Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

goal481Avatar border
TS
goal481
Umat Islam Harus Jadi Terdepan Jaga Alam dari Krisis
Kamis, 10 Juni 2021 | 10:04 WIB
Oleh : Siprianus Edi Hardum / EHD

Umat Islam Harus Jadi Terdepan Jaga Alam dari Krisis
Cendikiawan Islam dari Muhammadiyah, Azyumardi Azra (Suara Pembaruan) (Foto: )

Jakarta, Beritasatu.com – Semua umat beragama terutama umat Muslim harus jaga alam dari krisis. Ketua Pusat Pengkajian Islami, Fachruddin M Mangunjaya, dalam peluncuran bukunya secara wibiner berjudul,"Generasi Terakhir" di Jakarta, Rabu (9/6/2021), mengatakan, peran umat Muslim sebagai khilafah dalam menjaga alam dari krisis. "Umat Islam harus jadi terdepan jaga dalam dari krisis," kata Fachruddin.

Fachruddin mengatakan, ia tidak hanya sekadar membicarakan aktivisme dalam memerangi krisis iklim dalam buku tersebut. "Bukan hanya mengenai aktivisme dan upaya, tetapi menjembatani sains dan Islam yang dikembangkan dari zaman Ibnu Sina," kata Fachruddin.


Dia mengatakan, adanya krisis iklim yang diakibatkan manusia juga membuat simbol umat Islam seperti masjid terancam keberadaannya.


Misalnya masjid-masjid yang berada di pinggiran pantai dan berjarak dekat bibir pantai, kini air laut menjadi pasang dan bangunannya tidak dapat terpakai lagi. "Banyak masjid tenggelam," kata dia.

Selain itu, krisis iklim juga membuat spesies flora dan fauna pupus dan menimbulkan ketidakseimbangan ekosistem seperti di Uzbekistan, dimana laut menyusut.

Kemudian negara-negara dengan populasi Islam yang besar seperti Maladewa yang menerapkan kebijakan syariat Islam, namun membuat hampir seluruh wilayahnya tenggelam berada satu kilometer di atas permukaan laut dan mengancam umat Islam.


Oleh karenanya Fachruddin menegaskan, sebagai manusia yang menjadi khilafah dan hidup di Indonesia dengan kekayaan alamnya, hendaklah menjaga keseimbangan ekosistem alam.


Sementara itu Cendekiawan Muslim Azyumardi Azra menanggapi bukan hanya "global warning," tapi kerusakan ekosistem jadi tantangan besar dunia Islam.


"Ini tantangan ke depan gimana mengaktulaisasikan praktik keislaman dalam lingkungan sehari-hari," ujar dia.


Menurut dia tantangan saat ini di Indonesia sebagai negara dengan populasi Islam besar, namun Islamisasi dalam perilaku menjaga lingkungan belum terlihat.

Hal itu diakuinya tidak mudah karena masih terkait dengan kemiskinan, faktor padat penduduk dan urbanisasi kota besar.

Sehingga perlu adanya upaya konkrit mengimplementasikan nilai Islam dalam menjaga lingkungan dan mencegah krisis iklim.


"Jadi masalah kita terkait tidak adanya kesadaran mengimplementasikan ajaran Islam tentang lingkungan," kata dia.


Dalam kesempatan tersebut Imam Besar Masjid Istiqlal Nazaruddin Umar menanggapi bahwa buku tersebut menyadarkan manusia agar lebih sadar akan masalah besar yang sedang dihadapi yakni krisis iklim.


"Quran telah menegaskan tampak kerusakan di muka bumi adalah ulah tangan manusia. Apa yang salah manakala terjadi kerusakan bumi, pastilah kita menjadi faktor," kata dia.


Oleh karenanya, Nazaruddin mengimbau agar setiap umat muslim sebagai khalifah belajar dari sifat Allah yang memelihara alam, dan kembali mempelajari Quran dan Fiqih di mana ada ajaran mengenai memelihara alam dan memperbaiki estimologi keilmuan.


Sementara Direktur Eksekutif Wahid Foundation Mujtaba Hamdi mendorong perlunya pengarusutamaan Islam ramah lingkungan demi kelangsungan ekologi yang berkelanjutan.

"Isu lingkungan kita ambil sebagai pintu masuk untuk membahas bagaimana Islam sendiri memiliki gagasan 'rahmatan lil 'alamin' yang universal. Sudah banyak yang melakukan inisiatif melestarikan lingkungan," kata Mujtaba.


Taba, panggilan akrab Mujtaba Hamdi, mencontohkan isu lingkungan di kalangan Islam kalah dengan politisasi agama yang membelah sentimen antara yang lebih Islam dan kurang Islam.

Bahkan, kata dia, dalam beberapa hal Islam justru dikaitkan dengan isu ekstremisme dan kekerasan. Hal tersebut tentu menjadi tantangan bagi Islam di masa kini meski sudah ada perintah untuk melestarikan alam secara berkelanjutan.

Islam, lanjut dia, mengajarkan nilai-nilai perlindungan alam sebagai salah satu ajaran inti. Al Quran dan hadits mewajibkan orang yang beriman tentang cara hidup yang peka terhadap lingkungan.


Menurut dia, meski isu lingkungan tidak menjadi arus utama, tetapi sejumlah organisasi keagamaan Islam sudah bergerak mengarah pada pelestarian alam.


Dia mencontohkan Majelis Ulama Indonesia sudah merintis eco-masjid, yaitu tempat ibadah Muslim yang ramah terhadap lingkungan. Ke depan agar gerakan tersebut dapat menyebar ke berbagai tempat dengan dimotori para ulama dan santri.


"Salah satu motor penggerak masjid ramah lingkungan adalah teman dari MUI, ada lembaga khsusus lingkungan yang ada di MUI, tapi tidak banyak diketahui publik," kata dia.


Eco-masjid, kata dia, merupakan sebuah metode terapan pengelolaan air wudhu dan sampah daur ulang. Air wudhu yang dipakai tidak langsung dibuang ke alam tetapi didaur ulang agar dapat diserap oleh alam dengan baik dan berkelanjutan.


"Kita sering melihat air wudhu itu 'dihambur-hamburkan'. Orang menggunakan sesuka-sukanya meluber ke mana-mana. Salah satu yang digagas teman-teman di eco-mosque adalah bagaimana air sisa wudhu itu 'di-recycle' dikembalikan ke alam dengan baik," kata dia.


Sumber: BeritaSatu.com

link

Baru nyadar selama ini emang pelaku perusakan alam rata-rata dari mayo 

emoticon-Shutup
nomoreliesAvatar border
nomorelies memberi reputasi
1
657
13
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan