah kamu cari wanita breng*ek ini?" tanya seseorang yang suaranya sangat tidak asing bagi Alvin.

Kemudian Alvin membalikkan badannya, mata Alvin membulat ketika melihat seseorang yang tak ingin lagi di jumpai nya kini berada tepat di hadapannya. Sayang sekali, keberuntungan belum berpihak padanya.

Di belakang seseorang itu, ada seorang wanita yang sedang meringis menahan sakit, tangan dan kaki nya terikat besi, sementara di lehernya ada sebuah tali. Sekujur tubuhnya penuh luka dan dar*hnya menetes ke lantai.

"Helen, apa kamu tidak apa-apa?" tanya Alvin dengan mendekati tubuh Helen.

Namun Helen tak mengeluarkan sepatah kata pun, karena mulutnya tersumpal kain.

"kamu mau kembali atau ku patah kan leher wanita ini?" tanya seseorang itu.

Brukkk..!!!

Alvin terjatuh dan luruh ke lantai, ternyata....

Bersambung...

0
9.7K
0
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan