Halo agan sista goweser se Kaskus. Segala hal di dunia ini tentu saja memiliki sebuah awalan, tidak terkecuali dalam bersepeda. Setiap orang menemukan dan mengawali passion mereka di dunia pergowesan dengan cara berbeda-beda, ada yang awalnya hanya iseng-iseng buat gowes weekend akhirnya jadi ketagihan, ada yang emang udah antusias sejak awal karena pengaruh orang sekitar. Apapun alasan ente untuk memulai terjun ke dunia pergowesan, ane ucapin selamat datang di dunia baru yang sehat dan bebas emisi polutan
Seiring dengan berjalannya waktu di dunia pergowesan, agan pasti akan mencari cara gimana caranya agar agan dapat menjalani kegiatan gowes senyaman dan sepuas mungkin. Nah di fase inilah sebagian orang mulai memutuskan untuk melakukan peningkatan alias upgrade terhadap sepeda yang dikendarainya. Upgrade sendiri ada bermacam-macam, mulai dari mengganti part yang dianggap perlu, sampai dengan mengganti sepeda dengan sepeda yang dianggap lebih baik.
Nah di thread kali ini ane mau menceritakan pengalaman ane dalam memulai kegiatan pergowesan sampai pada akhirnya sampai di fase sekarang, bagaimana ane terkena racun upgrade dan tanpa sadar sudah mengeluarkan duit belasan juta hanya untuk upgrade part sepeda ane.
Fase Pertama. Terjun ke Dunia Gowes
Quote:
Sebenernya ane udah lama bersepeda. Sejak kecil usia SD di tahun 2004-2008 ane udah sering sepedaan keliling kompleks dengan BMX Girvin biru andalan ane. Hingga pada 2009 ane dibeliin sepeda MTB 20" (lupa merk dan typenya) dan ane pake bukan cuma keliling kompleks, tapi juga buat berangkat ke sekolah (waktu itu ane masih SMP) .
Tapi menjadikan gowes sebagai hobby dimulai pada tahun 2013. Waktu itu ane beli sepeda MTB 26" merk Genio Scoatia dengan harga murah, cuma 800ribu waktu itu, di salah satu hypermarket yang ada di kota ane. Bukan main senang dan bangganya saya waktu itu, apalagi saat itu sedang booming gowes di kota ane.
Ane cukup sering gowes keliling kota dengan sepeda ane ini. Setiap kali pulang kuliah, ane excited banget buat gowes pas sorenya. Ga jarang ane juga gowes ke kampus ane. Intinya ane semangat banget kalo buat urusan gowes waktu itu. Dari situ juga ane mulai belajar buat gowes dengan jarak tempuh di atas 10km.
Masuk tahun 2015, ane mulai tertarik sama dunia MTB lebih dalam. 2 tahun gowes di atas aspal, ane udah mulai buat ngulik fungsi MTB yang sebenernya, yang sesuai dengan namanya, mountain bike. Ane udah sering-sering buka youtube, liat-liat video enduro dan DH. Di situ ane mulai ngerasa ada yang kurang dengan sepeda ane. Apa itu? Ya. Suspensi belakang alias rearshock. Saat itu ane tersugesti, kalo ane mau gowes nyaman di daerah makadam, ane butuh sepeda yang ada rearshocknya. Maka muncullah niat ane untuk membeli sepeda MTB dengan fitur full suspension. Waktu itu ane habisin waktu sekitar dua bulan buat nyar-nyari sepeda yang sesuai dengan kebutuhan dan budget ane. Berbekal pengalaman dan pengetahuan yang minim soal sepeda, dan hanya mementingkan visual, akhirnya keputusan ane jatuh kepada Polygon Rayz 1 edisi 2014.
Spoiler for Tampilan Si Raisa dan Scoatia:
Bukan main senengnya setelah memiliki sepeda Rayz 1 itu. Ane jadi makin intens gowesnya. Sehari bisa sampe 4-5 jam mulai dari sore sampe abis isya. Di situ ane pertama kali kenal yang namanya Night Ride. Namun jalur gowes yang ane lalui ngga jauh beda dengan sewaktu masih pake Genio dulu, jalur aspal dalam kota. Ane berpikir, niat awal ane beli nih Rayz buat main makadam tapi kok mainnya cuma di aspal terus? Namun berhubung ane belum tau tempat main makadam sama sekali di kota ane, ane memutuskan untuk mendirikan komunitas sepeda untuk berbagi ilmu. Dan disinilah racun upgrade mulai menginfeksi mental ane.
Fase Kedua, Gowes Bareng dan Racun Upgrade
Quote:
Setelah 2 tahun gowes di atas aspal bersama Rayz 1, di Agustus 2017 ane berinisiatif untuk mendirikan sebuah komunitas sepeda lintas type, usia, tempat tinggal, dan gender di kota ane. Waktu itu udah banyak komunitas sepeda yang bermunculan di Makassar, tapi kebanyakan merupakan komunitas yang spesifik ke satu jenis sepeda atau spesifik ke regional tempat tinggal membernya aja. Berangkat dari situ, akhirnya sebuah ide muncul untuk membangun sebuah komunitas yang menggebrak batas-batas tersebut sehingga goweser dengan sepeda apapun (bahkan yang ga punya sepeda), tinggal dimanapun, usia berapapun, gender apapun, dapat bersatu di suatu wadah komunitas. Berbekal dari ide tersebut, ane bertemu dengan beberapa orang hebat yang memiliki visi dan misi yang kurang lebih sama dengan ane, dan terbentuklah MARAUNDER (Makassar Unbranded Goweser).
Spoiler for Logo Maraunder:
Setelah mendirikan dan bergabung dengan Maraunder, aktivitas gowes ane semakin intens dan kompleks. Tidak hanya gowes di dalam kota, ane mulai belajar gowes jarak jauh ke kota sebelah, tentunya bersama teman-teman komunitas ane. Juga mengenal kegiatan gowes ekstrim di medan makadam dengan mereka. Dari pengalaman gowes jarak jauh dan makadam tersebut, ane mulai menemukan beberapa kekurangan di Rayz 1 yang membuat gowes ane terasa kurang nyaman. Mulai dari ban, suspensi belakang, fork, dll. Dari sinilah racun upgrade mulai menggerogoti sanubari ane.
Berbekal info dan ilmu dari temen-temen komunitas ane, serta melihat video-video downhill di youtube, satu per satu part yang ada di Rayz ane buat planning untuk diganti dengan part yang lebih baik. List nya pun udah ane susun. Ane berencana untuk mengupgrade sepeda ane satu demi satu agar tidak memberatkan keuangan ane.
Bagaimanapun, di 2017 itu ane masih kuliah dan belum memiliki penghasilan. Satu-satunya sumber duit ane ya dari orang tua, sehingga ane hanya membeli part-part murah yang sebenernya tidak membuat performa sepeda menjadi lebih baik secara signifikan, di antaranya:
1. Speedometer Cateye Velo7 Rp150.000
2. Mudguard depan dan belakang Rp 70.000
3. Lampu LED depan belakang Rp 50.000
4. Handlebar Strummer Rise 30mm Rp 150.000
5. Stem Strummer Rp 100.000
6. Spacer bejibun, harganya udah include sama Stem
Kira-kira beginilah tampilan Rayz 1 (yang ane panggil dengan sebutan Raisa) setelah upgrade super minor tersebut.
Spoiler for Upgrade Raisa Fase I:
Lehernya panjang bener
Setelah upgrade fase pertama, ane ngerasain emang agak lebih nyaman dengan setir yang lebih tinggi dari sebelumnya karena ane ga perlu membungkuk terlalu jauh buat ngegowes.
Cukup lama ane menggowes Raisa dengan setup tersebut. Hingga pada 2018 ane akhirnya bekerja di salah satu percetakan di kota ane dan sudah menerima gaji sendiri. Upgrade yang sebenarnya akhirnya dimulai.
Fase Ketiga. Upgrade Rutin sampe Lupa Nabung.
Quote:
Di fase ini, bulan September 2018, ane udah mulai mengupgrade part Raisa yang dapat mendongkrak performa dan kenyamanan. Ane juga udah menemukan konsep upgrade yang ane inginkan. Jika sebelumnya ane cuma upgrade berdasarkan kemampuan budget tanpa konsep yang jelas, di fase ini ane udah bisa nentuin part mana yang harus diupgrade untuk mendapatkan sepeda dengan konsep XC Race.
Namun, mengingat gaji ane di percetakan ga gede-gede amat, ane mencari part terbaik dengan harga semurah mungkin di toko lokal maupun di e-commerce macam BL, TP, dan Sh. Inilah part upgrade yang ane install di Raisa pada fase ini:
1. Ban Kenda 26" x 2,35" Depan Belakang Rp300.000 2. Ban dalam Delium 26" x 2.25-2.50" Depan Belakang Rp100.000 3. Handlebar flat Entity Sport 31.6mm 780mm Rp150.000 4. Fork Coil SR Suntour XCR32 120mm Rp 950.000 5. Seatpost Entity Rp100.000 6. Rims Araya DS600 26" Double Wall Depan Belakang Rp 250.000
7. Spokes Stainless United Rp 100.000
8. Rear Derailleur Shimano Acera KW Rp 90.000
9. Shifter Acera 3 x 9 KW Rp 160.000
10. Sprocket Freewheel Lixada 9 Speed 13-32T Rp 240.000
11. Crankset Shimano TY301 22-34-42T Rp 250.000
12. Chain Shimano Deore LXHG73 9Sp Rp 110.000
Kira-kira beginilah tampilan Rayz 1 ane setelah upgrade fase II tersebut
Spoiler for Rayz upgrade Fase II:
Quote:
Hasil dari upgrade tersebut cukup memuaskan. Ane udah jadi lebih nyaman ngegowes sepeda ane, bahkan ane udah percaya diri buat ngelewatin track enduro dan mengikuti berbagai macam event XC yang diadakan di provinsi ane. Baik ketika bermain di track ataupun mengikuti event XC, ane bertemu banyak riders MTB yang memiliki sepeda yang jauh lebih mumpuni dari sepeda ane.
Dari sini, racun upgrade semakin kencang mendera. Ane follow banyak akun-akun MTB luar negeri di instagram. Juga semakin sering cari referensi sepeda di youtube. Namun apa daya, gaji yang kecil di percetakan belum dapat memenuhi wishlist upgrade ane tersebut.
Fase Keempat, Upgrade dari Part Low Cost ke Part Premium
Quote:
Di fase keempat ini, ane udah mulai berani upgrade part sepeda ane menggunakan part dengan brand yang cukup terkenal dengan harga yang lebih mahal daripada part yang ane beli di fase sebelumnya.
Quote:
Fase ini dimulai pada September 2019 ketika ane pindah kerja dari percetakan ke perusahaan trading alat high-tech dimana ane menerima gaji yang jauh lebih tinggi daripada gaji ane di percetakan. Selain itu, ane juga tidak puas dengan performa part murah yang ane beli di fase sebelumnya.
Quote:
Khususnya di RD Acera KW yang sering kalah sama tension rantai dan sangat lambat saat proses shifting, dan kualitas buruk dari chain Shimano Deore LX HG73 yang sangat mudah putus di bagian link nya. Kedua part ini membuat saya sangat trauma dan frustrasi untuk membeli part murah lagi.
Quote:
Di fase ini juga ane membulatkan tekad ane buat nyelesaiin upgrade sepeda secara total sebelum ane menikah. Selain itu, ane juga mengupgrade tampilan visual dari sepeda ane. Berikut upgrade yang ane lakukan di fase ini:
1. Rearshock Air XLR8 Mars2 RL 165mm Rp 1.100.000
2. Hub Freehub Raze Pro 32H Rp 750.000
3. Sprocket Cassette Shimano HG400 9Sp 12-36t Rp 270.000
4. Rear Derailleur Shimano Alivio M3100 9Sp Rp 450.000
5. Chain KMC X9 9Sp Rp150.000
6. Sadel Vertu Spyder Rp 100.000
7. Brake Lever Glove Rp 30.000
8. Handgrip Lock Rp 60.000
Quote:
Kira-kira beginilah tampilan Rayz setelah upgrade fase IV ini
Spoiler for Rayz FaseIV:
Quote:
Setelah upgrade Fase III ini, intensitas gowes ane malah menurun. Bukan karena ga semangat gowes lagi, tapi dengan setup seperti itu entah kenapa ane jadi males nurunin Rayz ke aspal jadi ane lebih berfokus sama kegiatan track day dua kali sebulan pas weekend.
Fase V, Ganti Frame
Quote:
Sejak awal, ane sadar betul kalo frame Rayz 1 itu didesain bukan untuk XC apalagi Enduro, di brosur Polygon tertulis jelas bahwa Rayz 1 itu ditujukan hanya untuk leisure ride. Hal ini semakin terasa sewaktu ane upgrade, ane lumayan kesulitan menemukan part yang cocok untuk terpasang di frame Rayz. Mulai dari headtube yang masih OS 1 1/8, linkage rearshock yang masih menggunakan baut biasa tanpa bearing, serta space untuk ban belakang yang sangat mentok di ukuran 26x2.35". Intinya ane ga bebas berekspresi dengan frame yang serba terbatas ini.
Quote:
Belum lagi kendala selama ane melibas track, gak jarang frame Rayz ini terasa ringkih dan sangat sulit untuk handling di tikungan dan turunan. Oleh sebab itu, ane merasa di 2021 ini sudah waktunya ane mengganti frame ane. Kebetulan waktu itu bertepatan dengan penerimaan insentif perdana dari perusahaan ane sehingga ane memiliki budget yang sangat cukup untuk mengganti frame.
Quote:
Waktu itu ane memiliki dana sekitar 5 juta untuk mencari frame pengganti Rayz. Ane mengunjungi beberapa lapak di E-Commerce. Ada beberapa yang masuk ke radar ane, di antaranya Patrol 512, Siskiu D5, dan Override 5.0. Akhirnya pilihan ane jatuh ke Override 5.0 27.5" karena beberapa alasan, salah satunya seller yang sangat friendly dan juga linkage yang udah diupgrade ke bearing sama sellernya.
Quote:
Singkat cerita, akhirnya terbeli lah frame tersebut pada Februari 2021 lalu. Kemudian ane segera repaint dan rebrand frame tersebut dengan decal Norco Fluid Akhirnya ane memindahkan part yang ada di Rayz 1 ke frame tersebut. Wheelset 26" tetap ane pertahankan karena ane udah merasa cocok banget dengan 26", sangat fit dengan postur badan ane yang kecil (160cm BB 55kg) selain frame, ane juga mengupgrade ban dan crankset ane dengan rincian:
Quote:
1. Frame Pacific Override 5.0 linkage full bearing + bonus headset ZTTO bearing (bekas) Rp 3.000.000
2. Ban Maxxiss High Roller II 26 x 2.40" Rp 450.000
3. Ban Maxxiss Advantage 26 x 2.25 Rp 400.000
4. Crank Single HT2 34T Raze Rp 650.000 (OTW di Kurir)
Quote:
Kira-kira beginilah tampilan Pacific Override ane
Quote:
Spoiler for Pacific Override 5.0 makeup Norco Fluid:
Hasil upgrade ini bener-bener langsung terasa di hari pertama digunakan. Ane jadi ga ragu lagi buat hantam drop-drop setinggi 1 meter, ane juga jadi lebih percaya diri ketika menuruni turunan dengan permukaan batuan makadam kasar serta saat berbelok karena frame ini sangat enak "diayunkan" ke kiri maupun ke kanan. Riding position juga lebih nyaman ketika melewati turunan. Ane sendiri kaget sama maneuverability dari frame ini.
Quote:
Adapun nasib dari frame Rayz sendiri sekarang lagi jadi cicak di garasi temen ane
Sekian riwayat upgrade ane sejak mulai terjun ke dunia gowes di 2013 hingga sekarang. Sampe sekarang pun ane ngerasa kalo upgrade ini belum selesai. Ke depannya ane berencana untuk mengganti fork ke Fox Float 36 160mm, ganti seatpost ke dropper post, dan steering set ke Folker dan Renthal. Entah kapan ane bisa mewujudkannya, tapi semoga bisa sebelum ane menikah nanti
Seperti kata pepatah rider luar sono "When you build a project bike, your project never ends, it just keeps going and going"
Agan sendiri gimana pengalaman upgradenya? Jika berkenan, silahkan dibagi di kolom komentar