- Beranda
- Komunitas
- Female
- Wedding & Family
Single Parent, Sendirian Tapi Kekuatan dan Kesabaran Hatinya Doubelan


TS
ElviHusna
Single Parent, Sendirian Tapi Kekuatan dan Kesabaran Hatinya Doubelan

Setiap orang tua berperan penting dalam mengasuh anak-anaknya, tapi bagaimana jika salah satunya telah tiada?

sumber gambar
Tema event kali ini ane ingin menceritakan tentang sosok yang begitu dekat dengan ane, single parent yang menurut ane layak jadi inspirasi semua ibu dan single parent lainnya, agar tetap kuat meski punya tanggung jawab yabg ganda.
Beliau adalah wawak ane sendiri, kakak dari ibu ane.

Hola, Gansis! Welcome back to my thread. Bagaimana kabarnya nih? Semoga kalian bahagia dan sehat selalu di manapun kalian berada.
Well, berbicara tentang orang tua atau single parents kadang membuat kita menitikkan air mata ya. Ya, mau gimana lagi perjuangan mereka itu sangat berarti sekali dan tidak bisa dibayar dengan uang. Lagi-lagi berbicara tentang single parent, rata-rata mereka itu orang yang kuat, bahkan sangat kuat.
Seperti wawak ane.
Beliau bernama Siti Hajar, ya seperti namanya, mungkin beliau mewariskan kesabaran ibunda Siti Hajar. #ThePowerofSingleParent

Wawak ane menjadi single parent sejak kematian suaminya. Saat itu sang suami meninggalkan bayi merah di pangkuan wawak ane, dan beliau sendiri pergi menghadap sang ilahi. Tinggallah wawak beserta lima anak, tiga laki-laki dan dua perempuan. Satu masih bayi, dan empat lagi masih dalam usia sekolah.
Gansis, percayalah! Tinggal di kampung, tanpa keahlian, tanpa harta itu sangat membingungkan. Saudaranya memang orang-orang yang punya empati tinggi, tapi mereka juga bukan dari keadaan yang berada, bukan orang kaya sehingga bisa membantu saudara lainnya.

Saat itu ibu ane belum nikah, dan beliau tinggal di rumah wawak supaya bisa menjaga bayinya dan keempat anak lainnya. Karena wawak pergi mencari nafkah dengan menjadi buruh di sawah orang. Waktu itu gajinya gak seberapa, tapi setidaknya ada uang untuk beli beras dan telur yang dibelah sebanyak anggota keluarga, atau untuk beli ikan asin. Satu telur goreng dibagi empat? Rasanya itu lumayan, tapi ini dibagi tujuh orang. Bayangkan saja!
Hari-hari terus seperti itu. Anak-anak ke sekolah tanpa jajan, dan mereka sabar sekali. Tahu kondisi ibunya yang tak mampu.
Banyak hal yang dilakukan wawak agar anak-anak tetap sekolah. Namun, gagal! Anak-anaknya semua putus sekolah, hanya tamat SMP saja. Katanya sayang ibu harus kerja demi sekolah mereka belum lagi makan sehari-hari. Jadi mereka, anak-anak yang udah remaja itu memutuskan untuk kerja serabutan, kadang nguli, kadang jadi buruh sawah. Apapun itu asal dapat uang halal dan bisa bantu ibunya.
Wawak menyesali, anak-anaknya purus sekolah. Tapi mau bagaimana lagi, keadaan benar-benar merundungnya.
Anak laki-laki kedua, memilih untuk merantau. Ini juga hal yang sangat menyedihkan terjadi. Sebelum tsunami ia berangkat, dan setelah tsunami ia tak ada lagi kabar. Itu terjadi sekian lamanya, hampir sepuluh tahun, tanpa surat, tanpa kabar. Kami semua mengiranya sudah meninggal, karena saking lama tanpa kabar. Hal ini membuat wawak ane sedih banget, sampai-sampai setiap harinya beliau selalu memakai kaus yang sering dipakai anaknya untuk sekadar melepas rindu.

Namun, Qadarullah. Beberapa tahun lamanya, Abang sepupu ane nih ada kabar, orang kampung yang merantau ke tempat yang sama, tak sengaja bertemu dia. Alhamdulillah, semua menitikkan air mata.
Hari demi hari, anak-anak mulai ada penghasilan sendiri meski kecil. Namun, wawak tetap jadi buruh tani demi jaga-jaga keuangan sehari-hari. Hanya anak bungsu yang bisa sekolah sampai tamat SMA. Setelah lulus sekolah, ia juga merantau menyusul abangnya ke Batam. Alhamdulillah di sana sudah bekerja dengan gaji yang bisa dibilang lumayan.
Alhamdulillah.
Takdir hidup memang tak ada yang menduga. Sepahit apapun, Allah mau kita sabar, InsyaaAllah akan datang masa bahagia. Seperti sekarang ini, wawak ane karena kebiasaannya pergi ke sawah, jadi tak bisa ditinggalkan. Kadang kalau ada yang nyuruh nanam di tempat orang, beliau mau-mau aja. Beda kondisi dengan dulu, kalau dulu memang karena butuh duit, tapi kalau sekarang hanya karena gak betah di rumah, bosan gak punya kegiatan, padahal duitnya selalu dikirimin sama anak-anak.
Ini yang kadang buat abang sepupu ane marah, maksudnya bukan marah yang gimana, tapi semacam, "udah cukup mak bekerja, sekarang giliran kami."
Terharu ane mengingat perjuangan wawak. Ane menyaksikan, juga dicerita ilyeh ibu ane.
So, Gansis dan untuk semua single parent di luar sana, tetap kuat ya. Semoga kesabaran itu berbuah bahagia suatu saat. Aamiiin.
Ane percaya #ThePowerOfSingleParent itu banyak sekali hal dan pandangan yang bisa dirubah.
Well, sekian thread ane kali ini. Semiga bermanfaat ya. Jangan lupa tinggalkan jejak. See you :terimakasih:terimakasih:terimakasih
Ditulis oleh @ElviHusna
Opini pribadi
sumber gambar




anton2019827 dan islamisdevi memberi reputasi
2
505
3


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan