- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Bom Waktu Covid-19 Jateng di Tangan Gubernur Ganjar


TS
khu.lung
Bom Waktu Covid-19 Jateng di Tangan Gubernur Ganjar
Jakarta, CNN Indonesia -- Sejumlah fakta memperlihatkan kondisi penanganan pandemi Covid-19 Jawa Tengah (Jateng) di bawah kepemimpinan Gubernur Jateng Ganjar Pranowo dalam tahap memprihatinkan saat ini.
Jateng dalam sepekan terakhir menjadi sorotan usai terus menyumbang kematian warga terpapar Covid-19 tertinggi di Indonesia selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali 3 Juli lalu.
Jumlah kumulatif kematian Covid-19 di Jateng selama lima hari PPKM Darurat bahkan melonjak 98,2 persen atau nyaris dua kali lipat dari jumlah kumulatif kematian Covid-19 di lima hari sebelum PPKM Darurat.
Pada periode 28 Juni hingga 2 Juli Jateng mencatat jumlah kematian Covid-19 sebanyak 595 kasus. Kemudian dalam kurun waktu 3 sampai 7 Juli, penambahan kematian kumulatif mencapai 1.167 kasus.
Baca juga: Kematian di Jateng Tinggi, Warga Kurang Mengenal Gejala Covid
Kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jateng juga meningkat jika dibandingkan antara lima hari sebelum PPKM Darurat dan lima hari setelahnya. Pada kurun waktu 28 Juni hingga 2 Juli kasus kumulatif Covid-19 mencapai 12.392 kasus, dan pada periode 3 sampai 7 Juli naik menjadi 17.497 kasus.
Berdasarkan Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Kamis (8/7), Jateng merupakan provinsi yang paling banyak penambahan kasus kematiannya dari hari sebelumnya, yaitu 229 orang.
Sementara untuk penambahan kasus, Jateng duduk di peringkat ketiga di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) dengan 4.232 kasus.
Selain itu, tingkat kepatuhan memakai masker di Jateng juga menjadi masalah. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat sebanyak 186 kelurahan di Jateng memiliki tingkat kepatuhan memakai masker di bawah 60 persen.
Jumlah itu termasuk tinggi karena membuat Jateng duduk di peringkat keempat di bawah Aceh (548 kelurahan), Jawa Barat (503 kelurahan), dan Jawa Timur (493 kelurahan).
Dalam soal vaksinasi, Jateng juga masih punya PR besar. Provinsi ini tercatat memiliki tingkat vaksinasi lansia terendah kedua di Indonesia, setelah Jawa Barat, berdasarkan laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang situasi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Hingga 5 Juli 2021, menurut laporan tersebut, terdapat 2,4 juta lansia belum divaksinasi di Jawa Tengah. Sementara lansia adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan jika terpapar Covid-19 -- bisa berujung pada gejala berat atau bahkan kematian.
Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Jateng mencermati lonjakan kasus kematian warga terpapar Covid-19 di Jateng beberapa pekan terakhir selaras dengan melonjaknya kasus konfirmasi positif Covid-19 yang menyebabkan antrean warga di fasilitas kesehatan (faskes) tak terbendung.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Kematian Jateng Tinggi Imbas Faskes Kolaps
Wakil Ketua PAEI Jateng Sayono menyebut munculnya mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di Jateng saat ini juga menjadi perhatian, sebab dinilai menjadi salah satu indikator meningkatnya warga yang terpapar covid-19 di Jateng.
"Banyak antre di IGD dan meninggal, itu mungkin cukup santer berita seperti itu, dan kenyataannya memang seperti itu. Yang terjadi lonjakan besar kemudian antrean mendapatkan pelayanan yang semestinya itu sangat-sangat cakupannya rendah. Sehingga di sinilah sebetulnya yang menjadikan mereka yang kondisinya berat tidak segera mendapatkan pelayanan yang tepat," kata Sayono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/7).
Sayono menilai perbandingan kemampuan faskes dengan warga di Jateng dalam masa-masa normal sejatinya sudah seimbang, namun dengan 'badai' Covid-19 yang disebut sebagai gelombang kedua pandemi di Indonesia ini, mau tidak mau faskes akan kolaps juga jika terus digeruduk pasien.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...ubernur-ganjar
tingkat mortalitas terburuk Se-Indonesia maupun sampel test tracing hariannya masih jauh dibawah Jakarta yang sudah diatas standar who dan Jabar yang mendekati standar who
Jateng dalam sepekan terakhir menjadi sorotan usai terus menyumbang kematian warga terpapar Covid-19 tertinggi di Indonesia selama penerapan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat Jawa-Bali 3 Juli lalu.
Jumlah kumulatif kematian Covid-19 di Jateng selama lima hari PPKM Darurat bahkan melonjak 98,2 persen atau nyaris dua kali lipat dari jumlah kumulatif kematian Covid-19 di lima hari sebelum PPKM Darurat.
Pada periode 28 Juni hingga 2 Juli Jateng mencatat jumlah kematian Covid-19 sebanyak 595 kasus. Kemudian dalam kurun waktu 3 sampai 7 Juli, penambahan kematian kumulatif mencapai 1.167 kasus.
Baca juga: Kematian di Jateng Tinggi, Warga Kurang Mengenal Gejala Covid
Kasus konfirmasi positif Covid-19 di Jateng juga meningkat jika dibandingkan antara lima hari sebelum PPKM Darurat dan lima hari setelahnya. Pada kurun waktu 28 Juni hingga 2 Juli kasus kumulatif Covid-19 mencapai 12.392 kasus, dan pada periode 3 sampai 7 Juli naik menjadi 17.497 kasus.
Berdasarkan Data Satuan Tugas Penanganan Covid-19 pada Kamis (8/7), Jateng merupakan provinsi yang paling banyak penambahan kasus kematiannya dari hari sebelumnya, yaitu 229 orang.
Sementara untuk penambahan kasus, Jateng duduk di peringkat ketiga di bawah DKI Jakarta dan Jawa Barat (Jabar) dengan 4.232 kasus.
Selain itu, tingkat kepatuhan memakai masker di Jateng juga menjadi masalah. Satuan Tugas (Satgas) Penanganan Covid-19 mencatat sebanyak 186 kelurahan di Jateng memiliki tingkat kepatuhan memakai masker di bawah 60 persen.
Jumlah itu termasuk tinggi karena membuat Jateng duduk di peringkat keempat di bawah Aceh (548 kelurahan), Jawa Barat (503 kelurahan), dan Jawa Timur (493 kelurahan).
Dalam soal vaksinasi, Jateng juga masih punya PR besar. Provinsi ini tercatat memiliki tingkat vaksinasi lansia terendah kedua di Indonesia, setelah Jawa Barat, berdasarkan laporan terbaru Badan Kesehatan Dunia (WHO) tentang situasi pandemi Covid-19 di Indonesia.
Hingga 5 Juli 2021, menurut laporan tersebut, terdapat 2,4 juta lansia belum divaksinasi di Jawa Tengah. Sementara lansia adalah salah satu kelompok masyarakat yang paling rentan jika terpapar Covid-19 -- bisa berujung pada gejala berat atau bahkan kematian.
Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Jateng mencermati lonjakan kasus kematian warga terpapar Covid-19 di Jateng beberapa pekan terakhir selaras dengan melonjaknya kasus konfirmasi positif Covid-19 yang menyebabkan antrean warga di fasilitas kesehatan (faskes) tak terbendung.
Baca juga: Epidemiolog Sebut Kematian Jateng Tinggi Imbas Faskes Kolaps
Wakil Ketua PAEI Jateng Sayono menyebut munculnya mutasi virus SARS-CoV-2 yang sudah teridentifikasi di Jateng saat ini juga menjadi perhatian, sebab dinilai menjadi salah satu indikator meningkatnya warga yang terpapar covid-19 di Jateng.
"Banyak antre di IGD dan meninggal, itu mungkin cukup santer berita seperti itu, dan kenyataannya memang seperti itu. Yang terjadi lonjakan besar kemudian antrean mendapatkan pelayanan yang semestinya itu sangat-sangat cakupannya rendah. Sehingga di sinilah sebetulnya yang menjadikan mereka yang kondisinya berat tidak segera mendapatkan pelayanan yang tepat," kata Sayono saat dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/7).
Sayono menilai perbandingan kemampuan faskes dengan warga di Jateng dalam masa-masa normal sejatinya sudah seimbang, namun dengan 'badai' Covid-19 yang disebut sebagai gelombang kedua pandemi di Indonesia ini, mau tidak mau faskes akan kolaps juga jika terus digeruduk pasien.
https://www.cnnindonesia.com/nasiona...ubernur-ganjar
tingkat mortalitas terburuk Se-Indonesia maupun sampel test tracing hariannya masih jauh dibawah Jakarta yang sudah diatas standar who dan Jabar yang mendekati standar who






urangborneo dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.1K
21


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan