semisapocAvatar border
TS
semisapoc
Bangunan Mungil yang Nyaman Sebagai Rumah dan Tempat Kerja DI Pinggiran Kota Tokyo!


Memiliki rumah dengan ukuran yang besar pasti menyenangkan. Yap! Tak bisa dipungkiri, bisa membangun rumah di atas lahan yang besar pasti menjadi impian banyak orang. Pasalnya dengan lahan yang besar tersebut, kita bisa leluasa dalam mendesain dan menghadirkan berbagai macam ruang di dalamnya.

Tapi bukan berarti rumah degan lahan yang sempit tidak bagus dan isinya tidak lengkap ya. Asalkan kalian pintar mendesain dan menata ruang, rumah di atas lahan yang sangat terbatas pun bisa tampak kece, nyaman, dengan kebutuhan yang terpenuhi.

Sebuah rumah di pinggiran Tokyo menjadi buktinya. Biro arsitek Apollo Architects & Associates,Ltd berhasil merancang sebuah rumah untuk keluarga beranggotakan 3 orang di atas lahan 133,7 meter persegi. Agan dan SIsta pasti penasaran kan seperti apa rumah yang dibangun di atas lahan seluas 133,7 meter persegi? Langsung intip aja yuk!

Hunian yang diberi nama Grace ini hadir dengan dua lantai yang dibuat degan menggunakan rangka kayu. Dibangun di era pandemi, Grace pun didesain untuk memenuhi kenyamanan selama di rumah aja dan juga kenyamanan saat bekerja dari rumah. Oh iya, meskipun hunian ini berfungsi sebagai rumah dan tempat kerja, tapi kedua fungsi ini ga saling berbenturan dan mengganggu kok.

Membangun hunian denga fungsi berbeda dan tak saling mengganggu di atas lahan sempit bukanlah suatu hal yang mudah, tapi ini merupakan sebuah tantangan sendiri. Nah, untuk menyelesaikan tantangan tersebut, Satoshi Kurosaki, pemimpin biro arsitek tersebut pun membaurkan elemen-elemen kontradiktif pada rumah tersebut. Mulai elemen-elemen kerja-rekreasi, interior-eksterior, hingga privat-publik.



Pada lantai satu terdiri dari kamar tidur utama dan kamar tidur anak. Ada pula kamar mandi dan juga powder room yang berada di antara kamar tidur utama dan kamar tidur anak. Oh iya, untuk kamar-kamar letaknya tepat di sebelah lorong tempat lemari-lemari penyimpanan yang menyatu ke dinding dan tangga ke lantai dua. Pintu masuk juga terhubung ke lorong ini, tapi pintu masuknya ga terletak di depan rumah. Untuk bagian depan di lantai satu adalah kamar tidur utama yang jendelanya berada di bagian atas sehingga privasi tetap terjaga. Kontras dengan dinding kaca di lantai dua.



Untuk lantai duanya, Grace hadir dengan konsep yang lebih terbuka. Fungsi living room, ruang makan, dan dapur, terletak berjejer sepanjang bangunan ini. Nah, di bagian depannya ada balkon yang ditutup dengan kaca satu arah yang membuat orang dari luar ga bisa melihat ke dalam, namun dari dalam bisa melihat ke luar.







Lemari penyimpanan yang tersamar sebagai dinding di lantai dua, punya peran penting untuk untuk menghilangkan ‘kebisingan’ visual dari objek berlebih dan meningkatkan konsentrasi pada pekerjaan. Kasau atap pelana yang terbuka dengan pencahayaan tidak langsung yang dipasang di dalamnya, membuat suasana ruang lantai dua lebih cosy dan santai. Kaca pada segitiga atap di atas ruang makan juga memberi tambahan jalan masuk cahaya bagi ruangan ini, seperti pada bagian depannya.



Grace tidak memiliki ruangan khusus untuk bekerja, karena memang tidak perlu. Penghuni bisa bekerja di ruang mana saja tanpa takut terdistraksi dengan keadaan sekelilingnya. Kondisi pandemi yang telah berlangsung lebih dari satu tahun, mengubah cara bekerja banyak orang. Tidak sedikit yang mulai nyaman dengan work from home, bahkan work from anywhere seperti yang diterapkan Spotify. Atau mungkin bekerja dalam berbagai posisi santai yang tidak mungkin dilakukan di kantor, sehingga desainer Geoffrey Pascal perlu membuat furnitur khusus untuk kaum rebahan yang produktif ini.








Pustaka
koi7Avatar border
anton2019827Avatar border
anton2019827 dan koi7 memberi reputasi
2
1.6K
3
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan