- Beranda
- Komunitas
- Sports
- Berita Olahraga
Suporter ini telah membeli 197 tiket, tapi tidak bisa menyaksikan Olimpiade.


TS
User telah dihapus
Suporter ini telah membeli 197 tiket, tapi tidak bisa menyaksikan Olimpiade.
"Saya menangis setiap melihat tiket-tiket Olimpiade ini." begitulah kira-kira perkataan Kazunori Takishima, seorang super fans timnas Jepang yang telah berkeliling dunia untuk mendukung timnas Jepang di setiap Olimpiade selama 15 tahun terakhir. Kazunori Takishima rela menghabiskan banyak uang untuk pergi ke seluruh dunia hanya untuk mendukung timnas Jepang di laga Olimpiade. Oleh sebab itu saat tahun lalu Jepang terpilih sebagai tuan rumah Olimpiade 2020 ia merasa sebagai sebuah mimpi yang menjadi kenyataan untuk dapat membela timnas negaranya di kota kelahirannya sendiri, Tokyo. Namun apa daya, pandemi telah memupuskan mimpi yang menjadi kenyataannya itu.

Gan and sis, Kazunori Takishima ini bukan fans kaleng-kaleng loh, untuk mendukung timnas Jepand di olimpiade 2020 ini, dia menghabiskan sekitar Rp. 560.000.000.- hanya untuk membeli tiket. Setidaknya ia dan teman-temannya mendapatkan 197 tiket yang dibelinya sejak penjualan tiket dibuka pada Mei 2019 yang lalu. Dengan harapan ia dan teman-temannya dapat menjajal sebanyak mungkin pertandingan Olimpiade Tokyo 2020, yang dimulai pada 23 Juli. Sebelumnya, Takishima telah menyaksikan sekitar 106 pertandingan Olimpiade secara langsung di berbagai kota dan negara, seperti di Turin, Beijing, Vancouver, London, Sochi, Rio, dan Pyeongchang Korea Selatan.
Kazunori Takishima mengakui bawa ia telah mengorbankan banyak waktu, biaya dan usaha untuk membeli tiket Olimpiade yang juga diburu oleh orang-orang di seluruh dunia. Tapi bagi seorang pengusaha real estat berusia 45 tahun ini, pengorbanannya itu bukan hanya sebagai dukungan bagi tim negaranya semata, sebab jika tiket terakhirnya ia gunakan maka ia akan memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk kehadiran di acara Olimpiade. Tapi apa boleh dikata, pandemi ini telah memupuskan semuanya. Kazunori Takishima kini sedang menanti pengembalian uang untuk tiket yang dia beli. "Yang saya miliki sekarang hanyalah kesedihan, dan setiap kali saya melihat tiketnya, saya menangis," kata Takishima. "Aku sangat sedih." Sebagai informasi, rekor saat ini adalah 128. Seandainya dia diizinkan menghadiri Olimpiade di Tokyo, dia akan mencapai 134.

Kecintaan Takishima pada Olimpiade musim panas dimulai pada tahun 2005 ketika ia melihat kompetisi skating untuk pertama kalinya, ia sangat terharu saat melihat atlet senegaranya, Mao Asada, memenangkan pertandingan. Saat itu, Takishima sangat terharu mendengar tepuk tangan dan riuh dari penonton dan suasana bangga atas kemenangan atlet Jepang. Dan setelah itu ia langsung membeli tiket Olimpiade musim dingin Torino 2006 di Italia. Dan pengalaman ini sangat berkesan baginya dan bertekad akan melakukannya lagi sampai akhir hidupnya. "Saya pergi ke sana dengan sedikit harapan," katanya. "Tapi ketika saya melihat Shizuka Arakawa memenangkan medali emas, itu sangat menginspirasi saya sehingga saya pergi ke Olimpiade sejak itu."

Mao Asada
Dia mengatakan bahwa semangat semua atlet membuatnya ketagihan untuk terus menyaksikan pertandingan Olimpiade. “Ketika saya melihat air mata kegembiraan mereka ketika memenangkan medali, atau air mata frustrasi mereka saat kalah, itu membuat saya ingin bekerja lebih keras,” katanya. "Saya mendapatkan keberanian dan emosi seperti itu setiap kali saya pergi."
Saat ini, akibat pandemi di seluruh dunia, para atlet, terutama atlet tuan rumah, akan mendapatkan dampak paling buruk karena kurangnya dukungan di tribun, katanya. "Sungguh kehilangan besar ketika keluarga Anda tidak bisa datang," kata Takishima. "Jadi saya harap semua orang setidaknya akan mendukung mereka di depan TV, tapi itupun pasti tidak cukup."

Seperti kita ketahui hanya anggota media dan pejabat terpilih yang diizinkan untuk menonton acara di Olimpiade tahun ini, yang ditunda dari musim panas 2020 karena pandemi. Itu pun mereka akan menjalani tes swab setiap hari untuk mencegah kehadiran orang-orang yang mungkin terpapar.
Keputusan pejabat Olimpiade untuk melarang penonton dirancang untuk mencegah penyebaran Covid-19. Jepang baru saja memasuki keadaan darurat keempat ketika kasus virus corona meningkat, dengan lebih dari 1.000 kasus harian dilaporkan hanya di Tokyo minggu ini.
Tapi Takeshima percaya bahwa penularan di Tokyo sebenarnya akan rendah, sebab saat ini saja jutaan orang per hari masih menggunakan kereta bawah tanah di Tokyo. "Keputusan pemerintah dan penyelenggara melarang penonton sebenarnya dibuat hanya berdasarkan emosi bukan dari angka-angka," kata Takishima. "Saya pikir negara-negara Eropa yang tetap menyelenggarakan pertandingan Piala Eropa membuat keputusan yang tepat. Saya sangat kecewa dengan pemerintah dan panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo." penyesalan Takeshima. "Perbedaan terbesar antara Inggris dan AS dan Jepang adalah Jepang lambat membuat keputusan politik dan tidak mampu mengambil risiko," tambahnya.

Terlepas dari kekecewaannya, dia mengatakan pengalaman itu tidak akan membuatnya berhenti menjadi penggemar berat Olimpiade. "Saya akan terus mengunjungi dan mendukung Olimpiade sampai saya mati," kata Takishima. "Sementara saya masih bisa bergerak, saya berencana untuk terus melihat semua Olimpiade dari pembukaan hingga penutupan. Dan saya akhirnya bisa memecahkan rekor." Sebab jika uang tiketnya dikembalikan, Olimpiade Musim Dingin di Beijing atau Pertandingan Musim Panas di Paris pada 2024 akan menjadi perhatiannya.
Pustaka :
- CNN Sport
- DW Sport

Gan and sis, Kazunori Takishima ini bukan fans kaleng-kaleng loh, untuk mendukung timnas Jepand di olimpiade 2020 ini, dia menghabiskan sekitar Rp. 560.000.000.- hanya untuk membeli tiket. Setidaknya ia dan teman-temannya mendapatkan 197 tiket yang dibelinya sejak penjualan tiket dibuka pada Mei 2019 yang lalu. Dengan harapan ia dan teman-temannya dapat menjajal sebanyak mungkin pertandingan Olimpiade Tokyo 2020, yang dimulai pada 23 Juli. Sebelumnya, Takishima telah menyaksikan sekitar 106 pertandingan Olimpiade secara langsung di berbagai kota dan negara, seperti di Turin, Beijing, Vancouver, London, Sochi, Rio, dan Pyeongchang Korea Selatan.
Kazunori Takishima mengakui bawa ia telah mengorbankan banyak waktu, biaya dan usaha untuk membeli tiket Olimpiade yang juga diburu oleh orang-orang di seluruh dunia. Tapi bagi seorang pengusaha real estat berusia 45 tahun ini, pengorbanannya itu bukan hanya sebagai dukungan bagi tim negaranya semata, sebab jika tiket terakhirnya ia gunakan maka ia akan memecahkan Rekor Dunia Guinness untuk kehadiran di acara Olimpiade. Tapi apa boleh dikata, pandemi ini telah memupuskan semuanya. Kazunori Takishima kini sedang menanti pengembalian uang untuk tiket yang dia beli. "Yang saya miliki sekarang hanyalah kesedihan, dan setiap kali saya melihat tiketnya, saya menangis," kata Takishima. "Aku sangat sedih." Sebagai informasi, rekor saat ini adalah 128. Seandainya dia diizinkan menghadiri Olimpiade di Tokyo, dia akan mencapai 134.

Kecintaan Takishima pada Olimpiade musim panas dimulai pada tahun 2005 ketika ia melihat kompetisi skating untuk pertama kalinya, ia sangat terharu saat melihat atlet senegaranya, Mao Asada, memenangkan pertandingan. Saat itu, Takishima sangat terharu mendengar tepuk tangan dan riuh dari penonton dan suasana bangga atas kemenangan atlet Jepang. Dan setelah itu ia langsung membeli tiket Olimpiade musim dingin Torino 2006 di Italia. Dan pengalaman ini sangat berkesan baginya dan bertekad akan melakukannya lagi sampai akhir hidupnya. "Saya pergi ke sana dengan sedikit harapan," katanya. "Tapi ketika saya melihat Shizuka Arakawa memenangkan medali emas, itu sangat menginspirasi saya sehingga saya pergi ke Olimpiade sejak itu."

Mao Asada
Dia mengatakan bahwa semangat semua atlet membuatnya ketagihan untuk terus menyaksikan pertandingan Olimpiade. “Ketika saya melihat air mata kegembiraan mereka ketika memenangkan medali, atau air mata frustrasi mereka saat kalah, itu membuat saya ingin bekerja lebih keras,” katanya. "Saya mendapatkan keberanian dan emosi seperti itu setiap kali saya pergi."
Saat ini, akibat pandemi di seluruh dunia, para atlet, terutama atlet tuan rumah, akan mendapatkan dampak paling buruk karena kurangnya dukungan di tribun, katanya. "Sungguh kehilangan besar ketika keluarga Anda tidak bisa datang," kata Takishima. "Jadi saya harap semua orang setidaknya akan mendukung mereka di depan TV, tapi itupun pasti tidak cukup."

Seperti kita ketahui hanya anggota media dan pejabat terpilih yang diizinkan untuk menonton acara di Olimpiade tahun ini, yang ditunda dari musim panas 2020 karena pandemi. Itu pun mereka akan menjalani tes swab setiap hari untuk mencegah kehadiran orang-orang yang mungkin terpapar.
Keputusan pejabat Olimpiade untuk melarang penonton dirancang untuk mencegah penyebaran Covid-19. Jepang baru saja memasuki keadaan darurat keempat ketika kasus virus corona meningkat, dengan lebih dari 1.000 kasus harian dilaporkan hanya di Tokyo minggu ini.
Tapi Takeshima percaya bahwa penularan di Tokyo sebenarnya akan rendah, sebab saat ini saja jutaan orang per hari masih menggunakan kereta bawah tanah di Tokyo. "Keputusan pemerintah dan penyelenggara melarang penonton sebenarnya dibuat hanya berdasarkan emosi bukan dari angka-angka," kata Takishima. "Saya pikir negara-negara Eropa yang tetap menyelenggarakan pertandingan Piala Eropa membuat keputusan yang tepat. Saya sangat kecewa dengan pemerintah dan panitia penyelenggara Olimpiade Tokyo." penyesalan Takeshima. "Perbedaan terbesar antara Inggris dan AS dan Jepang adalah Jepang lambat membuat keputusan politik dan tidak mampu mengambil risiko," tambahnya.

Terlepas dari kekecewaannya, dia mengatakan pengalaman itu tidak akan membuatnya berhenti menjadi penggemar berat Olimpiade. "Saya akan terus mengunjungi dan mendukung Olimpiade sampai saya mati," kata Takishima. "Sementara saya masih bisa bergerak, saya berencana untuk terus melihat semua Olimpiade dari pembukaan hingga penutupan. Dan saya akhirnya bisa memecahkan rekor." Sebab jika uang tiketnya dikembalikan, Olimpiade Musim Dingin di Beijing atau Pertandingan Musim Panas di Paris pada 2024 akan menjadi perhatiannya.
Pustaka :
- CNN Sport
- DW Sport
0
148
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan