Kata orang sejarah akan terulang, entah waktunya kapan namun sudah banyak catatan yang sama dari sejumlah peradaban bahwa seperti ada lingkaran dalam sejarah.

Selama masih ada kubu-kubu yang saling bertentangan, saling menjatuhkan maka kisah-kisah sejarah akan terus berulang dari zaman kerajaan hingga republik semua ada catatan hitam dalam peralihan kekuasaan. Terlebih di Indonesia pasca kemerdekaan ada haluan kanan di dominasi Agamis dan haluan kiri di dominasi komunis.





Seperti di masa lalu, kisah yang mungkin tak banyak orang tahu, Masyumi Partai Majelis Syuro Muslimin yang terbentuk pada 24 Oktober 1943 dibubarkan. Masyumi sendiri besar oleh 3 organisasi Islam, yakni Persatuan Islam (Persis), Nahdlatul Ulama (NU), dan Muhammadiyah.

Kenapa dibubarkan? Masyumi kerap mengkritik Soekarno, dianggap otoriter dan tidak demokratis. Puncaknya demokrasi terpimpin dimana Soekarno membentuk Dewan Perwakilan Rakyat Gotong-Royong (DPRGR). Yang menjadi masalah pembentukan anggota DPRGR didasarkan pada penunjukkan, bukan oleh sebuah sistem pemilu.





Kritik keras Masyumi berimbas pada Tap Presiden tahun 1959 dimana saat itu Mahkamah Agung akhirnya memutuskan membubarkan Masyumi.

Setali tiga uang, Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) juga akan dibubarkan oleh Soekarno karena kritikannya bak sembilu menyayat hati, rencana ini dibicarakannya pada KH Syaifuddin Zuhri, seorang Ulama NU yang menjabat Menteri Agama tahun 1962-1967. Namun di tentang oleh KH Syaifuddin Zuhri, hingga Soekarno pun membatalkan pembubaran HMI dialog antar pemimpin itu bisa dilihat dibanyak sumber tentang rencana pembubaran HMI. Kenapa?





Soekarno yang terlalu dekat dengan komunis menjadi salah satu alasan kritik yang kuat, seperti yang terlihat di video terdengar teriakan demonstran "Soekarno A*jing Peking Mahmilubkan, Soekarno Tukang k*win Mahmilubkan"maka di kesempatan yang lain terekam pidato Soekarno yang bersuara lantang "Bubarkan HMI, bubarkan Masyumi".

Siapa yang mengkritik keras pada masa pemerintahan Soekarno hasilnya akan dibubarkan, dan hal itu juga terjadi di era selanjutnya.





Di era Bapak Joko Widodo terjadi kembali hal yang sama pembubaran terhadap gerakan Islam di Indonesia. Kalau dahulu hanya kritik keras yang disampaikan kepada Presiden, kalau sekarang gerakan Islam ini bertindak di luar jalur HTI ingin tegakkan khilafah otomatis hal ini dinamakan makar pada negara. Sedangkan FPI berafiliasi pada ISIS dan kerap bertindak radikal.

Maka tak heran pembubaran kedua gerakan Islam itu tak ditentang oleh organisasi Islam yang lain, karena pada dasarnya sepak terjang mereka memang berlawanan prinsip dengan mereka. Pembubaran ormas ini seakan mendapat restu dari ormas Islam yang lain, maka keadaan pun terlihat baik-baik saja.





Bahkan masyarakatpun juga kurang mendukung eksistensi kedua organisasi ini, pasalnya di arus bawah tidak memberi manfaat apa-apa bagi mereka. Bahkan NU mendukung pembubaran HTI, ini yang berbeda dengan apa yang terjadi di era Soekarno.

Apakah ini sejarah yang terulang? Secara garis besarnya saja "iya" tapi secara detil sangat berbeda, akibat pembubaran dua organisasi ini maka pemerintahan sekarang di goyang kanan kiri, isu hoax, hinaan, dan medsos menjadi sarana tujuan untuk menggulingkan penguasa sekarang.

Walau organisasinya dibubarkan, tapi idiologinya kan tetap ada bahkan eks HTI dan FPI tetap membaur bukan tak mungkin merencanakan sesuatu yang tak di inginkan oleh masyarakat yang cinta akan kedamaian.






Tapi menariknya di zaman orba, Gusdur, Megawati, dan Susilo Bambang Yudhoyono tak ada pembubaran gerakan Islam. Jadi pembubaran ini tercatat dalam sejarah Indonesia dimana ada pengulangan sejarah di era Soekarno dan Joko Widodo ketika gerakan Islam mulai mengkhawatirkan.

Kalau menurut kamu sendiri bagaimana, apakah sejarah akan terus terulang dengan skema berbeda. Atau tidak ada sebenarnya pengulangan sejarah? Monggo gan ditunggu comentnya.

Terima kasih yang sudah membaca thread ini sampai akhir, semoga bermanfaat, tetap sehat dan merdeka. See u next thread.





"Nikmati Membaca Dengan Santuy"
--------------------------------------
Tulisan : c4punk@2021
referensi : klik, klik, klik
Pic : google