Banyak orang muda yang masih bujang alias single, setelah melihat teman – temannya menikah, menjadi susah dicari. Waktu kumpul – kumpul mereka sering bertanya, “Mana itu si Bambang?”lalu temannya bilang dia sedang sibuk, dan si Bambang memang sibuk dengan pencarian jawaban “Kapan nyusul?”

Orang – orang berjiwa langka itu baru muncul lagi, setelah dirinya menikah, berumahtangga dan memiliki anak. Mereka berjalan bersama, kumpul – kumpul dengan perumahtangga lainnya, dan kalau beruntung mereka akan membuat orang yang masih single, merasakan penderitaan saat kebingungan mencari jawaban dari pertanyaan “Kapan nyusul?”



Dulunya single, setelah punya anak, jadi single lagi
Sumber: https://cdn.pixabay.com/photo/2018/0...090056_640.jpg

Memiliki keluarga, selain bisa nggojloki yang masih single, juga membuat hidup lebih tertata dalam beberapa sisi. Namun keseimbangan terus ada. Apa yang awalnya ditata dengan niat baik, terkadang dihadapkan dengan secuil tantangan, yang membuat pasangan suami istri harus mempertimbangkan kembali, apa makna sebuah keluarga.

Makanya ada istilah single parent, yaitu orang yang dikaruniai anak dan kesempatan untuk mempertahankan makna keluarga meski tak bersatu lagi dengan pasangannya. Dulu saat masih bujang alias single, se-tidakenak-nya menjomblo masih bisa berpetualang bebas tanpa batas. Tapi saat menjadi seorang single parent, mau melewati batas itu ada pikiran yang mengganjal, “Nanti anakku bagaimana?”



Terkadang niat baik di awal pernikahan, tanda kesiapan untuk menghadapi tantangan saat berumahtangga
Sumber: https://cdn.pixabay.com/photo/2017/0...753151_640.jpg

Di dekat tempat tinggal ane, hanya berjarak beberapa meter, ada seorang wanita yang dikasih kesempatan itu. Dia menjadi single parent, setelah suaminya pergi entah kemana, dan menjadi single mom atas dua buah hatinya. Yang satu masih SMP, dan anak kedua kelas tiga SD.

Mbak yang berinisial R ini, berjualan pulsa dan beberapa hari sekali ikut membantu pabrik tebu. Uang dari upahnya dipakai untuk menafkahi dirinya dan dua anaknya. Saat bersama pasangan saja, kadang sudah merasa tak sanggup, tapi dia seorang diri tak takut mengambil dan memanfaatkan kesempatan itu.

Kekuatannya membesarkan dua buah hatinya meski seorang diri, membuat ane salut. Dia tak berhenti untuk terus menafkahi anaknya, meski kadang orang di sekitarnya menggunjing masa lalunya dengan mantan suaminya. Keterampilan membiarkan gunjingan itu lewat, dan terus berusaha menghidupi dua anaknya itu yang membuat ane kagum.

Rasa kecukupan terkadang agak menjauh dari keluarga kecil ini, tapi saat di waktu kritis selalu ada tangan – tangan tak tampak, yang tergerak dengan sendirinya untuk sedikit meringankan tanggungjawab itu. Bisa berupa bantuan materi yang hanya cukup dimakan orang bertiga, atau mungkin dengan telinga dan hati yang bisa menampung kegelisahan mereka walau hanya untuk sementara.

Sampai sekarang, dia masih terus menunjukkan kehebatan seorang single parent kepada orang di sekitarnya. Dengan berbekalkan keyakinan diri dan semangat #ThePowerofSingleParent tak henti – hentinya dia memperlihatkan kepada dunia, kalau single parent juga bisa mendidik anak sebaik parent yang tidak single.



Single parent, pejuang keluarga yang sebenarnya
Sumber: https://cdn.pixabay.com/photo/2015/0...864137_640.jpg

Agan sista juga boleh berbagi cerita tentang dinamika hidup dalam berumahtangga, lewat forum Wedding & Family biar sering – sering ingat kalo ternyata yang namanya single parent itu sebenarnya engga pernah benar – benar single, karena tanpa disadari pun ada kekuatan tak terlihat, yang tahu – tahu datang membantu orang – orang yang terus berjuang mempertahankan makna sebuah keluarga.