Menikah. Tentunya harapan semua orang terjadi hanya sekali di dalam hidupnya. Namun, kehendak manusia tidak selalu sesuai dengan ekspektasinya. Harapan sekadar harapan yang hanya menjadi keinginan yang tak kesampaian jika Tuhan telah berkata lain.

Menjadi janda bagi seorang perempuan, tentu tidak ada yang mau berkeinginan seperti itu. Namun nasib berkata lain, hidup harus dijalani dan dilalui.

Janda/single parents, sering mendapat image yang kurang baik di mata masyarakat apalagi bila hidup di kampung. Berbeda dengan di kota yang hidupnya sudah beragam dan bahkan mulai luntur mitos atau tradisi seperti yang ada di kampung.

Hidup di kampung memang berat, apalagi bagi seorang janda. Banyak cibiran yang dialamatkan untuk perempuan yang menyandang status janda.

Tapi, perempuan yang menyandang janda sepatutnya mendapat acungan jempol bukan malah mendapat cemoohan. Seorang janda, harus bisa menjadi tulang punggung untuk keluarga sekaligus menjadi ibu bagi anak-anaknya. Dobel status, sebagai ayah dan kepala keluarga juga sebagai ibu yang kodratinya mengurus rumah tangga.

Membicarakan seorang janda ada anggota keluarga aku yang memiliki status janda. Beliau adalah Bu Lik aku, namanya Bu Lik Rubiyah.

Bu Lik Rubiyah memiliki kisah cinta yang cukup ribet. Ia dinikahi oleh anak seorang juragan bengkel di kota Jogja. Karena berbeda status (orang kota dan orang desa) akhirnya pernikahan pun kandas di tengah jalan. Karena restu yang juga didapat tidak didapat 100%.

Bu Lik Rubiyah hidup sendiri, menjanda dan harus membesarkan anak satu-satunya, yang pada waktu bercerai masih berumur balita.



Hidup di kampung, pekerjaan yang banyak hanyalah sebagai buruh tani. Sawah adalah harta bagi orang di kampung aku. Pun, itulah mata pencaharian yang dilakoni Bulik Rubiyah menjadi petani upahan, mulai tandur, matun, memanen padi semua dijalani Bu Lik Rubiyah untuk menyambung hidup dan untuk kebahagian anak.

Bukan hanya menjadi buruh tani, pekerjaan serabutan pun dilakoni. Pernah pula menjadi pedagang sayur keliling dari kampung ke kampung dengan menaiki sepeda. Semua itu untuk anak dan keluarga.

Sesekali, Bu Lik juga menghadiri majelis taklim di musala dekat rumah untuk mempertebal dan memperkuat iman kepada Tuhan dan terap menjaga silaturahmi dengan tetangga.



Nah, itulah sedikit cerita tentang Bu Lik dan aku tetap bangga menjadi keponakannya. #ThePowerOfSingleParent, tentunya ada beberapa alasan yang membuat aku bangga, di antaranya:

1. Seorang wanita yang kuat dan tangguh. Karena sendirian berjuang mencari nafkah untuk sendiri dan keluarga.

2. Seorang wanita yang mandiri.Seorang yang tidak bergantung kepada laki-laki, apapun akan diusahakan sendiri

3. Sorang wanita yang tabah. Hidup harus tetap berjalan meskipun cibiran yang ditujukan karena status yang disandang.

Nah, itu sekilas tentang Bu Lik aku, yang menjadi wanita tangguh berjuang untuk keluarga dan anaknya.

Sekian thread dari aku, semoga bermanfaat. Menjadi janda bukanlah aib, maka tidak harus ditutup-tutupi. Hidup kudu dijalani apapun status yang ditimpakan karena manusia hanya lah pelakon dalam sandiwara yang disutradarai oleh Tuhan.

Sampai ketemu di thread aku selanjutnya dan terima kasih.

Opini pribadi
Gambar dok. pribadi