Kini semua orang telah beristirahat selepas acara pertunangan Richard. Semua anggota keluarga tengah bersantai di ruang keluarga sambil mengobrol dan menonton tv.
Sebenarnya diantara keluarga besar ini, hanya sillvester lah yang memiliki anak perempuan. Semua saudara-saudaranya hanya memiliki anak laki-laki semua, itulah sebabnya mengapa semua keluarga menyayangi El kecuali Winny.

"Dimana gadis berandalan itu Ver?," Tanya Rio, Adik dari Sillvester.

"Aku tidak tau, dan tidak mau tau. Terserah dia mau kemana, paling juga menjalang di club-club sana,". Sahut Sillver alias Sillvester dengan nada ketus.

"Emang benar-benar ya tu anak, udah bodoh, berandalan, ga sopan lagi. Beda banget deh sama El, udah cantik, baik, dan juga pintar. Huh..El, El mau nggak jadi anaknya Tante, tinggal dirumahnya Tante?," Tanya Livia adik terakhir Sillver.

"Aku kan emang anaknya Tante, tapi kalo untuk tinggal dirumahnya Tante kayaknya ga bisa deh, tapi El janji kok akan sering main ke sana, sekalian mau ajak jalan-jalan bang Edgar sama bang Leon.," Sahut El yang tengah tertawa karena sepupu-sepupunya itu terus mengganggu dirinya.

"El mau nggak, besok jalan-jalan sama abang. Mumpung lagi disini," tawar Farel, sepupu yang paling memanjakan dirinya.

"No,no,no. Nggak boleh dong bang, kita juga mau ikut tau. Kita mau ikut queen nya kita. Lusa kan kita bakal balik, jadi cuma besok waktunya kita bersenang-senang sama queen," sahut Leon dengan nada kesalnya.

"Bolehkan bang, kalo bang Leon, bang Edgar, sama bang Richard ikut kita besok?," Pinta El dengan puppy eyes nya.

Ditengah-tengah obrolan keluarga itu, tiba-tiba masuk seorang gadis dengan penampilan yang cukup berantakan, siapa lagi kalo bukan Winny. Rambut hitam panjang yang sudah diikat satu, tanpa poni, hoddie kebesaran dengan kaos hitam dalaman, celan jeans yang sudah sobek dibagian lutut karena habis kecelakaan, sepatu boots hitam, ditambah helm fullfac ditangan kanannya..

_____________________________________________

Winny melewati keluarganya itu tanpa mengucapkan sepatah kata, ketika ia hendak menaiki tangga, tiba-tiba langkahnya terhenti karena ucapan seseorang

"Ga sopan, dasar pembunuh. Habis menjalang ya? Ck. Emang ya, gadis bermuka dua sok polos disekolah, padahal aslinya..J*lang, bitch," ucapan menusuk itu dilontarkan oleh Leon sepupunya. Leon si mulut cabe.

"Abang ikh ga boleh ngomong gitu dong, kak Winny kan sepupunya bang Leon juga," ucap El dengan nada yang dilembut-lembutkan.

"Gak, cuma kamu satu-satunya sepupu Abang perempuan, ga Sudi punya sepupu pembunuh seperti dia," balas Leon dengan menunjuk Winny di kalimat terakhirnya.

'Dasar muka dua,' batin Winny.
Ia hanya menoleh sekilas dan langsung naik keatas kamarnya.

Semua keluarga hanya menatapnya datar dan mencibir, ada juga yang kesal. Tapi ada satu orang yang memperlihatkan raut wajah sendu saat melihat celana Winny sobek dan penuh darah.

***

Seorang pria tengah berdiri di balkon kamarnya sambil melihat bintang. Wajahnya memperlihatkan kesedihan, mungkin ia sedang memikirkan sesuatu

POV Jackie

"Udah 5 tahun dek sejak kamu meninggal, kakak masih belum bisa membalaskan dendam mu. Entah kenapa, setiap kali kakak berniat membunuhnya, ketika kakak melihat wajahnya, hati kakak seperti tidak tega. Wajahnya seperti penuh luka seperti kakak. Tapi kakak janji secepatnya kakak akan membalaskan dendam mu sayang,"

Udah 5 tahun sejak kematian adek gua, semenjak itu gua berubah jadi dingin dan kejam seperti ini. Gua pengen balaskan dendam ade gua Via. Gadis kecil yang paling aku sayangi setelah Bunda.

Sudah berapa kali aku ingin membalaskan dendam adikku pada perempuan itu, tapi setiap kali aku melihat wajahnya seperti tersirat luka yang sangat dalam, membuatku tidak tega untuk membunuhnya.

Perempuan itu, Winny Silvester Armelan. Ya, dialah penyebab kematian adik kesayanganku.

Flashback on

"Vi, gua iri deh liat loh. Semua orang sayang sama lo, selalu muji Lo. Gue.

next ?

penulisan saya sendiri