lonelylontongAvatar border
TS
lonelylontong
Mengapa Sebagian Dari Kita Jadi Kehilangan Empati Di Tengah Pandemi
Kemampuan untuk berempati artinya kemampuan melihat dan merasa dari sudut pandang orang lain yang berbeda situasi, kondisi, nilai kepercayaan, dan bahkan mungkin berseberangan dengan kita, berbenturan kepentingan dalam kehidupan.

Dasarnya empati adalah kemanusiaan, kesadaran dan kerendahan hati sebagai sesama insan manusia yang tidak sempurna, yang saling membutuhkan, yang memiliki kelemahan dan kekurangan.

Karena saya tidak sempurna, karena saya terbatas dan tidak memiliki kemampuan untuk mengetahui kebenaran yang sejati, maka kebenaran saya belum tentu yang paling benar. Orang yang mempercayai kebenaran yang berbeda dari saya, belum tentu lebih salah dibandingkan saya.

Karena saya punya kelemahan-kelemahan, maka saat ini mungkin saya tidak berada di posisi yang membutuhkan bantuan orang lain, akan tetapi tidak ada jaminan bahwa di masa depan saya tidak membutuhkan bantuan orang lain.

Dan seterusnya.

Orang yang rendah hati, mudah untuk memiliki empati. Orang yang memiliki empati, tidak akan dengan mudah menghakimi, merendahkan dan berlaku zalim pada orang lain. Karena ada kesadaran, suatu saat, bisa saja keadaannya akan berbalik. Karena ada kesadaran, apa pun yang dimilikinya saat ini, hanyalah pinjaman yang bisa dicabut setiap saat.

Nah masalah empati ini yang TS lihat justru sepertinya hilang di masa pandemi Covid-19 ini.

Namanya pengamatan pribadi bisa saja TS salah ya. Mungkin sebelum pandemi pun empati kita sudah tergerus dan pandemi kali ini hanya membuat hal itu lebih tersorot tajam.

Atau mungkin TS salah melihat, tapi yang TS lihat dari beberapa berita misalnya:

1. Ada sebagian orang yg menuntut pembatasan aktivitas, tanpa memikirkan nasib kelompok lain yang dapur keluarganya busa mengepul atau tidak itu, justru ya dari kegiatan mereka bekerja sehari-hari itu.

Gambaran paling mencolok dari kasus ini adalah ketika seorang pejabat mencuitkan tentang "nikmat"nya PPKM yang membuat beliau seharian di rumah, sehingga punya waktu untuk menonton sinetron.

2. Ada sebagian orang yang abai prokes, tidak mau peduli bahwa tindakan mereka itu bukan cuma membahayakan diri sendiri, tapi juga membahayakan orang lain.

3. Ada yang mengambil kesempatan dalam kesempitan, mulai melakukan korupsi dana bantuan sosial, memakai swab test bekas untuk meraih keuntungan, berjualan hasil PCR palsu, dst.

4. Ada juga yang mengusir orang yang positif atau memaksa orang yang positif untuk karantina di dalam rumah tanpa membantu menyediakan kebutuhan mereka sehari-hari.

Berbagai macam berita itu membuat TS jadi kuatir jangan-jangan sel-sel empati dalam hati kita itu ikut pula mati seperti sel-sel paru-paru penderita covid 19. Virusnya bukan virus covid, virusnya virus ketakutan, keegoisan dan kesombongan.

-----

Yang namanya manusia memang memiliki banyak kelemahan. Termasuk TS pribadi.

Namun dalam situasi yang membutuhkan kerja sama dari semua pihak dan lapisan, tanpa empati, bagaimana kita mau bekerja sama untuk menyelesaikan permasalahan tersebut?

Setiap pihak akan memilih untuk menonjolkan kepentingan dan solusi mereka sendiri. Menutup telinga dari pendapat pihak yang berbeda.

Solusi yang diajukan, cenderung menguntungkan kelompok tertentu dan "mengorbankan"/merugikan kelompok yang lain.

Bukan tidak mungkin bahkan mengakibatkan benturan-benturan sosial di masyarakat.

Sementara di saat yang sama, ada segelintir orang yang mengamati semua yang terjadi dari tempat mereka yang aman tak tersentuh pandemi. Sambil menghitung-hitung pundi-pundi uang mereka yang terus bertambah, seiring dengan semakin lamanya pandemi.
Richy211Avatar border
iissuwandiAvatar border
bakstiarrAvatar border
bakstiarr dan 10 lainnya memberi reputasi
11
1.7K
39
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan