- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Gus Baha: Orang Indonesia itu Santai Seperti Orang Palestina


TS
mbia
Gus Baha: Orang Indonesia itu Santai Seperti Orang Palestina
Dalam satu pengajian Kitab Al-Barzanji bersama para santri, KH Bahauddin Nursalim atau Gus Baha menyampaikan pandangannya tentang sisi lain orang-orang di negara Iran, Irak, Indonesia hingga Palestina.
Berikut penjelasan Gus Baha dikutip dari Iqra yang bersumber dari Kajian Cerdas Official:
Indonesia itu tidak jelas. Negara Islam ya tidak, negara kafir juga tidak. Islam garis keras ya bukan, Islam garis lunak juga bukan. Pokoknya yang penting hidup.
Yang penting sujud kepada Allah. Nyaman kepada Allah. Orang miskin merokok ya santai. Coba saja negara itu lockdown, ekonomi merosot, masyarakat tetap santai. Ibu-ibu pada gosip, bapak-bapak pada rokok an (merokok). Suuaantaaii.
Kalau disyuting yang bingung adalah pengamat. Coba saja, ketika Menteri Ekonomi rapat ribetnya tidak karuan, masyarakat Indonesia suuaantaaii.
Makanya, saya kalau memikirkan orang Indonesia itu rugi. Ribet..! Dipikir yang tidak tahu. Suuaantaaii. Ada penyakit tidak takut, ada apa saja tidak takut. Lah bagaimana lagi? Sudah mati rasa. Hehehe…
Contoh gampang, rokok. Gambar (bungkus) rokok ditulis 'merokok membunuhmu', gambarnya orang yang tenggorokan berlubang.
Itu saja tidak ada efeknya. "Yang tidak merokok juga mati," begitu saja, malah dibalik.
Malah menurut guyonan Habib Muthohar lebih parah lagi. "Saya ini merokok Gus, ditegur sama dokter. Karena negur saya tidak berani, dikasih buku. Judulnya buku ‘Bahaya Merokok’. Buku itu saya baca. Setelah tahu bahayanya merokok, saya berhenti membaca." (Hahaha)
Dokter menyangkanya kan berhenti merokok, ternyata berhenti membaca. (Hehehe) "Aduh Bib Bib, saya kira berhenti merokok… Hehe…"
Ya seperti orang memandang Corona. Terkadang kalau melihat berita terus kan panik. "Caranya tidak panik, berhenti melihat berita."
Benar kan? Ketika melihat TV sinetron kan baik-baik saja. Kayak kamu nih, "Saya ingin membaca kitab (kuning), setelah pusing maka berhenti membaca". (Hehehe)
Ribet-ribet.. Makanya, saya itu respect kalau dengan orang bodoh. Kenapa ya..? Hehehe. Ribet-ribet dengan orang Indonesia. Diterangkan susah. Padahal rokok gambarnya sudah seru, gambar orang yang tenggorokannya bolong dan ditulisi "merokok membunuhmu".
Ngefek tidak? Dalinya, "Yang tidak merokok juga mati. Sama saja" Ribet.. Ribet..!
Jadi, orang Palestina juga sama dengan Indonesia. Orang Palestina setiap hari ke pasar. Padahal sering perang, kadang ke pasar, peluru lalu-larang. Ya biasa kadang kena.
Ketika ditanya, "Kenapa Anda tetap ke pasar?"
Jawabannya, "Ke pasar mati di rumah juga mati".
Akhirnya santai. Saya pernah diajak ke Palestina, orang juga suuaantaaii. Saya akan ke Masjidil Aqsha ada tembak-tembakan ya santai. Tanya ke guide-nya, "Kita jalan ya jalan," Suuaantaaii. Katanya sudah biasa.
https://kalam.sindonews.com/read/441...ina-1622361912
Santai alias woles
Berikut penjelasan Gus Baha dikutip dari Iqra yang bersumber dari Kajian Cerdas Official:
Indonesia itu tidak jelas. Negara Islam ya tidak, negara kafir juga tidak. Islam garis keras ya bukan, Islam garis lunak juga bukan. Pokoknya yang penting hidup.
Yang penting sujud kepada Allah. Nyaman kepada Allah. Orang miskin merokok ya santai. Coba saja negara itu lockdown, ekonomi merosot, masyarakat tetap santai. Ibu-ibu pada gosip, bapak-bapak pada rokok an (merokok). Suuaantaaii.
Kalau disyuting yang bingung adalah pengamat. Coba saja, ketika Menteri Ekonomi rapat ribetnya tidak karuan, masyarakat Indonesia suuaantaaii.
Makanya, saya kalau memikirkan orang Indonesia itu rugi. Ribet..! Dipikir yang tidak tahu. Suuaantaaii. Ada penyakit tidak takut, ada apa saja tidak takut. Lah bagaimana lagi? Sudah mati rasa. Hehehe…
Contoh gampang, rokok. Gambar (bungkus) rokok ditulis 'merokok membunuhmu', gambarnya orang yang tenggorokan berlubang.
Itu saja tidak ada efeknya. "Yang tidak merokok juga mati," begitu saja, malah dibalik.
Malah menurut guyonan Habib Muthohar lebih parah lagi. "Saya ini merokok Gus, ditegur sama dokter. Karena negur saya tidak berani, dikasih buku. Judulnya buku ‘Bahaya Merokok’. Buku itu saya baca. Setelah tahu bahayanya merokok, saya berhenti membaca." (Hahaha)
Dokter menyangkanya kan berhenti merokok, ternyata berhenti membaca. (Hehehe) "Aduh Bib Bib, saya kira berhenti merokok… Hehe…"
Ya seperti orang memandang Corona. Terkadang kalau melihat berita terus kan panik. "Caranya tidak panik, berhenti melihat berita."
Benar kan? Ketika melihat TV sinetron kan baik-baik saja. Kayak kamu nih, "Saya ingin membaca kitab (kuning), setelah pusing maka berhenti membaca". (Hehehe)
Ribet-ribet.. Makanya, saya itu respect kalau dengan orang bodoh. Kenapa ya..? Hehehe. Ribet-ribet dengan orang Indonesia. Diterangkan susah. Padahal rokok gambarnya sudah seru, gambar orang yang tenggorokannya bolong dan ditulisi "merokok membunuhmu".
Ngefek tidak? Dalinya, "Yang tidak merokok juga mati. Sama saja" Ribet.. Ribet..!
Jadi, orang Palestina juga sama dengan Indonesia. Orang Palestina setiap hari ke pasar. Padahal sering perang, kadang ke pasar, peluru lalu-larang. Ya biasa kadang kena.
Ketika ditanya, "Kenapa Anda tetap ke pasar?"
Jawabannya, "Ke pasar mati di rumah juga mati".
Akhirnya santai. Saya pernah diajak ke Palestina, orang juga suuaantaaii. Saya akan ke Masjidil Aqsha ada tembak-tembakan ya santai. Tanya ke guide-nya, "Kita jalan ya jalan," Suuaantaaii. Katanya sudah biasa.
https://kalam.sindonews.com/read/441...ina-1622361912
Santai alias woles






meooong dan 2 lainnya memberi reputasi
3
1.6K
22


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan