- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Sakit Yang Terulang (Short Story Slice Of Life - Love - 19+)
TS
bekinyot
Sakit Yang Terulang (Short Story Slice Of Life - Love - 19+)
Wanita tersebut masih terus memaafkan pria yang terus menyakitinya.
Teman-temannya sudah lelah memberitahunya, dan teman-temannya sudah memasuki saat dimana apa yang mereka katakan menjadi suatu yang membuat keadaan wanita tersebut menjadi semakin buruk.
Teman-temannya sudah lelah memberitahunya, dan teman-temannya sudah memasuki saat dimana apa yang mereka katakan menjadi suatu yang membuat keadaan wanita tersebut menjadi semakin buruk.
Spoiler for Story:
“Aku janji, ini terakhir kalinya aku akan ketemu sama dia, setelah itu aku akan pergi dan meninggalkannya” ucap Tanya kepada teman-temannya yang sudah memasang wajah yang lelah. Mereka begitu terlihat lelah bukan karena sebuah pekerjaan yang berat, namun lelah akan beban pikiran, bagaimana caranya lagi untuk menyadarkan temannya ini sekarang.
“Terakhir kali kamu bicara seperti ini juga, sebelumnya juga, dan sebelumnya juga begitu. Lalu apa kamu setelah ini akan bicara seperti ini lagi?” Salah seorang temannya yang paling dekat dengannya bertanya untuk kesekian kalinya. Sesungguhnya dirinya sudah merasa tidak dapat bersabar dengan kawannya satu ini.
Tanya hanya terdiam.
“Baiklah, lakukanlah apa yang kamu inginkan, dan jika apa yang akan terjadi pada dirimu selanjutnya aku sudah tidak peduli lagi sama sekali. Silahkan” kawannya berjalan pergi, dan diikuti dengan temannya yang lain dengan menatap sekilas kepada Tanya seperti akan meninggalkan dirinya menuju kota yang sangat jauh.
Suara mobil merah sedan tersebut menjauh meninggalkan Tanya seorang diri di sebuah meja bar, musik jazz mengalun ringan menemani kesendiriannya.
Beberapa hari telah berlalu, Tanya sudah memutuskan untuk tidak memikirkan kabar dari teman-temannya tersebut dan tenggelam kedalam dunianya yang indah bersama pria yang selalu menyakitinya namun juga selalu menjadi yang tercinta.
Suatu malam salah satu dari teman Tanya yang baru saja kembali dari sebuah supermarket, membeli beberapa keperluan harian tidak sengaja bertemu dengan Tanya yang sedang berdiri dibawah lampu jalan seorang diri.
“Hai Tanya, lagi nunggu siapa?” Tanya temannya tersebut.
Tidak ada jawaban yang diterima oleh wanita tersebut, dan beberapa saat kemudian suara tangisan Tanya terdengar, dirinya terjatuh di tempat dirinya berdiri tersebut.
Tanya diajak kerumah wanita tersebut, wanita ini merupakan teman sekelas dari Tanya di kampusnya. Dirinya bukanlah salah satu yang dekat dengan Tanya, namun karena dirinya tahu bahwa Tanya adalah anak yang baik maka dirinya berani mengajak Tanya masuk kedalam kamarnya.
Setelah memberikan sekotak tisu, dan membiarkan Tanya mengeluarkan seluruh kesedihannya, wanita tersebut memberikan sebuah teh yang hangat kepada Tanya.
“Aku tahu tidak sepantasnya aku mencampuri urusan orang lain, namun apakah ada suatu hal yang ingin kamu ceritakan? Jika ada aku akan mendengarkanmu dan aku tidak akan memberikan penilaian apapun kepadamu” tanya temannya dengan sedikit segan.
Tanya meminum teh hangat tersebut, dan beberapa saat dirinya terdiam dan menutup matanya, air matanya kembali membasahi pipi, namun segera dirinya kembali membuka matanya seperti menolak akan tenggelamnya kepada suatu kenangan yang buruk.
“Apakah kamu pernah merasa sangat sulit untuk melupakan masa lalumu?” Dengan sambil menatap uap dari teh Tanya bertanya.
Wanita tersebut memberikan senyum tipis kepada Tanya, dan dirinya menggenggam tangan Tanya dengan lembut.
“Ada kalanya kita merasa tidak dapat kembali mengubah apa yang sudah terjadi, dan ada kalanya kita merasa tidak dapat maju. Yang dapat kita lakukan hanyalah menerima keadaan tersebut. Hanya itulah yang dapat membuat kita bertahan dalam hidup ini” wanita tersebut berusaha sebaik mungkin agar apa yang diucapkannya dapat diterima oleh Tanya.
Tanya menatap mata wanita tersebut, dan tersenyum. Beberapa saat kemudian dirinya sudah tertidur disana. Tubuh dan pikirannya yang sangat lelah sudah tidak dapat ditawar.
Keesokan pagi Tanya terbangun. Sebelum dirinya membuka mata dirinya menarik ulang apa yang sudah terjadi tadi malam, dan membayangkan siapa yang sudah menolongnya dari jalanan. Namun dirinya tidak dapat membayangkan dengan jelas wajah yang telah membantunya.
Saat matanya terbuka, dirinya mendapati bahwa dirinya berada diatas kasurnya sendiri, namun ingatannya tadi malam dan seluruh apa yang sudah diaktakan kepadanya melekat sangat erat dipikirannya.
Dirinya melihat telepon genggamnya, terlihat bekas panggilan dari pria yang menyakitkan tersebut. Dirinya mematikan telepon tersebut, berjalan ke arah jendela, membukanya, membiarkan suara burung kecil yang berterbangan tersebut memenuhi seluruh pikiran dan hatinya. Dirinya bersiap untuk suatu yang baru.
“Terakhir kali kamu bicara seperti ini juga, sebelumnya juga, dan sebelumnya juga begitu. Lalu apa kamu setelah ini akan bicara seperti ini lagi?” Salah seorang temannya yang paling dekat dengannya bertanya untuk kesekian kalinya. Sesungguhnya dirinya sudah merasa tidak dapat bersabar dengan kawannya satu ini.
Tanya hanya terdiam.
“Baiklah, lakukanlah apa yang kamu inginkan, dan jika apa yang akan terjadi pada dirimu selanjutnya aku sudah tidak peduli lagi sama sekali. Silahkan” kawannya berjalan pergi, dan diikuti dengan temannya yang lain dengan menatap sekilas kepada Tanya seperti akan meninggalkan dirinya menuju kota yang sangat jauh.
Suara mobil merah sedan tersebut menjauh meninggalkan Tanya seorang diri di sebuah meja bar, musik jazz mengalun ringan menemani kesendiriannya.
Beberapa hari telah berlalu, Tanya sudah memutuskan untuk tidak memikirkan kabar dari teman-temannya tersebut dan tenggelam kedalam dunianya yang indah bersama pria yang selalu menyakitinya namun juga selalu menjadi yang tercinta.
Suatu malam salah satu dari teman Tanya yang baru saja kembali dari sebuah supermarket, membeli beberapa keperluan harian tidak sengaja bertemu dengan Tanya yang sedang berdiri dibawah lampu jalan seorang diri.
“Hai Tanya, lagi nunggu siapa?” Tanya temannya tersebut.
Tidak ada jawaban yang diterima oleh wanita tersebut, dan beberapa saat kemudian suara tangisan Tanya terdengar, dirinya terjatuh di tempat dirinya berdiri tersebut.
Tanya diajak kerumah wanita tersebut, wanita ini merupakan teman sekelas dari Tanya di kampusnya. Dirinya bukanlah salah satu yang dekat dengan Tanya, namun karena dirinya tahu bahwa Tanya adalah anak yang baik maka dirinya berani mengajak Tanya masuk kedalam kamarnya.
Setelah memberikan sekotak tisu, dan membiarkan Tanya mengeluarkan seluruh kesedihannya, wanita tersebut memberikan sebuah teh yang hangat kepada Tanya.
“Aku tahu tidak sepantasnya aku mencampuri urusan orang lain, namun apakah ada suatu hal yang ingin kamu ceritakan? Jika ada aku akan mendengarkanmu dan aku tidak akan memberikan penilaian apapun kepadamu” tanya temannya dengan sedikit segan.
Tanya meminum teh hangat tersebut, dan beberapa saat dirinya terdiam dan menutup matanya, air matanya kembali membasahi pipi, namun segera dirinya kembali membuka matanya seperti menolak akan tenggelamnya kepada suatu kenangan yang buruk.
“Apakah kamu pernah merasa sangat sulit untuk melupakan masa lalumu?” Dengan sambil menatap uap dari teh Tanya bertanya.
Wanita tersebut memberikan senyum tipis kepada Tanya, dan dirinya menggenggam tangan Tanya dengan lembut.
“Ada kalanya kita merasa tidak dapat kembali mengubah apa yang sudah terjadi, dan ada kalanya kita merasa tidak dapat maju. Yang dapat kita lakukan hanyalah menerima keadaan tersebut. Hanya itulah yang dapat membuat kita bertahan dalam hidup ini” wanita tersebut berusaha sebaik mungkin agar apa yang diucapkannya dapat diterima oleh Tanya.
Tanya menatap mata wanita tersebut, dan tersenyum. Beberapa saat kemudian dirinya sudah tertidur disana. Tubuh dan pikirannya yang sangat lelah sudah tidak dapat ditawar.
Keesokan pagi Tanya terbangun. Sebelum dirinya membuka mata dirinya menarik ulang apa yang sudah terjadi tadi malam, dan membayangkan siapa yang sudah menolongnya dari jalanan. Namun dirinya tidak dapat membayangkan dengan jelas wajah yang telah membantunya.
Saat matanya terbuka, dirinya mendapati bahwa dirinya berada diatas kasurnya sendiri, namun ingatannya tadi malam dan seluruh apa yang sudah diaktakan kepadanya melekat sangat erat dipikirannya.
Dirinya melihat telepon genggamnya, terlihat bekas panggilan dari pria yang menyakitkan tersebut. Dirinya mematikan telepon tersebut, berjalan ke arah jendela, membukanya, membiarkan suara burung kecil yang berterbangan tersebut memenuhi seluruh pikiran dan hatinya. Dirinya bersiap untuk suatu yang baru.
Tamat
bukhorigan memberi reputasi
1
401
Kutip
1
Balasan
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan