Kaskus

News

i.am.legend.Avatar border
TS
i.am.legend.
Ibu Sendiri Jadi Pasien Covid-19, Nakes Merawat Hingga Nafas Terakhir
Ibu Sendiri Jadi Pasien Covid-19, Nakes Merawat Hingga Nafas Terakhir

Ibu Sendiri Jadi Pasien Covid-19, CCTV Perlihatkan Nakes Merawat Hingga Nafas Terakhir

Suara.com - Sebuah video yang memperlihatkan video cctv dari sebuah kamar perawatan pasien Covid-19 di sebuah rumah sakit viral di media sosial.

Lewat video yang diunggah di Tiktok pada Sabtu (3/7/2021), seorang nakes memperlihatkan video cctv yang mengawasi pasien di sebuah ruangan.

Ternyata, pasien yang dirawat di ruangan tersebut merupakan orang tua dari salah satu perawat yang bertugas di tempat tersebut.

Berdasarkan keterangan yang ditulis dalam unggahan tersebut, pasien yang terlihat menggunakan alat bantu pernafasan itu sedang dirawat oleh seorang nakes yang ternyata adalah anaknya sendiri.

Saat jaga, melihat teman saya merawat ibunya sendiri. Hatiku terenyuh, ikut sedih. Mohon doanya semua, karena Allah telah mengambil ibu teman saya," tulis pemilik akun tersebut dalam unggahannya, seperti dikutip suara.com, Selasa (6/7/2021).

Perawat tersebut terluhat sangat telaten dan bersabar merawat sang ibu yang saat itu sedang berjuang melawan Covid-19.

Dengan APD lengkap, ia sesekali terlihat mendekatkan telinganya ke arah kepala sang ibu, agar bisa mendengar apa yang disampaikan oleh ibunya itu. Ia setia menjaga dan merwat hingga akhirnya sang ibu meninggal dunia.

Melihat video tersebut, para warganet lantas menuliskan beragam komentar. Sebagian besar dari mereka mengaku terenyuh dengan tindakan sang perawat yang setia menjaga dan mendampingi ibu.

"Nangis aku tuh, refleks," tulis salah seorang warganet.

"Sama seperti aku, posisi ibu di ruang ICU Covid, aku yang merawat sendiri," tulis warganet lain.

"Ya Allah, segera angkat pandemi ini ya Allah, sudah remuk hati ini melihat hal-hal seperti ini dua tahun terakhir," komentar warganet lain.

"Gue ngerti perasaannya karena gue pernah di posisi itu," komentar salah satu warganet.
sumber

******
Sesungguhnya Covid-19 ini nyata. Jadi jangan lagi berdebat tentang CFR, sebab CFR di Indonesia kini per 21 Juni 2021 telah mencapai 2,7%.

Jangan pula dicari-cari berapa sesungguhnya tingkat kematian yang sebenarnya akibat Covid-19 ini. Sebab bagi sebagian orang, good news is bad news. Ketika ada fakta kematian makin sedikit, maka dianggap pembohongan publik. Tapi ketika ada fakta kematian begitu besar, maka hal itu justru dianggap semua kematian di-Covid-kan.

Mereka bukan lagi bersedih dengan kenyataan yang ada, bahwa pandemi ini sungguh sangat menyedihkan, memukul semua sendi kehidupan. Justru mereka menjadikan pandemi ini sebagai komoditas yang menguntungkan dalam memproduksi hoax, adu domba, menyerang pemerintah, meninggikan citra, serta memprovokasi massa. Dan mereka senang ketika banyak orang tersulut. Sementara yang lain berharap negara rusuh agar mereka bisa melakukan penjarahan.

Kita sendiri, bagi yang mau berpikir, kadang tertawa campur marah kepada mereka, para tokoh agama yang selalu memprovokasi seolah otaknya hanya ada kebencian semata. Para tokoh politik yang memperkeruh suasana dengan komentar-komentar sanpahnya. Para manusia-manusia pandir yang terus berdebat mengenai vaksin. Hingga mereka yang menolak untuk divaksin, padahal menurut para ahli, mereka yang tak mau divaksin bisa menjadi sumber dari mutasi virus yang baru dan lebih kuat, lebih cepat menginfeksi.

Dan bagi mereka yang menjadikan para penderita Covid-19 sebagai bahan tertawaan, menganggap bahwa mereka penyakitan, segera sadar. Mereka, para penderita Covid ini bukan orang penyakitan. Banyak diantara mereka segar bugar, tak punya catatan komorbid, tapi bisa tumbang. Hal ini bukan hanya karena antrian di Rumah Sakit. Tapi banyak hal yang melatarinya. Ada yang saat isolasi mandiri tak tahu bagaimana caranya meningkatkan saturasi oksigen dengan cara proning. Ada yang turun drastis tingkat imunnya karena stress. Ada yang terlalu banyak dosis obat. Macam-macam. Dan mereka bukan orang-orang penyakitan. Karena banyak juga yang mempunyai komorbid, justru bisa selamat dari serangan Covid-19.

Bisa kita bayangkan, bagaimana seorang Nakes yang berjuang setiap hari demi menyelamatkan hidup seseorang, entah siapa orang tersebut, hingga orang itu bisa selamat dari maut, tapi justru dihadapkan pada kematian orangtuanya sendiri yang dirawatnya dengan sepenuh hati.

Padahal sebenarnya kita semua bisa bersinergi, saling membantu, saling mengingatkan, dan tak perlu dengan kekerasan, tak perlu dengan caci maki. Itu bisa terjadi jika tiap orang sadar akan posisinya, bahwa dia adalah mahluk sosial.

Jika dianjurkan dan diwajibkan WFH, WFHlah.
Jika ada kantor yang memaksa masuk kerja, lapor pada pihak terkait.
Jika diwajibkan pakai masker yang aman, kita hanya perlu memakai, tak perlu menantang bak jagoan. Sebab semua yang tidak menderita Covid dan tidak divaksin, hal itu bukan karena kebal. Mereka hanya belum mendapat giliran.
Yakinlah, mereka yang menolak divaksin, suatu hari akan menyesali keputusannya, ketika vaksin Covid sudah tak lagi digratiskan, ketika sertifikat vaksinasi menjadi dokumen resmi dalam sebuah urusan. Menyesal? Terlambat.
Makin menyesal lagi ketika dirinya ternyata menjadi carier, menjadi perantara virus yang disebut OTG, dan ternyata kebodohannya justru membawa orang-orang terdekatnya masuk ke liang lahat lebih cepat.

Mari tetap jaga prokes.



Diubah oleh i.am.legend. 06-07-2021 23:26
peyronieAvatar border
bauasemloeAvatar border
4l3x4ndr4Avatar border
4l3x4ndr4 dan 23 lainnya memberi reputasi
22
2.2K
91
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan