

TS
FrankyDeLano
Kisah Wartawan Mengenang Markis Kido, Legenda Bulutangkis Indonesia
Dunia olahraga Indonesia berduka. Salah satu legenda bulutangkis kita, Markis Kido, tutup usia, pada Senin, 14 Juni 2021. Usianya masih sangat muda, 36 tahun. Akibat serangan jantung saat bermain olahraga kesukaannya dan yang membesarkan namanya: bulutangkis.

Hendra Setiawan dan Markis Kido (sumber: Kompas.com)
Banyak berita dan ucapan duka melepas kepergian Markis Kido. Salah satunya dari wartawan olahraga yang sempat akrab dengan Kido lewat liputannya. Lewat tulisannya di salah satu media online, Gatot Widakdo, berbagi kenangan tentang Markis Kido kepada masyarakat Indonesia.

Gatot Widagdo, wartawan olahraga (sumber: istimewa)
Semoga, tulisan yang saya kutip dari Kompas.com ini semakin membuat kita kenal dan mengenang Markis Kido, salah satu legenda bulutangkis Indonesia.
sumber

Hendra Setiawan dan Markis Kido (sumber: Kompas.com)
Banyak berita dan ucapan duka melepas kepergian Markis Kido. Salah satunya dari wartawan olahraga yang sempat akrab dengan Kido lewat liputannya. Lewat tulisannya di salah satu media online, Gatot Widakdo, berbagi kenangan tentang Markis Kido kepada masyarakat Indonesia.

Gatot Widagdo, wartawan olahraga (sumber: istimewa)
Semoga, tulisan yang saya kutip dari Kompas.com ini semakin membuat kita kenal dan mengenang Markis Kido, salah satu legenda bulutangkis Indonesia.
Quote:
BERITA meninggalnya legenda bulu tangkis Indonesia Markis Kido sangat mengejutkan. Komunitas bulu tangkis Indonesia bahkan dunia sangat kehilangan dengan kepergian Markis Kido.
Sejumlah wartawan media luar negeri dari China, Malaysia dan India menanyakan kabar ini kepada saya melalui pesan singkat. Mereka semua mengaku terkejut, merasa kehilangan, dan menyampaikan pesan empati.

Nama Markis Kido memang tidak hanya ngetop di Indonesia. Peraih meraih medali emas ganda putra bersama pasangannya Hendra Setiawan di olimpiade Beijing 2008 ini menjadi salah satu atlet bulu tangkis Indonesia yang paling dinanti penampilannya di ajang internasional.
Di China, selain Taufik Hidayat, nama Markis Kido ibarat jaminan mutu dari penyelenggaraan sebuah turnamen bulu tangkis.
Meski China memiliki pemain-pemain hebat, nama Taufik Hidayat dan Markis Kido seperti sebuah “merek dagang” yang sulit ditinggalkan.
Dalam dua kali kesempatan meliput turnamen bulu tangkis di China, yakni Piala Sudirman di Qingdao (2011) dan Piala Thomas dan Uber di Wuhan (2012), saya menyaksikan bagaimana Taufik dan Kido diidolakan masyarakat China.
Seorang sopir taksi yang mengantar saya dari hotel ke arena pertandingan begitu semangat bercerita tentang Taufik dan Kido saat tahu saya berasal dari Indonesia dan hendak menuju tempat pertandingan.
Meski saya tidak paham apa yang dibicarakan, dari ekspresi acungan jempol dan ucapan nama Taufik dan Kido, saya bisa menangkap kalau si sopir taksi ini sedang memuji mereka.
Cerita lain datang dari wartawan China satu hari jelang Piala Thomas dan Uber di Wuhan 2012. Meski saat itu kami belum saling mengenal, si wartawati berkacamata ini begitu antusias menanyakan kabar Kido.
Dia cuma mau memastikan apakah Kido tampil setelah absen di Piala Sudiman tahun 2011. Menurutnya, pertandingan tidak menarik kalau tidak ada Kido. Papan reklame turnamen pun menjadi bukti pengaruh kuat Kido.
Dari sekian banyak pemain bintang dunia, foto Kido yang sedang memegang raket, selalu ada di setiap papan reklame yang tersebar di beberapa titik penjuru kota.
Nama Kido memang seperti melegenda di China. Negeri Tirai Bambu ini menjadi ladang yang penuh keberuntungan buat pasangan Markis Kido dan pasangannya, Hendra Setiawan.
Mereka selalu hoki dengan meraih banyak gelar bergengsi di negeri ini. Selain beberapa gelar super series, tahun 2008 Kido dan Hendra meraih medali emas Olimpiade Beijing. Dua tahun setelah itu, mereka kembali tampil sebagai kampiun di Guangzhou pada event Asian Games.
Itu sebabnya, Kido begitu digandrungi. Bahkan dalam pagelaran Liga Super Bulu tangkis China pun Kido mendapat undangan untuk memperkuat salah satu klub peserta. Selain Kido, tentu saja Taufik Hidayat.

Legenda bulu tangkis China Li Yong Bo dalam sebuah kesempatan wawancara mengatakan, kalau ada pemain yang patut diwaspadai pemain China, jawabannya; Markis Kido dan Hendra Setiawan.
Saya sendiri mengenal Kido di penghujung tahun 2008. Beberapa saat setelah dia sukses membawa pulang medali emas Olimpiade Beijing.
Meski berstatus juara olimpiade, Kido tetap memperlihatkan sifat yang rendah hati. Kido juga mau merangkul para pemain junior yang berlatih bersamanya di Pelatnas Cipayung.
Dalam sesi latihan, seserius apa pun, selalu ada candaan dari Kido yang akhirnya membuat suasana latihan menjadi nyama dan rileks.
Kido termasuk sosok yang sangat menghormati orang tuanya. Kido tidak canggung dan merasa malu dengan kebiasaan mamanya Zul Asteria yang sering datang melihat dia latihan di pelatnas Cipayung.
“Kenalin nih mas, mama gue,” ucap Kido dengan bangga saat memperkenalkan saya dengan mamanya seusai latihan.
Dari mamanya akhirnya saya juga lebih mengenal sosok Kido yang pekerja keras. Kido menjadi panutan buat adik-adiknya Bona Septano dan Pia Zibadiah yang sama-sama berupaya menapak karier di arena bulu tangkis.
Melesatnya karier Kido memang tidak lepas dari bakat alami hebatnya. Kido memiliki banyak varias pukulan yang sulit dibaca lawan. Bola kejutan menyilang di depan net sering membuat lawan pontang-panting.
“Ups, awas tikungan tajam,” begitu ucapan Kido saat berhasil mengecoh lawan latih tandingnya di pelatnas.

Markis Kido (sumber: CNN Indonesia)
Dalam penilaian saya, Kido termasuk atlet yang cerdas dan punya prinsip. Dia berani menyuarakan apa yang menjadi hak-hak pemain ke dunia luar.
Bahkan di saat pengurus PBSI mengira bahwa karier Kido sudah habis, Kido dan Hendra justru mendapat sponsor dengan kontrak yang lebih besar dari apa yang didapat di pelatnas Cipayung.
Sebagai manusia, tentu Kido juga memiliki kekurangan. Namun, sejauh yang saya kenal, Kido lebih banyak membagi kebaikan. Tak heran jika akhirnya dia bisa diterima di berbagai kalangan.
Setelah berhenti meniti karier sebagai pemain professional, Kido tidak benar-benar gantung raket. Dia masih sibuk di arena bulu tangkis dengan menjadi pelatih. Di luar itu, Kido juga rutin bermain bulu tangkis bersama teman-teman dan koleganya.
Sampai akhir hayatnya pun Kido masih setia dengan bulu tangkis. Hari Senin (14/6), benar-benar menjadi penampilan terakhir Kido di lapangan bulu tangkis. Hidup dan matinya sepertinya memang untuk bulu tangkis.
Selamat Jalan Kido! Terima kasih atas semuanya.
Lahir: Jakarta, 11 Agustus 1984
Wafat: Jakarta, 14 Juni 2021 Klub: Jaya Raya Jakarta
Penghargaan: Parama Krida Utama Kelas I dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 September 2008
Prestasi Tertinggi: Meraih Medali Emas Olimpiade Beijing 2008
Prestasi 2000:Medali Perungu Kejuaraan Dunia Junior di Guangzhou, Medali Perungu Beregu Kejuaraan Junior Asia, Juara Kejuaraan Junior Asia di Kuala Lumpur
Prestasi 2002: Medali Perunggu Kejuaraan Dunia Junior di Pretoria
Prestasi 2005: Juara Kejuaran Asia di Hyderabad, India, Medali Emas SEA Games Filipina, Juara Indonesia Terbuka
Prestasi 2006: Juara Piala Dunia di Yiyang, China, Juara Hong Kong Terbuka, Juara China Terbuka
Prestasi 2007: Juara Kejuaran Dunia di Kuala Lumpur, Medali Emas SEA Games Nakhon Ratchashima, Thailand, Finalis China Masters, Juara China Terbuka, Juara Hong Kong Terbuka, Juara Chinese Taipei Terbuka, Juara China Terbuka, Juara Hong Kong Terbuka
Prestasi 2008: Meraih Medali Emas Olimpiade Beijing, China, Juara Proton Malaysia Terbuka Super Series, Juara China Masters Super Series, Juara Denmark Terbuka Super Series, Juara Prancis Terbuka Super Series
Prestasi 2009: Juara Kejuaraan Asia di Suwon, Korea Selatan, Medali Emas SEA Games Vientiane, Laos, Finalis Singapura Terbuka, Juara Jepang Terbuka, Juara Prancis Terbuka
Prestasi 2010: Medali Emas Asian Games Guangzhou, China, Finalis Denmark Terbuka, Finalis Hong Kong Terbuka
Prestasi 2011: Medali Perak SEA Games Jakarta
Prestasi 2012: Juara Singapura Terbuka
Prestasi 2013: Juara Prancis Terbuka
Sejumlah wartawan media luar negeri dari China, Malaysia dan India menanyakan kabar ini kepada saya melalui pesan singkat. Mereka semua mengaku terkejut, merasa kehilangan, dan menyampaikan pesan empati.
Nama Markis Kido memang tidak hanya ngetop di Indonesia. Peraih meraih medali emas ganda putra bersama pasangannya Hendra Setiawan di olimpiade Beijing 2008 ini menjadi salah satu atlet bulu tangkis Indonesia yang paling dinanti penampilannya di ajang internasional.
Di China, selain Taufik Hidayat, nama Markis Kido ibarat jaminan mutu dari penyelenggaraan sebuah turnamen bulu tangkis.
Meski China memiliki pemain-pemain hebat, nama Taufik Hidayat dan Markis Kido seperti sebuah “merek dagang” yang sulit ditinggalkan.
Dalam dua kali kesempatan meliput turnamen bulu tangkis di China, yakni Piala Sudirman di Qingdao (2011) dan Piala Thomas dan Uber di Wuhan (2012), saya menyaksikan bagaimana Taufik dan Kido diidolakan masyarakat China.
Seorang sopir taksi yang mengantar saya dari hotel ke arena pertandingan begitu semangat bercerita tentang Taufik dan Kido saat tahu saya berasal dari Indonesia dan hendak menuju tempat pertandingan.
Meski saya tidak paham apa yang dibicarakan, dari ekspresi acungan jempol dan ucapan nama Taufik dan Kido, saya bisa menangkap kalau si sopir taksi ini sedang memuji mereka.
Cerita lain datang dari wartawan China satu hari jelang Piala Thomas dan Uber di Wuhan 2012. Meski saat itu kami belum saling mengenal, si wartawati berkacamata ini begitu antusias menanyakan kabar Kido.
Dia cuma mau memastikan apakah Kido tampil setelah absen di Piala Sudiman tahun 2011. Menurutnya, pertandingan tidak menarik kalau tidak ada Kido. Papan reklame turnamen pun menjadi bukti pengaruh kuat Kido.
Dari sekian banyak pemain bintang dunia, foto Kido yang sedang memegang raket, selalu ada di setiap papan reklame yang tersebar di beberapa titik penjuru kota.
Nama Kido memang seperti melegenda di China. Negeri Tirai Bambu ini menjadi ladang yang penuh keberuntungan buat pasangan Markis Kido dan pasangannya, Hendra Setiawan.
Mereka selalu hoki dengan meraih banyak gelar bergengsi di negeri ini. Selain beberapa gelar super series, tahun 2008 Kido dan Hendra meraih medali emas Olimpiade Beijing. Dua tahun setelah itu, mereka kembali tampil sebagai kampiun di Guangzhou pada event Asian Games.
Itu sebabnya, Kido begitu digandrungi. Bahkan dalam pagelaran Liga Super Bulu tangkis China pun Kido mendapat undangan untuk memperkuat salah satu klub peserta. Selain Kido, tentu saja Taufik Hidayat.
Legenda bulu tangkis China Li Yong Bo dalam sebuah kesempatan wawancara mengatakan, kalau ada pemain yang patut diwaspadai pemain China, jawabannya; Markis Kido dan Hendra Setiawan.
Saya sendiri mengenal Kido di penghujung tahun 2008. Beberapa saat setelah dia sukses membawa pulang medali emas Olimpiade Beijing.
Meski berstatus juara olimpiade, Kido tetap memperlihatkan sifat yang rendah hati. Kido juga mau merangkul para pemain junior yang berlatih bersamanya di Pelatnas Cipayung.
Dalam sesi latihan, seserius apa pun, selalu ada candaan dari Kido yang akhirnya membuat suasana latihan menjadi nyama dan rileks.
Kido termasuk sosok yang sangat menghormati orang tuanya. Kido tidak canggung dan merasa malu dengan kebiasaan mamanya Zul Asteria yang sering datang melihat dia latihan di pelatnas Cipayung.
“Kenalin nih mas, mama gue,” ucap Kido dengan bangga saat memperkenalkan saya dengan mamanya seusai latihan.
Dari mamanya akhirnya saya juga lebih mengenal sosok Kido yang pekerja keras. Kido menjadi panutan buat adik-adiknya Bona Septano dan Pia Zibadiah yang sama-sama berupaya menapak karier di arena bulu tangkis.
Melesatnya karier Kido memang tidak lepas dari bakat alami hebatnya. Kido memiliki banyak varias pukulan yang sulit dibaca lawan. Bola kejutan menyilang di depan net sering membuat lawan pontang-panting.
“Ups, awas tikungan tajam,” begitu ucapan Kido saat berhasil mengecoh lawan latih tandingnya di pelatnas.

Markis Kido (sumber: CNN Indonesia)
Dalam penilaian saya, Kido termasuk atlet yang cerdas dan punya prinsip. Dia berani menyuarakan apa yang menjadi hak-hak pemain ke dunia luar.
Bahkan di saat pengurus PBSI mengira bahwa karier Kido sudah habis, Kido dan Hendra justru mendapat sponsor dengan kontrak yang lebih besar dari apa yang didapat di pelatnas Cipayung.
Sebagai manusia, tentu Kido juga memiliki kekurangan. Namun, sejauh yang saya kenal, Kido lebih banyak membagi kebaikan. Tak heran jika akhirnya dia bisa diterima di berbagai kalangan.
Setelah berhenti meniti karier sebagai pemain professional, Kido tidak benar-benar gantung raket. Dia masih sibuk di arena bulu tangkis dengan menjadi pelatih. Di luar itu, Kido juga rutin bermain bulu tangkis bersama teman-teman dan koleganya.
Sampai akhir hayatnya pun Kido masih setia dengan bulu tangkis. Hari Senin (14/6), benar-benar menjadi penampilan terakhir Kido di lapangan bulu tangkis. Hidup dan matinya sepertinya memang untuk bulu tangkis.
Selamat Jalan Kido! Terima kasih atas semuanya.
Lahir: Jakarta, 11 Agustus 1984
Wafat: Jakarta, 14 Juni 2021 Klub: Jaya Raya Jakarta
Penghargaan: Parama Krida Utama Kelas I dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 9 September 2008
Prestasi Tertinggi: Meraih Medali Emas Olimpiade Beijing 2008
Prestasi 2000:Medali Perungu Kejuaraan Dunia Junior di Guangzhou, Medali Perungu Beregu Kejuaraan Junior Asia, Juara Kejuaraan Junior Asia di Kuala Lumpur
Prestasi 2002: Medali Perunggu Kejuaraan Dunia Junior di Pretoria
Prestasi 2005: Juara Kejuaran Asia di Hyderabad, India, Medali Emas SEA Games Filipina, Juara Indonesia Terbuka
Prestasi 2006: Juara Piala Dunia di Yiyang, China, Juara Hong Kong Terbuka, Juara China Terbuka
Prestasi 2007: Juara Kejuaran Dunia di Kuala Lumpur, Medali Emas SEA Games Nakhon Ratchashima, Thailand, Finalis China Masters, Juara China Terbuka, Juara Hong Kong Terbuka, Juara Chinese Taipei Terbuka, Juara China Terbuka, Juara Hong Kong Terbuka
Prestasi 2008: Meraih Medali Emas Olimpiade Beijing, China, Juara Proton Malaysia Terbuka Super Series, Juara China Masters Super Series, Juara Denmark Terbuka Super Series, Juara Prancis Terbuka Super Series
Prestasi 2009: Juara Kejuaraan Asia di Suwon, Korea Selatan, Medali Emas SEA Games Vientiane, Laos, Finalis Singapura Terbuka, Juara Jepang Terbuka, Juara Prancis Terbuka
Prestasi 2010: Medali Emas Asian Games Guangzhou, China, Finalis Denmark Terbuka, Finalis Hong Kong Terbuka
Prestasi 2011: Medali Perak SEA Games Jakarta
Prestasi 2012: Juara Singapura Terbuka
Prestasi 2013: Juara Prancis Terbuka
sumber
Diubah oleh FrankyDeLano 15-06-2021 14:11
0
957
Kutip
3
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan