- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita Luar Negeri
TimLes bangkitkan hukum adat untuk lingkungan usai merdeka dari Indonesia


TS
mabdulkarim
TimLes bangkitkan hukum adat untuk lingkungan usai merdeka dari Indonesia
Timor Leste bangkitkan hukum adat untuk melestarikan lingkungan usai merdeka dari Indonesia - 'Tidak ingin jadi Bali yang lain'
Lanskap pesisir Timor Leste saat matahari terbenam.
Meskipun Marques memancing dengan tombak hari itu, dia telah mengatur sedemikian rupa agar saya bergabung dengan sekelompok orang yang melakukan snorkeling. Mereka sudah menuju ke terumbu bersama nelayan lain.
Setelah mendorong perahu nelayan dari pantai, saya segera menuju ke salah satu kawasan konservasi Laut Atauro. Di lokasi itu, ketentuan Tara Bandu melarang penangkapan ikan.
"Tara Bandu adalah perjanjian antara masyarakat, leluhur, dan lingkungan yang mengelola sumber daya alam, konflik sosial, sekaligus hubungan spiritual," kata Birgit Hermann, manager Blue Ventures untuk wilayah Timor Leste. Ini adalah kelompok konservasi lain yang bekerja di Atauro.
"Masyarakat Timor Leste memiliki keyakinan berbasis animisme yang kuat. Mereka telah hidup harmonis dengan alam selama ribuan tahun. Dan saat ini hukum adat Tara Bandu bangkit kembali."
Tara Bandu digunakan untuk melarang eksploitasi sumber daya tertentu. Secara harfiah, Tara Bandu berarti "Hukum Gantung". Untuk menandakan bahwa Tara Bandu sedang berlaku di suatu tempat, simbol upacara yang melambangkan larangan digantung di tiang kayu.
Tara Bandu bersifat fleksibel. Larangan eksploitasi dapat diterapkan pada satu spesies yang terancam punah atau digunakan untuk melindungi seluruh terumbu karang di kawasan konservasi laut.
Hermann menjelaskan bagaimana data yang dipasok nelayan lokal dan kelompok konservasi seperti Blue Ventures membantu masyarakat mengelola sumber daya bawah laut.
Berdasarkan data itu pula, warga lokal memutuskan ketentuan Tara Bandu mana yang akan mereka terapkan, termasuk lokasinya.
"Kami membantu menyerahkan data ke tangan nelayan sehingga mereka bisa menerapkan pendekatan mereka sendiri untuk perlindungan laut dan pengelolaan perikanan, seperti penutupan terumbu karang sementara dan permanen," kata Hermann.
Tara Bandu sudah eksis sejak lama, tapi masyarakat setempat baru dapat menerapkannya sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia tahun 2002.

Penduduk Pulau Atauro yang berjumlah sekitar 10 ribu orang sangat bergantung pada laut, baik untuk sumber pangan, penghasilan, dan akses transprotasi.
"Tara Bandu adalah cara nenek moyang kami melindungi alam dan sumber daya alam, tapi sistem ini benar-benar diadopsi oleh Timor Leste setelah kemerdekaan," kata Mendes.
Dia mengaku merasakan kebangkitan teknik konservasi tradisional di tahun-tahun awal kemerdekaan.
"Selama Indonesia hukumnya ketat, banyak pegawai negeri, penjaga hutan, polisi, militer. Orang Indonesia punya cukup orang untuk menguasai sumber daya alam," ucapnya.
Timor mengalami penjajahan dan eksploitasi selama berabad-abad. Portugis datang untuk mencari kayu cendana dan rempah-rempah pada tahun 1500-an.
Ketika Belanda mulai menjajah bagian barat Timor satu abad setelahnya, pulau terbelah dua oleh dua kekuatan kolonial yang saling bersaing.
Timor Barat menjadi bagian dari Indonesia setelah Perang Dunia Kedua, tapi bagian timur Timor tetap menjadi koloni Portugis sampai tahun 1975.
Saat itu, revolusi yang tiba-tiba terjadi di Lisbon mendorong warga wilayah ini mendeklarasikan kemerdekaan di Dili.
Namun Timor Leste hanya menikmati kebebasan selama sembilan hari sebelum militer Indonesia melanggar batas dan melancarkan invasi yang menghancurkan dari Timor barat pada Desember 1975.
Warga Timor Leste tidak merasakan kemerdekaan sampai tahun 2002. Kawasan itu dikecamuk pendudukan dan perang gerilya selama bertahun-tahun .
"Setelah kemerdekaan, jumlah penjaga hutan dan polisi terbatas. Sangat sulit bagi kami untuk mengontrol sumber daya alam, terutama hutan dan perikanan," kata Mendes, yang turut mendirikan taman nasional pertama Timor-Leste pada 2008 di jauh di barat negara itu.
"Makanya kami promosikan upacara adat ini. Kami ingin memberi kekuatan lebih kepada masyarakat.
"Tara Bandu menjadi cara untuk menyatukan kembali masyarakat setelah penjajahan, dan cara untuk melindungi sumber daya alam," ujarnya.
Arus air saat saya berguling ke air hari itu begitu kuat. Atauro terletak di tepi selatan Segitiga Terumbu Karang, suatu wilayah lautan luas yang meliputi wilayah pesisir di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste.
Segitiga Terumbu Karang dikenal sebagai Amazon of the Seas, tapi bahkan di sini, keanekaragaman hayati Atauro dianggap luar biasa.

Sejumlah warga Dili, Timor Leste, menikmati senja di pantai.
Keanekaragaman hayati di Atauro dipengaruhi lokasi yang berada di antara dua selat laut dalam, yang dialiri Arus Lintas Indonesia, arus hangat dan kuat yang mendorong air dari Pasifik ke Samudra Hindia.
Hal ini menciptakan tempat makan yang kaya bagi segenap makhluk laut.
Arus kuat itu dan perairan dalam yang membawa makhluk laut ke Atauro membuat nelayan seperti Marques melempar jaring di kawasan pantai.
Aktivitas itu menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan. Di area itulah Tara Bandu pernah diterapkan untuk membangun kawasan konservasi laut dan area di mana saya menghabiskan sisa pagi untuk snorkeling.
Limpasan musim hujan dari pulau mengurangi jarak pandang, tapi koral masih bersinar melalui sedimen.
Saya melihat seekor penyu mengambil makanannya dengan malas dari karang sementara kawanan besar ikan tropis melesat di sekitar karang.
Kawanan ikan itu memenuhi pemandangan yang saya lihat dari balik masker wajah.
Saya melayang di atas kehidupan mikro dan makro laut, menyelam bebek di bawah ombak untuk melihat lebih dekat nudibranch kecil atau menahan napas untuk mengintip di bawah karang untuk mencari lobster, kerapu, atau keajaiban laut lainnya yang menanti saya.
Di musim kemarau, laut jauh lebih tenang, jarak pandang lebih luas, dan paus yang lewat dapat dilihat dari pantai.
Awan yang badai berlalu menandakan perjalanan kembali ke pantai akan berombak. Di rumahnya, Lourdes sedang memasak nasi, sedangkan Marques membersihkan ikan yang ditangkapnya.
Keluarga Marques dengan penuh semangat berencana kembali menjadikan rumah mereka sebagai homestay. Mereka juga menyusun rute pendakian baru ketika saya naik feri untuk kembali ke Dili.
Mereka ingin menyediakan lebih banyak kamar dan beragam aktivitas baru untuk menarik lebih banyak turis.
Dalam waktu dekat kawasan konservasi perairan Atauro yang dikelola dengan sistem Tara Bandu diharapkan dapat disahkan menjadi taman nasional kedua di Timor Leste.
Namun, di negara yang paling jarang dikunjungi di Asia Tenggara ini, pandemi memperlihatkan betapa rapuh industri pariwisata di tempat yang tak lagi dikunjungi turis.
"Wisata bahari berbasis komunitas menawarkan potensi yang sangat besar untuk membantu diversifikasi mata pencaharian, agar warga tidak bergantung pada perikanan," kata Hermann.
"Namun, seiring penutupan perbatasan Timor Leste, tidak begitu banyak turis yang datang. Tapi komunitas di Atauro sangat menantikan menyambut turis internasional lagi jika situasi sudah memungkinkan.
"Anda tidak akan kecewa!" ujarnya.

Ilustrasi kedatangan orang-orang Prancis di Timor Leste ratusan tahun lalu yang saat itu masih dijajah Portugal.
Meski bepergian di Timor Leste penuh tantangan karena infrastruktur yang minim, ada banyak hal yang menarik bagi para pelancong yang gemar berpetualang.
Gunung tertinggi di Timor Leste yang setinggi 2.986 meter dapat didaki pada perjalanan akhir pekan dari Dili.
Turis juga dapat melihat cerita kelam yang mengharukan tentang perang gerilya dan protes mahasiswa di Arsip dan Museum Perlawanan di ibu kota.
Ada pula aktivitas snorkeling yang sangat menyenangkan di sekitar perairan Pulau Jaco yang terpencil di ujung barat Timor Leste.
Setidaknya di Timor Leste terdapat 20 bahasa dan dialek yang dapat Anda pelajari saat melakukan perjalanan melintasi negara muda ini.
Pariwisata masih dalam tahap awal di sini. Politikus bernama Harold Moucho yang saya temui di Dili mengungkap tantangan yang dihadapi Timor Leste, termasuk saat pemerintah setempat menolak tawaran sebuah perusahaan yang berbasis di Las Vegas untuk membangun resor kasino di Atauro.
"Kami ingin membuat wilayah kami tetap indah," kata Moucho.
"Ada beberapa tempat menyelam terbaik di dunia di sini. Kami tidak ingin menjadi Bali yang lain."
Namun seiring cadangan minyak di Laut Timor mengering, resor yang menguntungkan bisa menjadi sumber pendapatan yang menarik bagi pemerintah.
Mendes mengingatkan saya tentang apa yang dipertaruhkan di tempat-tempat seperti Atauro.
"Jika kami kami kehilangan keindahan terumbu bawah laut, ini bukan hanya tentang Timor. Ini kerugian bagi seluruh dunia," katanya.
https://www.bbc.com/indonesia/vert-t...8U5XUwgJnmla38
Padahal Bali preservasi alam dan spiritualnya oke banget loh...
tapi pemerintah setempatnya terlalu banyak kasih izin ke pengembangan hotel./resor jadi sumpek di Bali selatan
Timor Leste minim pembangunan. ABPN terbatas banget bahkan masih kalah dari APBD banyak provinsi Indonesia.
Harus belajar banyak dari banyak tempat pariwisata alam Indonesia macam Wakatobi

Lanskap pesisir Timor Leste saat matahari terbenam.
Meskipun Marques memancing dengan tombak hari itu, dia telah mengatur sedemikian rupa agar saya bergabung dengan sekelompok orang yang melakukan snorkeling. Mereka sudah menuju ke terumbu bersama nelayan lain.
Setelah mendorong perahu nelayan dari pantai, saya segera menuju ke salah satu kawasan konservasi Laut Atauro. Di lokasi itu, ketentuan Tara Bandu melarang penangkapan ikan.
"Tara Bandu adalah perjanjian antara masyarakat, leluhur, dan lingkungan yang mengelola sumber daya alam, konflik sosial, sekaligus hubungan spiritual," kata Birgit Hermann, manager Blue Ventures untuk wilayah Timor Leste. Ini adalah kelompok konservasi lain yang bekerja di Atauro.
"Masyarakat Timor Leste memiliki keyakinan berbasis animisme yang kuat. Mereka telah hidup harmonis dengan alam selama ribuan tahun. Dan saat ini hukum adat Tara Bandu bangkit kembali."
Tara Bandu digunakan untuk melarang eksploitasi sumber daya tertentu. Secara harfiah, Tara Bandu berarti "Hukum Gantung". Untuk menandakan bahwa Tara Bandu sedang berlaku di suatu tempat, simbol upacara yang melambangkan larangan digantung di tiang kayu.
Tara Bandu bersifat fleksibel. Larangan eksploitasi dapat diterapkan pada satu spesies yang terancam punah atau digunakan untuk melindungi seluruh terumbu karang di kawasan konservasi laut.
Hermann menjelaskan bagaimana data yang dipasok nelayan lokal dan kelompok konservasi seperti Blue Ventures membantu masyarakat mengelola sumber daya bawah laut.
Berdasarkan data itu pula, warga lokal memutuskan ketentuan Tara Bandu mana yang akan mereka terapkan, termasuk lokasinya.
"Kami membantu menyerahkan data ke tangan nelayan sehingga mereka bisa menerapkan pendekatan mereka sendiri untuk perlindungan laut dan pengelolaan perikanan, seperti penutupan terumbu karang sementara dan permanen," kata Hermann.
Tara Bandu sudah eksis sejak lama, tapi masyarakat setempat baru dapat menerapkannya sejak Timor Leste merdeka dari Indonesia tahun 2002.

Penduduk Pulau Atauro yang berjumlah sekitar 10 ribu orang sangat bergantung pada laut, baik untuk sumber pangan, penghasilan, dan akses transprotasi.
"Tara Bandu adalah cara nenek moyang kami melindungi alam dan sumber daya alam, tapi sistem ini benar-benar diadopsi oleh Timor Leste setelah kemerdekaan," kata Mendes.
Dia mengaku merasakan kebangkitan teknik konservasi tradisional di tahun-tahun awal kemerdekaan.
"Selama Indonesia hukumnya ketat, banyak pegawai negeri, penjaga hutan, polisi, militer. Orang Indonesia punya cukup orang untuk menguasai sumber daya alam," ucapnya.
Timor mengalami penjajahan dan eksploitasi selama berabad-abad. Portugis datang untuk mencari kayu cendana dan rempah-rempah pada tahun 1500-an.
Ketika Belanda mulai menjajah bagian barat Timor satu abad setelahnya, pulau terbelah dua oleh dua kekuatan kolonial yang saling bersaing.
Timor Barat menjadi bagian dari Indonesia setelah Perang Dunia Kedua, tapi bagian timur Timor tetap menjadi koloni Portugis sampai tahun 1975.
Saat itu, revolusi yang tiba-tiba terjadi di Lisbon mendorong warga wilayah ini mendeklarasikan kemerdekaan di Dili.
Namun Timor Leste hanya menikmati kebebasan selama sembilan hari sebelum militer Indonesia melanggar batas dan melancarkan invasi yang menghancurkan dari Timor barat pada Desember 1975.
Warga Timor Leste tidak merasakan kemerdekaan sampai tahun 2002. Kawasan itu dikecamuk pendudukan dan perang gerilya selama bertahun-tahun .
"Setelah kemerdekaan, jumlah penjaga hutan dan polisi terbatas. Sangat sulit bagi kami untuk mengontrol sumber daya alam, terutama hutan dan perikanan," kata Mendes, yang turut mendirikan taman nasional pertama Timor-Leste pada 2008 di jauh di barat negara itu.
"Makanya kami promosikan upacara adat ini. Kami ingin memberi kekuatan lebih kepada masyarakat.
"Tara Bandu menjadi cara untuk menyatukan kembali masyarakat setelah penjajahan, dan cara untuk melindungi sumber daya alam," ujarnya.
Arus air saat saya berguling ke air hari itu begitu kuat. Atauro terletak di tepi selatan Segitiga Terumbu Karang, suatu wilayah lautan luas yang meliputi wilayah pesisir di Indonesia, Malaysia, Filipina, Papua Nugini, Kepulauan Solomon, dan Timor-Leste.
Segitiga Terumbu Karang dikenal sebagai Amazon of the Seas, tapi bahkan di sini, keanekaragaman hayati Atauro dianggap luar biasa.

Sejumlah warga Dili, Timor Leste, menikmati senja di pantai.
Keanekaragaman hayati di Atauro dipengaruhi lokasi yang berada di antara dua selat laut dalam, yang dialiri Arus Lintas Indonesia, arus hangat dan kuat yang mendorong air dari Pasifik ke Samudra Hindia.
Hal ini menciptakan tempat makan yang kaya bagi segenap makhluk laut.
Arus kuat itu dan perairan dalam yang membawa makhluk laut ke Atauro membuat nelayan seperti Marques melempar jaring di kawasan pantai.
Aktivitas itu menyebabkan penangkapan ikan yang berlebihan. Di area itulah Tara Bandu pernah diterapkan untuk membangun kawasan konservasi laut dan area di mana saya menghabiskan sisa pagi untuk snorkeling.
Limpasan musim hujan dari pulau mengurangi jarak pandang, tapi koral masih bersinar melalui sedimen.
Saya melihat seekor penyu mengambil makanannya dengan malas dari karang sementara kawanan besar ikan tropis melesat di sekitar karang.
Kawanan ikan itu memenuhi pemandangan yang saya lihat dari balik masker wajah.
Saya melayang di atas kehidupan mikro dan makro laut, menyelam bebek di bawah ombak untuk melihat lebih dekat nudibranch kecil atau menahan napas untuk mengintip di bawah karang untuk mencari lobster, kerapu, atau keajaiban laut lainnya yang menanti saya.
Di musim kemarau, laut jauh lebih tenang, jarak pandang lebih luas, dan paus yang lewat dapat dilihat dari pantai.
Awan yang badai berlalu menandakan perjalanan kembali ke pantai akan berombak. Di rumahnya, Lourdes sedang memasak nasi, sedangkan Marques membersihkan ikan yang ditangkapnya.
Keluarga Marques dengan penuh semangat berencana kembali menjadikan rumah mereka sebagai homestay. Mereka juga menyusun rute pendakian baru ketika saya naik feri untuk kembali ke Dili.
Mereka ingin menyediakan lebih banyak kamar dan beragam aktivitas baru untuk menarik lebih banyak turis.
Dalam waktu dekat kawasan konservasi perairan Atauro yang dikelola dengan sistem Tara Bandu diharapkan dapat disahkan menjadi taman nasional kedua di Timor Leste.
Namun, di negara yang paling jarang dikunjungi di Asia Tenggara ini, pandemi memperlihatkan betapa rapuh industri pariwisata di tempat yang tak lagi dikunjungi turis.
"Wisata bahari berbasis komunitas menawarkan potensi yang sangat besar untuk membantu diversifikasi mata pencaharian, agar warga tidak bergantung pada perikanan," kata Hermann.
"Namun, seiring penutupan perbatasan Timor Leste, tidak begitu banyak turis yang datang. Tapi komunitas di Atauro sangat menantikan menyambut turis internasional lagi jika situasi sudah memungkinkan.
"Anda tidak akan kecewa!" ujarnya.

Ilustrasi kedatangan orang-orang Prancis di Timor Leste ratusan tahun lalu yang saat itu masih dijajah Portugal.
Meski bepergian di Timor Leste penuh tantangan karena infrastruktur yang minim, ada banyak hal yang menarik bagi para pelancong yang gemar berpetualang.
Gunung tertinggi di Timor Leste yang setinggi 2.986 meter dapat didaki pada perjalanan akhir pekan dari Dili.
Turis juga dapat melihat cerita kelam yang mengharukan tentang perang gerilya dan protes mahasiswa di Arsip dan Museum Perlawanan di ibu kota.
Ada pula aktivitas snorkeling yang sangat menyenangkan di sekitar perairan Pulau Jaco yang terpencil di ujung barat Timor Leste.
Setidaknya di Timor Leste terdapat 20 bahasa dan dialek yang dapat Anda pelajari saat melakukan perjalanan melintasi negara muda ini.
Pariwisata masih dalam tahap awal di sini. Politikus bernama Harold Moucho yang saya temui di Dili mengungkap tantangan yang dihadapi Timor Leste, termasuk saat pemerintah setempat menolak tawaran sebuah perusahaan yang berbasis di Las Vegas untuk membangun resor kasino di Atauro.
"Kami ingin membuat wilayah kami tetap indah," kata Moucho.
"Ada beberapa tempat menyelam terbaik di dunia di sini. Kami tidak ingin menjadi Bali yang lain."
Namun seiring cadangan minyak di Laut Timor mengering, resor yang menguntungkan bisa menjadi sumber pendapatan yang menarik bagi pemerintah.
Mendes mengingatkan saya tentang apa yang dipertaruhkan di tempat-tempat seperti Atauro.
"Jika kami kami kehilangan keindahan terumbu bawah laut, ini bukan hanya tentang Timor. Ini kerugian bagi seluruh dunia," katanya.
https://www.bbc.com/indonesia/vert-t...8U5XUwgJnmla38
Padahal Bali preservasi alam dan spiritualnya oke banget loh...
tapi pemerintah setempatnya terlalu banyak kasih izin ke pengembangan hotel./resor jadi sumpek di Bali selatan
Timor Leste minim pembangunan. ABPN terbatas banget bahkan masih kalah dari APBD banyak provinsi Indonesia.
Harus belajar banyak dari banyak tempat pariwisata alam Indonesia macam Wakatobi

0
405
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan