ahh,...janji, begitu mudah diucapkan namun sangat sulit untuk ditepati, begitulah kebanyakan yang sudah terjadi, ketika aku mendengarnya beberapa waktu silam, terasa indah sekali dan setelah melewati hari berganti hari, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun, masih sama saja, hanya janji,

hari ini Sang Maha Mengetahui seperti memberi perintah padaku, Dia mengirimku berkilo-kilometer jauhnya untuk menemui seseorang, aku masih tidak mengerti dengan keputusanNya yang menyuruh diriku yang tidak dapat bicara dan menulis ini untuk menyampaikan sebuah pesan, entah apa yang harus kuperbuat? aku yang hanya bisa bersenandung ini harus menjelaskan sesuatu kepada seseorang  dan seperti yang sudah kuduga, seseorang itu sudah ada disana, masih ditempat yang sama, di pinggir danau taman kota, ...ya, aku melihatmya, duduk di bangku bercat putih yang terpaku di sebuah pohon dipinggir danau 

dia duduk di bangku dengan tatapan matanya melihat tenangnya air danau,  aku lalu duduk disebelahnya, tiba-tiba terlintas sebuah kenangan di masa silam, aku menyaksikan dirinya dan kekasihnya yang mengucap sebuah janji akan terus bersamanya sampai mati, ....ya, ..janji sehidup semati telah diucapkan, mengalun dengan mudahnya dari bibirnya,

setelahnya, lelaki itu pergi ke pusat kota untuk mencari penghidupan yang layak, meninggalkan perempuan itu seorang diri dan mengikatnya dengan hanya sebuah janji,..iya, hanya itu saja, tidak ada sebuah cincin yang melingkar di jarinya, dan tidak ada satu pun saksi yang disumpah untuk menceritakan kebenarannya, hanya ada aku yang melihat mereka berdua, sedangkan mereka tidak bisa melihatku .


                                                                      ***


ah,...sang mentari sudah mulai berwarna jingga, tanda untuk perempuan yang masih duduk termangu itu untuk segera pulang, dan akupun mengiringi langkahnya yang pelan dan lemah, meskipun sesekali aku memberinya semangat dan mengibaskan rambutnya, tetap saja dia tidak peduli padaku,

didalam kamarnya, kulihat dia duduk di meja belajarnya, memandangi foto seorang laki-laki dengan tatapan sendu, dialah lelaki yang sudah memberinya sebuah janji, ...hanya saja,.... janji itu sekarang hanyalah tinggal janji. senyumnya merekah ketika mengenang peristiwa masa silam, tapi sesaat kemudian matanya berkaca-kaca seakan ingin menumpahkan bulir-bulir airmata yang sudah tidak terbendung lagi, .S E N S O Ria menangis,   

oh,...kasihan sekali dirimu, sesekali aku membelai rambutnya, meskipun aku tidak bisa mengusap airmatanya, aku yakin dia adalah perempuan yang tegar, dan benar saja, dia berhenti menangis lalu mengusap airmatanya sendiri, aku yakin dia adalah perempuan yang kuat,

matanya masih kemerahan, dan dia mengeluarkan sebuah buku dari laci meja belajarnya, inilah yang aku tunggu-tunggu, melihatnya menulis kisahnya membuatku terpaku, membaca ceritanya membuatku seakan terbawa ke alam imajinasinya, ahh.....aku merasakan perasaan yang begitu nyata, dan setelah satu halaman terisi penuh, matanya meredup, dia tertidur.....

Ahh,...seandainya dia tahu, tidurnya berselimutkan DUSTA, ...seandainya dia tahu, lelaki yang dulu bersamanya telah berubah, mungkin kisahnya tak akan sesedih ini, meskipun aku ingin sekali memberitahu kepadanya tentang perbuatan laki-laki itu, apalah dayaku, aku yang tak bisa bicara dan menulis ini hanya bisa merasakan kesedihannya, dan mengerti keadaannya,

aku teringat dengan sebuah lagu yang sesuai dengan pesan yang ingin kusampaikan, lagu yang dinyanyikan seorang perempuan di iringi musik gamelan tradisional Bali, lalu aku  bersenandung lirih selagi dia tertidur

hmm,..hmm.....hm....hm...hmmmmm
hmm,....hmm....hm....hmm..mmm
hmmmm....hmmm......hmmmm


entah dia mendengarnya aku tak tahu, ....pun,aku juga tak peduli, seperti yang sudah-sudah,
aku selalu membelai rambutnya meskipun dia tak bisa melihatku
aku selalu ada didalam nafasnya meskipun dia tak merasakanku
aku selalu ada dalam ceritanya, dan dia selalu menyebutku meski tak menyadarinya,

tak mengapa, orang-orang memang tidak mengenalku
aku memang ada, tapi tak usah mencariku


namaku adalah angin lalu, tapi orang-orang menyebutku sebagai firasat,