Duh, event ini membuat ane terkenang masa-masa yang sedih dulu. Masa di mana ane masih berseragam putih abu-abu dan tinggal bersama tante ane yang single parent. Kami hidup bertiga (ane, tante dan sepupu ane) di rumah peninggalan kakek dan nenek ane.


Sumber Foto

Ane pikir nggak apa-apalah ane cerita sedikit masa lalu, barangkali bisa menjadi inspirasi bagi yang membaca. Thread ini ane dedikasikan kepada Tante, yang memiliki nama Siti Maryam, adik dari ibu ane. Sekalian mengenang beliau yang belum bisa ane balas jasanya dan belum bisa ane bawa pergi ke Tanah Suci. Setahun sebelum jadwal keberangkatan beliau ke tanah suci, beliau lebih dahulu dipanggil menghadap Ilahi.

Tante telah menjadi single parent sejak anak tunggalnya lahir ke dunia, karena saat sepupu ane di dalam kandungan, suami Tante telah dipanggil menghadap Yang Esa.


Tante saat mendampingi ane waktu dipanggil untuk menghadap dekan di prosesi wisuda fakultas
Sumber foto: dokumen pribadi

Sebelum menikah, Tante berprofesi sebagai guru honorer di sebuah desa yang cukup terpencil pada masa itu, tetapi pekerjaan itu dilepas setelah beliau menikah. Setelah suami meninggal dan anak beliau lahir, menjadi masa-masa yang sulit bagi beliau untuk menjadi orang tua tunggal. Beliau akhirnya menjalani profesi menjadi penjahit. Mengambil jahitan borongan pada pedagang di pasar.

Satu yang ane banggakan dari keluarga besar ane, yaitu meskipun hidup pas-pasan tetapi kami memandang pendidikan itu adalah suatu hal yang sangat penting. Tidak masalah hanya makan dengan lauk tempe goreng, atau lauk telur satu dibagi empat, yang penting anaknya bisa bersekolah. Karena itulah Tante terus giat bekerja dan hampir tidak pernah memikirkan kesenangannya sendiri.

Adalah suatu takdir ketika kemudian kedua orang tua ane meninggal dunia. Saat itu ane masih SMA dan mempunyai mimpi yang tinggi. Setelah kedua orang tua ane meninggal maka Tante menjadi pengganti orang tua ane. Menjadi bertambahlah beban tante ane, Ada banyak hal kesulitan yang harus aku dan saudara sepupuku hadapi untuk bisa melanjutkan kuliah. Mengingat kemampuan finansial Tante yang tak seberapa.


Salah satu prosesi wisuda di Fakultas tempat ane menimba ilmu.
Sumber foto: dokumen pribadi.

Di saat orang lain menangis karena tidak diterima di perguruan tinggi negeri favoritnya, maka ane menangis karena diterima di fakultas dan universitas negeri favorit ane tetapi ane nggak punya uang buat daftar ulang.

Jika bukan karena ThePowerofSingleParent, mungkin ane dan sepupu ane tak akan pernah bisa menginjakkan kaki di universitas, dan tidak akan pernah tahu bagaimana rasanya memakai toga. Hanya karena orang hebat di belakang kamilah, kami bisa terus maju, meski terkadang aral melintang dan badai topan menghadang.

Ya, salah satu wanita single parent yang hebat itu adalah Tante ane. Sampai saat ini terkadang ane merasa beliau masih hidup, karena saat beliau meninggal ane tidak bisa pulang kampung. Ane berada di lain pulau dan saat beliau meninggal itu sehari sebelum Lebaran. Tidak ada satu tiket pun tersisa untuk ane bisa menghadiri pemakamannya.

Semoga, wanita mulia itu tenang di alam sana, dan mendapatkan tempat terindah di sisi Tuhan. 


Sumber Foto

Bermimpilah setinggi langit, karena tidak ada sesuatu yang tidak mungkin jika kita menjalaninya dengan keyakinan, dengan sungguh-sungguh, dan dengan harapan kepada Tuhan (doa).

Buat para single parent yang saat ini masih berjuang untuk membiayai kehidupan dan sekolah anak-anak, saya doakan semoga semua berjalan dengan lancar. Semoga anak-anak kelak menjadi orang yang hebat dan berbakti kepada orang tua.


Terima kasih sudah membaca thread dari @cattleyaonly 

Sumber:
Opini pribadi
Sumber