- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
PPKM Level: Sebuah Review


TS
anggorofff
PPKM Level: Sebuah Review

source: pixabay
Hai Useless People! Bagaimana? Sudah menemukan jalan tikus menuju tempat kerja untuk mengakali penyekatan? Tak apa, kalian cuma melewati jalan tikus. Tapi kalian bukan tikus-tikus rakus. Tetaplah bekerja karena hidup kalian tidak disponsori Pemerintah, Bikini Bottom.
Berbeda dengan thread-thread saya sebelumnya. Ini adalah thread tentang review. Tapi bukan review makanan yang sering membuat influencer favorit kalian mau mati. Bukan juga review gadget terbaru yang kalian gak akan pernah bisa beli itu.
Saya akan mereview terminologi baru yang digunakan pemerintah Bikini Bottom untuk mengatasi pandemi. Penisirin?
Let’s Get It Started!
Menjelang berakhirnya PPKM, akhirnya Pemerintah Bikini Bottom menerbitkan kebijakan baru. Hal yang sangat tentu sangat ditunggu-tunggu penduduk Bikini Bottom. Selain menambah khazanah dunia literasi perihal singkatan kata beserta istilah yang menyertainya, juga tak pernah gagal menggetarkan kotak tertawa. Gak perlu lama-lama.
Proudly Present!!! Please welcome!!!
PPKM Level!!!
Saya akan memberi kalian waktu untuk memberi tepuk tangan dan standing applause. Sudah? Huft, lama juga kalian memberi applause.
Sumpah, saya sangat terjem… terkejut dan gak pernah menduga Pemerintah Bikini Bottom akan menamai kebijakannya dengan ‘PPKM Level’. Sungguh manuver yang begitu lincah dan renyah. Manuver ibu-ibu sein kiri belok kanan pun gak ada apa-apanya.
Kalian bisa baca isi kebijakan baru tersebut DISINI.
Isinya mirip dengan kebijakan sebelumnya? Ah, itu cuma perasaan kalian, cuma deja vu. Jangan seolah-olah mengecilkan kinerja Pemerintah Bikini Bottom dalam membuat kebijakan mengatasi pandemi.
Tapi, saya sebenarnya khawatir dengan penggunaan terminologi ‘PPKM Level’. Tentu kita tahu bahwa kata ‘Level’ ini identik dengan dunia kuliner. Khususnya kuliner pedas. Seblak level, mie level, jamur level, bakso level. Sangat familiar, bukan?
Biasanya orang akan mencoba setiap level makanan dari yang terendah sampai tertinggi. Merasa mie level 2 gak terasa pedasnya, lanjut level 3. Masih kurang pedas? Gas level 4. Hingga akhirnya sampai ke level paling tinggi dan mendapatkan kebanggaan.
Sudah bisa menebak dimana letak kekhawatiran saya? Betul, saya khawatir mindset ini juga teraplikasi pada ‘PPKM Level’. Orang yang berada di daerah dengan level PPKM rendah akan merasa tertantang. “Oalah, cuma segini to PPKM level 2? Kurang greget! Gas ke daerah PPKM level 4! Hidup Seperti Larry!!!”
Tentu ini menimbulkan paradoks. Kebijakan yang harusnya membatasi mobilitas, malah memobilisasi masyarakat. Mirip seperti yang terjadi di negara sebelah, Rock Bottom. Di Rock Bottom banyak jalan disekat untuk mencegah masyarakat bepergian dan membuat kerumunan. Eh, pas jalan ditutup malah menimbulkan kemacetan, dan akhirnya terjadi kerumunan.
Terlepas dari itu semua. Saya curiga, mungkin, tanpa sepengetahuan kita, Pemerintah Bikini Bottom punya tim ahli bahasa yang tugasnya mengeksplor terminologi apalagi yang akan dipakai pada kebijakan selanjutnya.
Jika hal itu memang benar, kita sudah sepatutnya mengangkat topi tinggi-tinggi sebagai tanda hormat. Tak hanya memikirkan cara mengatasi pandemi, Pemerintah Bikini Bottom juga berjuang keras agar rakyatnya bisa terhibur dengan terminologi baru pada setiap kebijakannya. Terminologi yang tak hanya tepat untuk menggambarkan kebijakan, tapi juga harus mampu menghibur masyarakat.
Karena kita tau sendiri, untuk meningkatkan imun salah satunya dengan hiburan. Sialnya saat ini event offline masih belum bisa digelar. Selain itu, Pemerintah Bikini Bottom tau jika kita terlalu miskin untuk berlangganan layanan video on demand.
Dengan track record yang ada, saya jadi tidak sabar menunggu Pemerintah Bikini Bottom menerbitkan kebijakan baru. Tentu dengan isi dan terminologi yang lebih fresh tur ndlogoki.
Dengan track record yang ada, saya jadi tidak sabar menunggu Pemerintah Bikini Bottom menerbitkan kebijakan baru. Tentu dengan isi dan terminologi yang lebih fresh tur ndlogoki.
KEEP READ AND SOUND
Baca Juga Thread Lainnya
SUKA DUKA JUALAN PULSA DI SEKOLAH HT
Move On Dulu Atau Mencari Pengganti Dulu? HT
Yang Semakin Berubah Dari Kampung Halaman
Didi Kempot - Menuju Tak Terbatas Dan Melampauinya HT
Sebuah Pelajaran Dari Dua Centang Biru
Gopay vs OVO : Siapa Yang Akan Menang?
Keabsurdan Pendidikan Indonesia
Menjadi Pecinta Alam Sejati HT
Karena Perasaan Memang Jualan Paling Laris
Jalanan - Tempat Termudah Untuk Bersyukur & Mengeluh
Iman Yang Kalkulatif
Koar-koar Menolak Valentine & Pacaran. Buat Apa?
5 Lagu Ini Akan Membuat Kalian Mulai Melirik BTS
Memilih atau Dipilih?
Mencoba Menonton Theater JKT48 Untuk Pertama Kali HT
Kata Siapa Cowok Gak Pernah Nangis Saat Patah Hati?
Didi Kempot - (Terus) Menuju Tak Terbatas Dan Melampauinya
Diubah oleh anggorofff 22-07-2021 19:43






agusrezapratam4 dan 14 lainnya memberi reputasi
15
4.9K
66


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan