- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- Movies
Platform Digital Pada Industri Perfilman Belum Mampu Gantikan Bioskop


TS
Kukuhferlanda
Platform Digital Pada Industri Perfilman Belum Mampu Gantikan Bioskop

Industri perfilman Tanah Air lewat video streaming dan platform digital over the top (OTT) sebetulnya sudah hadir sejak masa sebelum pandemi. Namun, adanya pandemi yang terjadi selama hampir 1,5 tahun ini telah mengakselerasi dan lebih mengintensifkan industri perfilman melalui platform digital.
Pengamat Film Hikmat Darmawan mengatakan meski OTT sedang naik daun, nyatanya ekosistem digital yang saat ini tengah menjadi pilihan belum dapat sepenuhnya menggantikan keuntungan yang didapatkan industri perfilman berbasis bioskop.
“Dalam kondisi saat ini memang mau tidak mau kita harus menguatkan ekosistem digital sebagai pilihan dalam industri perfilman. Namun yang menjadi PR saat ini bagaimana caranya agar ekosistem yang baru ini bisa menemukan model bisnis yang bisa menjadi industri dan lebih menghasilkan,” ujarnya.
Lebih lanjut dia mengatakan bahwa platform digital OTT saat ini masih belum dapat mendongkrak industri perfilman tetapi masih dalam tahap bagaimana agar industri perfilman ini dapat tetap survive di masa pandemi.
Baca : Netflix Lebarkan Layanan, Video Game Siap Hadir Buat Pelanggan
Namun di sisi lain, Hikmat mengakui bahwa hadirnya OTT ini dapat membuat industri perfilman Tanah Air lebih dikenal tidak hanya di dalam negeri tetapi juga hingga mancanegara. Apalagi ketika festival film lebih melonggarkan kriteria film yang masuk nominasi dengan menyertakan film-film yang tayang di OTT meskipun sifatnya hanya sementara.
“Dengan OTT eksposure pasar akan lebih kebentuk. Film-film Indonesia jadi mulai banyak dilirik di dunia internasional tetapi lagi-lagi dari sisi monetisasi OTT ini masih belum bisa menggantikan pendapatan dari karcis film di bioskop,” tuturnya.
Apalagi di masa pandemi ini proses produksi film sebetulnya juga makin tinggi dengan adanya protokol kesehatan seperti membatasi jumlah kru atau biaya swab setiap akan memulai proses syuting. Di sisi lain, penghasilan yang didapatkan jauh lebih kecil jika hanya terus mengandalkan platform digital OTT.
Untuk mengatasinya, maka para sineas bisa mulai memproduksi film dengan bujet yang lebih minim tetapi tetapi dengan kreativitas yang lebih tinggi. “Kita bisa memproduksi film-film kecil yang lebih murah tetapi tetap bermutu dengan mengasah kreativitas, dan ini lebih masuk akal secara ekonomi,” terangnya.
Opsi lainnya bisa dengan mengembangkan bisnis restorasi film. Tidak perlu memproduksi film baru hanya tinggal melakukan restoasi film lawas untuk jadi konten dan kemudian dijual ke OTT.
Sumber : Bisnisindonesia.id


tantarareview memberi reputasi
1
936
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan