- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Melody ~ Indah di Ujung Jalan


TS
irulfm24
Melody ~ Indah di Ujung Jalan
Melody Indah di Ujung Jalan

"Plakk!!!"Tamparan keras dari laki-laki tua itu mendarat tepat di wajah wanita yang ada di depannya. Wanita tua itu langsung tersungkur ke lantai. Isak tangis dan air mata mengalir dari raut wajahnya yang meringis kesakitan, sambil memegang pipinya yang memerah bekas tamparan laki-laki itu.
"Uang kita sudah tidak ada Pah, uang kita sudah habis" Tangis wanita itu sambil menatap wajah suaminya yang sedang marah dalam kondisi mabuk minuman keras.
"Diam Kau! Perempuan kurang ajar!" Laki-laki itu kemudian menendang istrinya sendiri berkali-kali sampai tubuhnya terkapar lemah tak berdaya. Wanita itu hanya bisa berteriak dan menangis menahan rasa sakit. Dia berkali-kali mengucapkan kata ampun kepada suaminya. Namun suaminya itu tidak mengubrisnya.
"Di mana Melody?" Teriaknya sambil berjalan ke arah belakang, menuju sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat.
"Melody! Buka pintunya!" Dia terus menggedor pintu itu sambil bersuara keras. Namun pintu itu tidak juga terbuka.
"Brakk!" Pintu itu ditendang sampai terlepas dari engselnya.
Tampak seorang gadis kecil berumur 8 tahun sedang berdiri ketakutan di pojok kamar. Dia terus menatap ke arah laki-laki tua itu, yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Dia terus memeluk boneka beruangnya sambil menangis tersedu. Dia sangat ketakutan.
"Maafkan Melody, Ayah, jangan pukul Melody. Ampun Yah" Gadis kecil itu terus menangis.
Ayahnya langsung berjalan mendekati, tatapan wajahnya sangat menyeramkan. Dengan mata yang memerah akibat mabuk berat, nafasnya yang berbau alkohol itu menyengat ke hidung gadis kecil yang ada di depannya. Gadis kecil itu lalu menutupi hidungnya dengan boneka yang dipeluknya.
"Mana cincinmu!" Teriak Ayahnya.
"Ampun Yah, jangan pukul Melody" Gadis kecil itu masih menangis ketakutan.
Ayahnya yang masih ngotot ingin mengambil cincin di jarinya itu kemudian merampas boneka yang ada dipelukannya dan memukul wajahnya dengan boneka itu.
"Akkhh! Sakit Yah, Ampun" Gadis kecil itu tersungkur di tempat tidurnya.
"Huaa.. Ayaahh, Jangan pukul Melody" Dia terus menangis sekencang-kencangnya. Namun Ayahnya tidak peduli, dan tetap memaksa melepas cincin emas yang terpasang di jari kecilnya itu. Entah kenapa, cincin itu sangat sulit untuk dilepaskan. Ayahnya pun menarik dengan paksa, sampai kulit jari manisnya robek sedikit akibat gesekan dari cincin itu.
"Akkhhhh, Saakiiiit Yahhh" Teriak Anaknya kesakitan.
"Diam kau, Anak Sialan!"
"Plakk!" Ayahnya kembali menampar wajahnya, kemudian merenggut rambutnya yang hitam itu. Gadis kecil itu hanya bisa menangis, dan pasrah atas perlakuan orang tuanya yang kejam itu.
Setelah Ayahnya pergi, dia hanya bisa menangis dan terus menangis sambil menggenggam jari tangannya yang terluka. Ibunya yang tadi ada di luar, kemudian mendatanginya di kamar, lalu memeluknya.
"Ibuu.., kenapa Ayah begitu kejam" Melody menangis terisak di pelukan Ibunya.
"Sabar ya Nak, kamu harus sabar" Ibunya ikut menangis sambil memeluk dan mengusap air mata anak gadisnya yang polos itu. Dia terus mengusap rambutnya, sampai anak itu mulai terlelap dipelukannya.
Melody terbangun dari tidur siangnya, entah kenapa belakangan ini dia sering sekali mimpi buruk. Kenangan akan masa lalu yang pahit, selalu membayangi hari-harinya. Dia kemudian turun dari tempat tidur, dan berpindah duduk di kursi sambil menghadap ke cermin rias yang ada di sebelah kasurnya. Dia lalu menarik laci kecil di bawah mejanya. Mengeluarkan satu benda yang dibelinya beberapa hari lalu. Sebuah Test Peckdengan dua garis merah. Dia hamil. Dia terus memandangi Test Peck itu, sambil terus berfikir di dalam kepalanya.
"Apa aku harus menggugurkan Anak ini" batinnya, sambil tangan kirinya meraba perutnya sedangkan tangan kanan masih memegangi test peck itu. Dia pun beralih pendangan ke depan cermin, menatap wajahnya. Dia melepaskan test peck dari tangannya, lalu menggeser poninya sedikit. Tampak ada sedikit bekas luka yang membekas di pelipis keningnya. Bekas luka dari seorang laki-laki yang pernah merusak masa depannya.
Dia pun mengusap-ngusap wajahnya, sambil memejamkan mata. Ingatan tentang masa lalu itu kembali terbayang olehnya. Semakin jelas dan semakin banyak hingga memenuhi seisi kepala. Kepalanya semakin berat dan pusing. Dia lalu mengambil beberapa obat yang tergeletak di atas meja. Dan meminumnya dengan sebotol air mineral yang tak jauh dari obat yang dia simpan.
Malam ini, dia harus kembali bekerja. Sebuah pekerjaan yang tak ingin dilakukannya, sebuah pekerjaan di mana dia harus melayani setiap pelanggan dengan ramah, dengan senyuman indah di wajahnya. Meskipun itu hanyalah sebuah senyum palsu, namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya. Dia terpaksa harus melakukan pekerjaan itu, agar dia bisa terus membiayai pengobatan ibunya yang semakin keritis. Dia harus mengumpulkan biaya operasi secepatnya.
"Kenapa kehidupanku harus hancur Ya Tuhan. Maafkan aku Ibu, tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Demi membuatmu bahagia, aku akan terus melangkah meski aku tau jalan yang aku pilih ini salah" Air matanya menetes di atas selembar foto yang ada di tangannya. Sebuah foto masa kecil dirinya yang sedang dipeluk, Dipeluk oleh seorang wanita yang disayanginya.
Dia pun terus menangis, menangis sedalam-dalamnya, sambil terus memegangi foto itu dan berkata
"Maafkan Aku, Ibu".
Theme song

Quote:
Post Credit
"Plakk!!!"Tamparan keras dari laki-laki tua itu mendarat tepat di wajah wanita yang ada di depannya. Wanita tua itu langsung tersungkur ke lantai. Isak tangis dan air mata mengalir dari raut wajahnya yang meringis kesakitan, sambil memegang pipinya yang memerah bekas tamparan laki-laki itu.
"Uang kita sudah tidak ada Pah, uang kita sudah habis" Tangis wanita itu sambil menatap wajah suaminya yang sedang marah dalam kondisi mabuk minuman keras.
"Diam Kau! Perempuan kurang ajar!" Laki-laki itu kemudian menendang istrinya sendiri berkali-kali sampai tubuhnya terkapar lemah tak berdaya. Wanita itu hanya bisa berteriak dan menangis menahan rasa sakit. Dia berkali-kali mengucapkan kata ampun kepada suaminya. Namun suaminya itu tidak mengubrisnya.
"Di mana Melody?" Teriaknya sambil berjalan ke arah belakang, menuju sebuah kamar yang pintunya tertutup rapat.
"Melody! Buka pintunya!" Dia terus menggedor pintu itu sambil bersuara keras. Namun pintu itu tidak juga terbuka.
"Brakk!" Pintu itu ditendang sampai terlepas dari engselnya.
Tampak seorang gadis kecil berumur 8 tahun sedang berdiri ketakutan di pojok kamar. Dia terus menatap ke arah laki-laki tua itu, yang tak lain adalah Ayahnya sendiri. Dia terus memeluk boneka beruangnya sambil menangis tersedu. Dia sangat ketakutan.
"Maafkan Melody, Ayah, jangan pukul Melody. Ampun Yah" Gadis kecil itu terus menangis.
Ayahnya langsung berjalan mendekati, tatapan wajahnya sangat menyeramkan. Dengan mata yang memerah akibat mabuk berat, nafasnya yang berbau alkohol itu menyengat ke hidung gadis kecil yang ada di depannya. Gadis kecil itu lalu menutupi hidungnya dengan boneka yang dipeluknya.
"Mana cincinmu!" Teriak Ayahnya.
"Ampun Yah, jangan pukul Melody" Gadis kecil itu masih menangis ketakutan.
Ayahnya yang masih ngotot ingin mengambil cincin di jarinya itu kemudian merampas boneka yang ada dipelukannya dan memukul wajahnya dengan boneka itu.
"Akkhh! Sakit Yah, Ampun" Gadis kecil itu tersungkur di tempat tidurnya.
"Huaa.. Ayaahh, Jangan pukul Melody" Dia terus menangis sekencang-kencangnya. Namun Ayahnya tidak peduli, dan tetap memaksa melepas cincin emas yang terpasang di jari kecilnya itu. Entah kenapa, cincin itu sangat sulit untuk dilepaskan. Ayahnya pun menarik dengan paksa, sampai kulit jari manisnya robek sedikit akibat gesekan dari cincin itu.
"Akkhhhh, Saakiiiit Yahhh" Teriak Anaknya kesakitan.
"Diam kau, Anak Sialan!"
"Plakk!" Ayahnya kembali menampar wajahnya, kemudian merenggut rambutnya yang hitam itu. Gadis kecil itu hanya bisa menangis, dan pasrah atas perlakuan orang tuanya yang kejam itu.
Setelah Ayahnya pergi, dia hanya bisa menangis dan terus menangis sambil menggenggam jari tangannya yang terluka. Ibunya yang tadi ada di luar, kemudian mendatanginya di kamar, lalu memeluknya.
"Ibuu.., kenapa Ayah begitu kejam" Melody menangis terisak di pelukan Ibunya.
"Sabar ya Nak, kamu harus sabar" Ibunya ikut menangis sambil memeluk dan mengusap air mata anak gadisnya yang polos itu. Dia terus mengusap rambutnya, sampai anak itu mulai terlelap dipelukannya.
***
Melody terbangun dari tidur siangnya, entah kenapa belakangan ini dia sering sekali mimpi buruk. Kenangan akan masa lalu yang pahit, selalu membayangi hari-harinya. Dia kemudian turun dari tempat tidur, dan berpindah duduk di kursi sambil menghadap ke cermin rias yang ada di sebelah kasurnya. Dia lalu menarik laci kecil di bawah mejanya. Mengeluarkan satu benda yang dibelinya beberapa hari lalu. Sebuah Test Peckdengan dua garis merah. Dia hamil. Dia terus memandangi Test Peck itu, sambil terus berfikir di dalam kepalanya.
"Apa aku harus menggugurkan Anak ini" batinnya, sambil tangan kirinya meraba perutnya sedangkan tangan kanan masih memegangi test peck itu. Dia pun beralih pendangan ke depan cermin, menatap wajahnya. Dia melepaskan test peck dari tangannya, lalu menggeser poninya sedikit. Tampak ada sedikit bekas luka yang membekas di pelipis keningnya. Bekas luka dari seorang laki-laki yang pernah merusak masa depannya.
Dia pun mengusap-ngusap wajahnya, sambil memejamkan mata. Ingatan tentang masa lalu itu kembali terbayang olehnya. Semakin jelas dan semakin banyak hingga memenuhi seisi kepala. Kepalanya semakin berat dan pusing. Dia lalu mengambil beberapa obat yang tergeletak di atas meja. Dan meminumnya dengan sebotol air mineral yang tak jauh dari obat yang dia simpan.
Malam ini, dia harus kembali bekerja. Sebuah pekerjaan yang tak ingin dilakukannya, sebuah pekerjaan di mana dia harus melayani setiap pelanggan dengan ramah, dengan senyuman indah di wajahnya. Meskipun itu hanyalah sebuah senyum palsu, namun tidak ada hal lain yang bisa dilakukannya. Dia terpaksa harus melakukan pekerjaan itu, agar dia bisa terus membiayai pengobatan ibunya yang semakin keritis. Dia harus mengumpulkan biaya operasi secepatnya.
"Kenapa kehidupanku harus hancur Ya Tuhan. Maafkan aku Ibu, tidak ada yang bisa aku lakukan lagi. Demi membuatmu bahagia, aku akan terus melangkah meski aku tau jalan yang aku pilih ini salah" Air matanya menetes di atas selembar foto yang ada di tangannya. Sebuah foto masa kecil dirinya yang sedang dipeluk, Dipeluk oleh seorang wanita yang disayanginya.
Dia pun terus menangis, menangis sedalam-dalamnya, sambil terus memegangi foto itu dan berkata
"Maafkan Aku, Ibu".
Theme song

Quote:
Aku ingin menghancurkan waktu ini
Aku ingin berpegang teguh pada waktu ini
Aku tak mengerti dengan diriku sendiri
Aku harap bisa membuat permulaan yang bagus
Walau aku berusaha bersembunyi di kota yang asing
Aku memikirkan apa yang terjadi di balik jendela ini
Aku ingin lari dari ketergesaan
Aku akan bingung dengan keragu-raguan sampai aku melarikan diri
Jika aku mengikuti kenangan yang sudah berkeping-keping
Aku bisa kembali ke masa itu
Seperti anak kecil waktu itu
Aku terlahir untuk hidup
Ke dunia yang kubayangkan saat kecil
Aku seorang bayi, aku ingin menangis
Penderitaan yang dialami untuk mendapatkannya
Terasa sangat indah
Jika hidup adalah pertarungan
Kau tak akan sanggup menang atau kalah
Aku tahu tentang hal itu
Hatiku berdebar di luar kendali karena berlari menuju esok
dari keributan yang membuatku ingin menangis
Aku ingin hidup dengan jujur
Aku hanya ingin hidup dengan jujur
Seperti anak kecil waktu itu
Aku tidak ingin tersandung karena kata-kata seseorang
Aku tak ingin bingung
Esok hari pasti akan bersinar juga
Tidak apa-apa jika tidak bisa kembali ke masa lalu
Aku takut akan jalan hidupku besok, tapi
Aku berdiri di jalan dimana aku tidak bisa kembali
Aku ingin berpegang teguh pada waktu ini
Aku tak mengerti dengan diriku sendiri
Aku harap bisa membuat permulaan yang bagus
Walau aku berusaha bersembunyi di kota yang asing
Aku memikirkan apa yang terjadi di balik jendela ini
Aku ingin lari dari ketergesaan
Aku akan bingung dengan keragu-raguan sampai aku melarikan diri
Jika aku mengikuti kenangan yang sudah berkeping-keping
Aku bisa kembali ke masa itu
Seperti anak kecil waktu itu
Aku terlahir untuk hidup
Ke dunia yang kubayangkan saat kecil
Aku seorang bayi, aku ingin menangis
Penderitaan yang dialami untuk mendapatkannya
Terasa sangat indah
Jika hidup adalah pertarungan
Kau tak akan sanggup menang atau kalah
Aku tahu tentang hal itu
Hatiku berdebar di luar kendali karena berlari menuju esok
dari keributan yang membuatku ingin menangis
Aku ingin hidup dengan jujur
Aku hanya ingin hidup dengan jujur
Seperti anak kecil waktu itu
Aku tidak ingin tersandung karena kata-kata seseorang
Aku tak ingin bingung
Esok hari pasti akan bersinar juga
Tidak apa-apa jika tidak bisa kembali ke masa lalu
Aku takut akan jalan hidupku besok, tapi
Aku berdiri di jalan dimana aku tidak bisa kembali
Diubah oleh irulfm24 03-02-2022 15:00






pearlly dan 10 lainnya memberi reputasi
9
2.9K
Kutip
14
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan