lontongsayur07Avatar border
TS
lontongsayur07
Tahun Ajaran Baru era Pandemi Datang Lagi, Stres atau Fresh? Ini Suara Orang Tua
Tahun ajaran baru pendidikan di Indonesia segera dimulai. Sejumlah sekolah sudah menetapkan Senin, 19 Juli 2021, sebagai awal proses pendidikan. Awalnya disiapkan untuk mulai tatap muka di kelas dalam porsi kecil dan bergantian, eh kini semua rencana itu buyar berantakan.


Kapan belajar di kelas lagi ya? (Brokes Publishing)

Grafik masyarakat yang positif Covid-19 semakin tinggi. Indonesia seperti berjuang menjadi pemenang banyak-banyakan yang +C19 di antara negara-negara yang masih sulit memassalkan vaksin bagi rakyatnya.

Padahal, jumlah ini bisa jauh lebih tinggi karena banyak masyarakat kita yang tidak memeriksakan diri ke rumah sakit ketika gejala-gejala Covid-19 dirasa. Entah karena rumah sakit yang penuh, alasan biaya, merasa bisa mampu diatasi di rumah dengan obat-obatan biasa, hingga takut diasingkan tetangga... ya kan?


(Data per 14 Juli 2021)

Korban pandemi gak berujung ini banyak banget lho... termasuk dunia pendidikan. Setahun lebih anak-anak di Indonesia tidak tatap muka dengan guru dan teman di sekolah (eh kayaknya ada deh sisi lain dunia pendidikan di +62 ini yang tetap menjalankan kegiatan belajar-mengajar, gak ikut instruksi pemerintah).

Banyak catatan yang dikumpulkan oleh pihak pendidik dalam setahun ke belakang ketika kegiatan belajar-mengajar dilakukan lewat online. Begitu pula harusnya catatan ada di para orangtua murid.

Kalau catatan para siswa? Ya pastilah ada, namun mereka seperti menjalaninya saja, menikmati tanpa terlalu memikirkan dampak yang ditimbulkan. Apalagi kalau pelajarnya masih di bangku Sekolah Dasar kan?


Enaknya kalau ada ruang belajar sendiri di rumah (NBC News)

Nah, berikut catatan dari guru yang pernah saya dengar dalam diskusi orang tua murid dan pihak sekolah, terutama SD dan SMP yaaa:

1. Murid lebih mandiri.
2. Anak-anak semakin paham teknologi.
3. Hubungan ortu dengan anak semakin dekat.
4. (Ada lagi sih... tapi 3 saja dulu.)

Catatan orang tua atas catatan guru, karena ini suara hati:
1. Iya sih anak memang terlihat lebih mandiri dan menguasai gadget, tapi apa iya seperti itu? Bangun pagi aja makin susah. Plus, Orang tua yang kewalahan mengawasi anak belajar. Ibu-ibu sering gak ke dapur dulu sampai anak kelar belajar online. Iya kalau si ibu/bapak ngerti materi pembelajaran anak.

Jangan lupa, jam makan siang bisa berubah, atau menu makan siang jadi seadanya. Gak masalah kalau suami dan anak-anak memahami situasi di meja makan... lha kalau protes kelaparan sementara si ibu baru mulai masak setelah si anak kelar sekolah online?


Nyaman sekolah di rumah? (Future Learn)

2. Belajar online berarti ortu harus menyiapkan perangkat belajar. Gak cukup handphone. Kasihan anak yang belajar harus melihat gurunya dan materi yang diajarkan lewat HP. Tunggu 5 tahun lagi, dokter mata kebanjiran pasien. Plus, siap-siapin deh kuota internet meledak dari biasanya. Apalagi kalau anak AganSista sudah doyan main game... duh.

Bagaimana dengan sekolah-sekolah yang selama ini mendapatkan kapur tulis yang mencukupi saja susah... apalagi harus menyediakan laptop buat guru dan murid-muridnya yaaa.


Bagaimana mau belajar online? (Fundacion Mujer)

Pernah lihat anak belajar olahraga via laptop? Kasihan, sungguh kasihan.... kayak melihat proses belajar seadanya. Bagaimana guru bisa melihat gerakan anak dengan benar benar saat ia meminta menirukan suatu gerak olahraga?

3. Teori yang masuk akal. Kebersamaan di keluar jelas  semakin tinggi frekuensinya... selama tidak ada masalah dengan finansial untuk bayar ini dan itu. Dari cerita tetangga, anak sering menjadi korban amarah dan kekesalan ortu akibat bisninya yang sepi. Apalagi anak di ada rumah tapi gak bantu-bantu ortu dianggap gak berguan. Padahal si anak lagi belajar.

Catatan tambahan ortu dari proses belajar dan mengajar dari rumah:
- Anak jadi kurang bergaul, minim sosialisasi. Berteman lewat layar HP atau laptop jelas beda. Anak-anak, sejak SD, butuh atmosfir kompetitif untuk mendewasakan mereka kelak di dunia nyata.

- Bayangkan anak yang pindah sekolah, misal dari SD ke SMP... dan harus belajar online. Apalagi kalau bukan dari yayasan yang sama. Duh, anak bisa minderan... gak bergaul karena tak langsung ketemuan untuk bisa kenalan dan main bersama.

- Kalau anak punya kamar sendiri untuk belajar, gak ada masalah. Gimana kalau kamar itu harus berbagi dengan kakak dan adik yang juga sekolah online? Adakah jumlah meja belajar yang cukup untuk anak-anak menaruh laptop dan buku tulis agar si anak bisa mencatat pelajaran dengan nyaman? Trus, orang tuanya mau mendampingi anak yang mana dong?


Enaknya punya ruang belajar sendiri (detik)

- Jangan lupa gangguan suara dari penghuni rumah atau tetangga... atau suara abang-abang penjual keliling yang membuat perhatian si anak terganggu. Dikit-dikit minta jajan... pusing.

Banyak lagi deh catatan orang tua dari proses belajar-mengajar online ini. Namun, dalam situasi darurat dan pandemi gak berujung ini, sekolah dari rumah untuk saat ini adalah yang terbaik. Apalagi bagi anak TK, SD, hingga SMP yang sulit menerapkan disiplin protokol kesehatan. Jangan sampai pulang dari sekolah bawa oleh-oleh virus Covid-19.

Agan dan Sista punya catatan apa lagi nih selama menjalani proses belajar online di era pandemi ini? Bakal ada lagi catatan yang baru gak ya?
weshley07Avatar border
anton2019827Avatar border
angelkidzAvatar border
angelkidz dan 4 lainnya memberi reputasi
5
4.9K
6
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan