Kaskus

Hobby

nartiieAvatar border
TS
nartiie
PENGALAMAN SELEKSI CPNS BPK TAHUN 2018_part 1
ONCE YOU MAKE A DECISION, THE UNIVERSE CONSPIRES MAKE IT HAPPEN

Kalimat di atas baru saya temukan di umur 25-an. Yup, sekarang saya sudah berusia 28 tahun. Saya Sunarti dan saat ini saya bekerja sebagai Auditor di BPK (Badan Pemeriksa Keuangan), tepatnya di Bandar Lampung. Sejak kecil saya terlahir sebagai anak istimewa. Saya sempurna lengkap secara fisik tetapi pendengaran saya kurang. Hal ini baru diketahui saat saya kelas 1 SD. Saat itu wali kelas 1, Bu Sutinah berkata kepada ibu saya,” Ibu, Narti ini sebenarnya pintar. Nilai ujian selalu baik terutama di pelajaran matematika, tetapi kenapa nilai mendikte selalu nol ya? Coba Narti dibawa ke RS untuk diperiksa. Mungkin ada gangguan pendengaran..” Mendikte ini termasuk dalam pelajaran Bahasa Indonesia. 
Saya ingat betul, saya sangat membenci mendikte karena saya selalu gagal menebak apa yang didiktekan oleh guru saya. Ibu saya terdiam. Beliau sudah tahu bahwa dari kecil saya memang istimewa, tapi saya tumbuh dengan baik layaknya anak normal lainnya. Setelah diberi saran oleh wali kelas, ibu saya membawa saya ke RS. Hasil pemeriksaan dari dokter THT mengatakan bahwa saya mengalami gangguan pendengaran dan hal ini tidak bisa diobati karena syaraf sejak dalam kandungan sudah terganggu. Saya tidak tahu apa yang dirasakan oleh ibu saya saat itu. Yang saya tahu, ibu selalu tersenyum dan bersikap kuat di depan saya. Beliau berhasil membesarkan saya menjadi wanita yang mandiri dan percaya diri. 
Kalian pasti penasaran mengenai saya sekolah di mana. Mungkin banyak dari kalian berpikir bahwa saya sekolah di SLB. Salah. Saya selalu masuk sekolah negeri dari SD, SMP, hingga SMK. Alhamdulillaah, saya juga termasuk siswa yang berprestasi. Saya selalu masuk peringkat 3 besar dan bahkan ketika saya SMP saya pernah ikut olimpiade biologi. Saya juga pernah berhasil menjadi juara umum sekolah ketika SMP, mendapatkan peringkat terbaik dari seluruh siswa di SMP saya. Duh, apakah intronya kepanjangan? Hehe, maafkan ya… 
Tujuan saya menulis ini adalah untuk menceritakan pengalaman saya mendaftar CPNS di BPK. Alhamdulillah, pada 22 April 2020 saya telah dilantik dan resmi menjadi pemeriksa di BPK. Cerita bermula saat bekerja di ZAP Clinic, saya cukup dekat dengan manajer pajak saya yaitu Bu Ecy. Beliau seperti orang tua buat saya. Suatu hari beliau menyarankan saya untuk mendaftar CPNS karena beliau akan meninggalkan ZAP. Terlepas dari kepergian beliau, saya bersyukur karena beliau sangat peduli kepada saya. Setelah mempertimbangkan banyak hal, akhirnya saya memilih BPK sebagai pilihan utama CPNS saya di tahun 2018. 
Mengapa saya memilih BPK? Di tahun 2016, saya sudah pernah mendaftar CPNS di KPK, Saya berhasil lulus sampai tahap terakhir tetapi saya gagal di FGD dan interview psikolog. Jadi, KPK adalah pertama kali saya mengikuti ujian pemerintah. Saya tidak mempunyai gambaran atau bayangan apapun mengenai ujian pemerintah. Jadi saya cukup kaget saat semua orang bicara di FGD dan saya cuma bisa terdiam. Sejujurnya saya tidak paham apa yang terjadi saat FGD berakhir. Setelah itu saya dipanggil untuk interview psikolog. 
Ternyata ruangan tersebut adalah sebuah kelas yg berisi banyak orang dan suasananya cukup berisik. Mungkin ada sekitar 10 meja di dalam ruangan.Di situ sudah ada beberapa orang yg sedang di-interview. Kemudian saya diarahkan ke suatu meja dengan seorang ibu muda. Beliau bertanya beberapa hal mengenai data yang saya isi di form KPK. Lalu saya berkata bahwa ruangan terlalu berisik dan saya tidak bisa mendengar perkataan beliau karena saya tuna rungu. Dari situ ibunya agak terkejut dan bertanya kenapa saya mendaftar ke KPK karena ini adalah untuk formasi umum bukan disabilitas. 
Menurut beliau, saya telah melakukan kesalahan karena telah mendaftar. Mendengar hal itu, saya agak kecewa tapi saya sudah buktikan kemampuan saya hingga berhasil sejauh ini. Dan bisa ditebak, ya, saya gagal. Tapi saya sangat bersyukur atas kegagalan tersebut sehingga saya mendapat pengalaman bagaimana harus memperbaiki kesalahan saya di FGD dan juga saya harus lebih teliti dalam membaca ketentuan persyaratan CPNS untuk instansi pemerintah. Setelah mendapat wejangan dari Bu Ecy, saya mulai bergerak mencari informasi tentang pendaftaran CPNS. 
Mengingat kegagalan saya dulu di KPK, saya mencari formasi disabilitas serta yang memiliki peluang banyak. Ternyata untuk formasi S1 Akuntansi (jurusan saya), BPK membuka kuota 4 orang untuk formasi disabilitasnya, cenderung lebih banyak dari instansi lain kebanyakan yang hanya membuka 1-2 kuota saja. Atas dasar itulah saya memutuskan untuk memilih BPK sebagai pilihan utama saya dalam pendaftaran CPNS 2018. Sejujurnya saya sama sekali tidak tahu apa itu BPK dan apa sih yang ada di dalam BPK. Saya hanya mencoba mendaftar karena ini adalah peluang. Toh mengikuti saran dari orang yang saya hormati sehingga saya pikir tidak ada ruginya. Bismillaah. 
Singkat cerita, saya berhasil lolos seleksi administrasi dan mendapat jadwal untuk tes SKD di Jakarta. Ngomong-ngomong, karena saya mendaftar untuk formasi disabilitas maka saya diwajibkan untuk membuat surat keterangan disabilitas dari RS pemerintah. Saya mencari info di internet dan saya menemukan RS Tarakan. Tes MCU-nya sangat lengkap dan mereka sudah biasa menjadi langganan untuk MCU CPNS dan BUMN sehingga menurut saya, SOP mereka sangat bagus sehingga semua prosesnya sangat efisien dan efektif. Saat saya datang ke sana masih sepi.
Tidak banyak instansi pemerintah yang mewajibkan tes MCU. BPK butuh hal ini untuk meyakinkan bahwa difabel tersebut sehat jasmani dan rohani. Tim MCU RS tarakan sangat profesional dan saya sangat puas dengan pelayanan mereka. Biaya tes MCU RS Tarakan sekitar 750 ribu rupiah, tidak sampai 800 ribu, namun tesnya sangat lengkap dan pelayanannya sangat bagus. Jadi sebanding dengan biaya yang saya bayarkan. Kendati demikian, uang 800 ribu rupiah bukanlah jumlah yang kecil bagi saya saat itu, apalagi belum dihitung ongkos, makan, dan jajan keponakan saya. Iya, selama proses mengumpulkan dokumen RS saya selalu didampingi oleh kakak saya dengan membawa anaknya yang belum berumur 2 tahun. 
Jadi kebayang ribetnya kayak apa pergi-pergi sama anak kecil yang kadang nggak bisa ditebak mood-nya. Haha. “Yah di awal memang harus berkorban dulu ya tie”, kata kakak saya saat itu sambil ketawa. Saya memang wajib didampingi kaka saya karena beliau lebih paham mengenai kondisi saya di masa kecil dan apa yang terjadi dengan saya. Karena saya tuna rungu, saya difokuskan untuk pemeriksaan telinga saya. Dan hasilnya benar bahwa pendengaran saya rusak berat dan itu bukan karena kecelakaan melainkan dari syaraf ketika dalam kandungan. Jadi memang tidak bisa diobati dan hanya dapat dibantu dengan alat bantu dengar.
Untuk hal lain, alhamdulillah saya sehat secara jasmani dan rohani. Apalagi saya sudah bekerja selama 8 tahun di kantor swasta sehingga tidak ada hambatan dalam pekerjaan karena saya bisa memaksimalkan teknologi, baik itu skype, whatsapp, e-mail, dan lain sebagainya. Tes SKD berjalan dengan lancar karena persiapan yang saya lakukan cukup banyak. Saya rutin belajar soal-soal TIU, TKP, dan TWK dari buku CPNS yang sudah saya beli di tahun 2016 untuk persiapan ujian KPK. Saya belajar melalui buku tersebut dan menghafal materi yang sekiranya sulit untuk saya, TWK. Saya juga lebih memperdalam soal-soal TKP karena banyak pertanyaan menjebak. Saya juga mencari berbagai info dari kaskus, telegram, dan whatsapp (terimakasih untuk Kak Reza, Bang Jamil, Kak Sandy, dan Kak Pukus yang sudah sabar membimbing saya dalam persiapan menghadapi ujian SKD dan SKB, ya). 
Kabar baiknya, tes SKD saya mendapat jadwal pada weekend sehingga saya tidak perlu membolos kantor. Haha. Tes SKD di Jakarta untuk BPK berlangsung di gedung BKN pada tanggal 17- 19 November 2018. Proses SKD di BKN sama sekali tidak ribet. Saya sebagai peserta disabilitas memang sudah diinfokan bahwa saya harus melaporkan kepada panitia mengenai kondisi saya, kemudian saya diarahkan untuk bertemu dengan petugas kesehatan resmi dari BPK. Semua panitia di BPK sangat responsif dan helpful sekali. Ketika memasuki ruang ujian, kami tidak diperbolehkan membawa apapun karena semua alat tulis sudah disediakan oleh panitia. 
Tes SKD ini berupa tes CAT jadi cukup memakai komputer yang telah disiapkan panitia. Panitia juga menyediakan pensil dan kertas coretan untuk setiap CPNS. Bahkan di dalam ruang ujian bila komputernya bermasalah panitia juga langsung turun tangan agar tes kembali berjalan dengan lancar. Saya diizinkan membawa alat bantu telinga saya karena saya tuna rungu. Di dalam ruangan tes SKD, saya juga bertanya kembali mengenai beberapa hal yang belum saya pahami dan panitia menjawabnya dengan sangat baik. Ujian berlangsung dan saya cukup percaya diri dalam mengerjakan tesnya. 
Saya memang selalu memanfaatkan waktu luang saya untuk belajar kembali dan mengulang materi yang sekiranya sulit saya hadapi. Ketika menunggu busway, di dalam busway, hingga ketika menunggu ojek online. Daripada saya membuang-buang waktu saya untuk main HP atau sekedar bengong, lebih baik saya belajar karena saya hanya punya waktu 1bulan untuk menghadapi tes SKD. Kebetulan di ZAP sibuknya di awal bulan saja, jadi setelah tanggal 10 kerjaan saya agak longgar dan saya mulai sibuk kembali di tanggal 25. Jadi sangat menyenangkan bekerja di ZAP. Andaipun saya gagal, saya tidak akan menyesal dan kecewa karena ZAP adalah perusahaan terbaik buat saya. Saya dibayar layak dan tidak ada diskriminasi. Saya mendapat gaji sesuai kinerja dan kemampuan saya. Semua orang mendapat fasilitas yang sama di ZAP baik dari OB, satpam, hingga CEO. Kami semua merasa diperhatikan dan disayang oleh kantor. Bahkan saya sempat dievaluasi untuk posisi Asisten Manajer Accounting. Itu kesempatan yang sangat berharga buat saya. Meski saya gagal mendapat promosi tapi saya cukup bangga dengan diri saya yang berhasil menjadi Supervisor Accounting 10 outlet di ZAP. 
Saya mampu beradaptasi dengan segala perubahan di ZAP. Semua atasan saya selalu memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang. Saya tidak pernah mengeluh soal gaji dan benefit yang saya dapatkan dari ZAP. Selama 7 tahun saya berkarier, di tahun ke 7 saya bertemu dengan ZAP. Selama 1tahun dan 7 bulan saya bekerja di ZAP, saya sangat bersyukur dan berterimakasih atas semua kesempatan yang saya miliki dan juga semua yang saya dapatkan dari ZAP.
Dan saya pun mendapat hasil yang cukup baik pada tes SKD. Bahkan nilai TKP saya cukup tinggi. Jujur, bagi saya passing grade TKP tahun 2018 sangat tinggi. Supaya bisa lulus PG, saya harus mendapat skor 140 ke atas. Banyak CPNS yang gagal karena TKP padahal nilai TIU dan TWK mereka sangat baik. Prinsip saya mengerjakan SKD adalah bila saya kurang yakin saya lewatkan dulu, saya fokus menjawab soal yang saya yakin jawabannya, karea tiap tahun pola soal-soal ujian SKD itu selalu sama, tidak jauh berbeda. Jadi meski ganti angka dan nilai tapi rumusnya sama untuk TIU. Untuk TWK saya harus yakin sejarahnya sudah saya jawab dengan benar. Sementara untuk TKP, saya harus benarbenar memahami apa maksud dari pertanyaan tersebut karena banyak jawaban yang menjebak dan terlihat mirip padahal maknanya sangat jauh berbeda. Skor hasil tes SKD bisa langsung terlihat seketika setelah kita selesai mengerjakan. Namun kita tetap harus menunggu kepastian lulus karena nilai tersebut akan diakumulasikan dan dibandingkan dengan CPNS BPK di seluruh Indonesia. 
Selang 1 bulan kemudian, terbit pengumuman resmi hasil tes Lolos SKD dan alhamdulillah saya lulus dan berhak mengikuti SKB. Untuk jadwal tes SKB di Jakarta cukup mendadak dan sempat ada perubahan jadwal di malam sebelum tes karena Jakarta mendapat giliran pertama untuk ujian SKB tersebut. Tes SKB Jakarta dilaksanakan di Balai Kartini dan saya mendapat jadwal di hari kerja. Duh, harus cuti dong, haha. Di saat itulah saya menghadap manajer saya dan jujur menceritakan kalau saat ini saya sedang mengikuti pendaftaran CPNS di BPK. 
Manajer saya sangat supportive dan bagusnya jadwal tes saya berlangsung di tanggal 13-15 Desember jadi itu adalah masa-masa longgar saya di kantor, sama sekali tidak mengganggu kewajiban utama saya di ZAP. Saya kemudian mempelajari kembali tes-tes psikologi seperti Kraepelin, tes gambar, tes a-b, bahkan tes kejiwaan dari RSPAD. Tes SKB dilaksanakan di Balai Kartini, tempatnya sangat luas dan nyaman. SKB hari pertama sangat jauh lebih melelahkan dari tes SKD karena benar-benar menilai kepribadian dan kondisi kejiwaan kita jadi kita harus mampu berada di bawah tekanan dan tetep waras dalam menjawab soal-soal tersebut. hehe. 
SKB dilaksanakan 2 hari, hari pertama untuk tes tertulis dan hari kedua untuk FGD dan interview psikolog. Hari pertama tes SKB, semua panitia sangat responsif. Bahkan saya didampingi oleh panitia di samping saya ketika mengerjakan tes koran karena saya tuna rungu dan dikhawatirkan tidak bisa mendengar ketokan pindah dari panitia di depan. Hanya itu saja, sisa tes bisa saya kerjakan dengan baik meski tangan saya rasanya benar-benar mati rasa karena tes terakhir adalah tes psikiatri dari RSPAD yang harus menjawab 500-an soal a/b dengan waktunya 2 jam dari pukul 15.30-17.30 WIB. Tangan sudah nggak berasa apa-apa. Peserta di kanan kiri saya sudah pada selesai tapi bapak di depan menenangkan bahwa akan ditunggu sampe jam 17.30 jadi santai saja. Akhirnya saya selesai di posisi 5 dari terakhir. Haha. Iya, dari ratusan cpns, saya urutan 5 dari belakang. Tapi waktunya masih jam 17.10 jadi masih aman. Yang terpenting saya sudah menjawab dengan baik dan buletan rapih semua, haha. 
Hari kedua tes SKB adalah FGD dan interview psikolog. Saya paling takut dengan FGD karena itu alasan saya gagal di KPK. Tapi untungnya saya dapat tim yg sangat seru dan demokratis. Tim saya terdiri dari Sandy, Aziz, Wilson, dan Fery. Baiknya BPK, sebelum mulai FGD kami diberikan waktu 30 menit untuk berkenalan dengan tim masing-masing supaya nyambung obrolannya ketika diskusi FGD dimulai. Dalam tim saya, kami semua mendapat porsi yg sama dalam mengungkapkan pendapat dan opini masing-masing, tanpa menjatuhkan satu sama lain. Akhirnya keputusan diambil oleh suara terbanyak. Sikap saya ketika FGD adalah saat berbicara saya harus percaya diri dalam mengemukan opini saya tapi saya tidak boleh mengabaikan dan meremehkan pendapat orang lain jadi kita harus memberi apresiasi dan tanggapan yang baik terhadap orang yang sedang berbicara. Diskusi kami berjalan dengan baik dan tidak lama. Dari 2 jam yang diberikan, kami bisa menyelesaikannya hanya dalam 1 jam saja karena kami sudah sepakat dengan 1 keputusan bersama. 
Saya sangat bersyukur FGD yang saya takutkan ternyata berjalan dengan baik berkat tim saya. Tiba saatnya interview psikolog dan saya mendapat giliran pertama. Untungnya letak kursi dan meja interview diatur sebaik mungkin dan diberi jarak yang cukup jauh dengan tim lain sehingga tidak mengganggu fokus interview saya. Jujur, saya cuma berharap semoga saya bisa mendengar dan menjawab pertanyaan dengan baik. Saya sudah mempelajari gestur- gestur wawancara yang baik. Yang mewawancarai saya adalah seorang ibu yang cukup tua tapi tetap energik dan pembawaannya menyenangkan. 
Saya diberi pertanyaan standar biodata diri saya dan saya harus menceritakan kondisi disabilitas saya serta kaitannya dengan pengalaman kerja saya. Untungnya saya tidak gugup dan bisa menjawab dengan baik karena biodata saya cukup mengesankan sebab saya udah bekerja di 7 kantor termasuk ZAP serta posisi dan pekerjaan yang saya lakukan cukup membantu dan mendukung formasi Pemeriksa Pertama di BPK. Wawancara saya berlangsung sekitar 45 menit setelah itu saya diperbolehkan pulang. Dalam hati saya sangat bersyukur karena SKB hari kedua tidak seberat hari pertama dan hal yang saya takutkan tidak terjadi. 
Sekedar informasi tambahan, dari awal tes SKD dan SKB selalu digabung dengan formasi umum dan cumlaude, jadi saya bersaing adil dengan mereka di satu ruangan yang sama. Semua tes bisa saya kerjakan dengan baik, hanya saat tes koran saja saya butuh didampingi untuk mendengar tanda ketokan pindah. Saya tidak merasa diasingkan dan mengalami diskriminasi selama proses pendaftaran CPNS dari SKD hingga SKB. Bahkan tim FGD saya terdiri dari campuran ada formasi cumlaude dan umum serta dari jurusan yg berbeda tapi saya bisa mengimbangi mereka dengan baik karena saya memang tidak ada masalah berkomunikasi. Apapun hasilnya saya udah pasrahkan kepada Allah karena saya sudah berusaha yang terbaik dalam SKD dan SKB. Dan tepatnya di tanggal 24 Januari 2019, alhamdulillah saya lolos dan berhasil di SKD dan SKB serta resmi menjadi CPNS di BPK dengan hasil yang cukup baik. Saya percaya Gusti mboten sare. Tuhan tidak pernah tidur. Tuhan selalu melihat setiap usaha hamba-Nya yang berjuang. Dan resmi di tanggal 1 Maret 2019 saya magang di kantor Pusat BPK sembari menunggu jadwal diklat. Magang di kantor BPK sangat nyaman dan masih nggak percaya kalau ternyata saya berhasil. Wow. Untuk kelengkapan dokumen pemberkasan, formasi disabilitas diminta untuk tes MCU ulang di RS pemerintah. Karena saya sudah nyaman di RS Tarakan maka saya balik ke sana lagi dan semua perawat dan dokter di sana ikut senang saat tahu saya berhasil lulus, hehe. Mereka memang baikbaik semua. Mereka bilang, kalau saya tidak bilang mereka tidak bakal tahu jika saya tuna rungu sebab tertutup jilbab, haha.
Jadi, modal saya hampir habis 2 juta untuk bayar 2x tes MCU lengkap. Namun, saya sama sekali tidak menyesalinya karena itu kebijakan yang harus saya laksanakan sebagai seorang CPNS disabilitas di BPK. Saya memahami bahwa BPK perlu mengecek supaya difabel yang berhasil lulus benar-benar layak dan mampu beradaptasi di lingkungan kerja yang sesungguhnya. Jadwal diklat untuk kelas akuntansi dimulai pada pertengahan April dan saya terpilih mengikuti diklat di Badiklat Jakarta. Agak berbeda dari instansi pemerintah kebanyakan, rangkaian diklat CPNS BPK sangat panjang. Diklat selama masa CPNS di BPK tidak hanya terdiri dari diklat Latihan Dasar (Latsar), namun juga ada diklat Jabatan Fungsional Pemeriksa Ahli Pertama (JFP) dan Anggota Tim Yunior (ATY) yang dilaksanakan dengan total durasi 8 bulan. Panjang ya diklat BPK? Jadi di BPK, hampir setahun kami diklat CPNS. 
Setelah 8 bulan saya mengikuti diklat CPNS BPK, akhirnya saya berhasil lulus dengan nilai cukup dan mendapat peringkat 15 dari 38 siswa. Saya bersaing dengan 37 siswa normal, yang artinya hanya saya seorang yang difabel di kelas akuntansi. Bagaimana pengalamannya? Yang jelas sangat berkesan. Semua dilakukan bersama-sama dan harus kompak. Kalau tidak kompak, kami pasti kena hukuman, haha. Kami belajar banyak hal tentang cinta tanah air dan juga tentang BPK. Kami juga belajar lebih dalam mengenai apa sih pekerjaan pemeriksa utama. Kami juga tetap melaksanakan diklat di bulan puasa dan itu benar-benar menantang. I am not a morning person, saya benci banget bangun pagi jam 4 dan setelahnya tidak boleh tidur lagi karena kami harus olahraga, haha.
Diklat memang tidak mudah. Buktinya saya sampai kena tipes. Haha. Selama masih bisa berjalan, semua siswa yang sehat dan sakit wajib mengikuti semua kegiatan termasuk apel dan belajar di kelas. Saat diklat JFPAP, menurut saya tidak seberat diklat Latsar karena kami fokus belajar dan menerima banyak ilmu dan materi yang harus dipahami dalam waktu 2-3 hari lalu minggu depannya ujian. Begitu terus. Secara fisik tidak seberat ketika Latsar, namun memang otak ngebul banget. Haha. Tapi alhamdulillaah beberapa pelajaran nilai saya cukup baik, bahkan mendapat nilai yang cukup tinggi. Saya hanya remed 1 kali yaitu praktikum akuntansi karena benar-benar blank dan kurang waktu untuk menyelesaikan ujiannya dari hulu ke hilir haha. Ternyata saya remed praktikum akuntansi bersama 30 anak lainnya, jadi saya tidak perlu malu dong, haha. 

lanjutannya di bawah ya..
Diubah oleh nartiie 16-07-2021 16:18
0
4K
2
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan