- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Menurut Sejarah, Inilah "Pembunuh Berantai" Pertama di Dunia


TS
diaz420
Menurut Sejarah, Inilah "Pembunuh Berantai" Pertama di Dunia
Sejarah mencatat bahwa ada banyak sekali orang jahat di muka Bumi ini yang tak segan-segan menghabisi nyawa puluhan, ratusan bahkan ribuan nyawa manusia tak berdosa seorang diri. Tak sedikit diantara orang-orang jahat itu ada yang dilabeli sebagai "Pembunuh Berantai". Ada banyak sekali Pembunuh Berantai yang berhasil dicatat oleh sejarah, sebut saja Ed Gein, Ted Bundy, Jack The Ripper dan lainnya. Tapi, pernahkah kalian berpikir siapakah orang pertama dalam sejarah dunia yang dicap sebagai "Pembunuh Berantai"? Dan disini, Ane bakalan menjawab pertanyaan tersebut. So, daripada berlama-lama lagi, langsung aja ke pembahasan...

Gilles de Raisadalah seorang "Bangsawan" asal Perancis yang lahir di tahun 1405. Dia digelari "Bangsawan" karena prestasinya yang cemerlang di bidang militer. Bahkan, Ia dipercaya sebagai salah satu pemimpin pasukan Perancis bersama dengan Joan of Arc, sang pahlawan wanita ternama dari Perancis.
Kita mulai dari masa lalunya de Rais, dimana Dia dilahirkan sebagai anak tertua dari 2 bersaudara. Ayahnya bernama Guy II de Montmorency-Laval, Ibunya bernama Marie de Craon dan Adik Laki-lakinya bernama René de La Suze. Masa kecil de Rais sangat jauh berbeda dari anak-anak sebayanya, di saat anak-anak seusianya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain, de Rais lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku tentang pendidikan moral dan militer. Dari situlah tingkat kejeniusan seorang Gilles de Rais pun mulai terlihat. Meskipun dirinya sudah jenius sejak dini, namun nyatanya kehidupan keluarganya sangatlah tragis. Dia sudah harus ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya untuk selamanya di usianya yang ke-10.
Usai kepergian kedua orang tuanya, de Rais pun diasuh oleh Kakeknya, Jean de Craon. Pada saat diasuh oleh sang Kakek, de Rais seringkali dipaksa untuk menikah dengan putri Bangsawan. Perjodohannya de Rais oleh sang Kakek menurut Ane sangat gila. Perjodohan pertamanya berlangsung pada saat de Rais berusia 12 tahun, dimana pada saat itu, Ia dijodohkan dengan Putri Jeanne Paynel, seorang Putri dari kaum Bangsawan Normandia yang saat itu masih berusia 4 tahun. Anjir, bocil 12 tahun dipaksa nikah sama bocil 4 tahun...🤯🤯🤯
Perjodohan tersebut pun berujung pada kegagalan. Sang Kakek masih belum menyerah, Ia pun kembali menjodohkan de Rais dengan Putri Bangsawan Bretagne bernama Béatrice de Rohan. Putri Béatrice adalah Keponakan Perempuan dari salah satu Adipati (Duke) di kawasan Bretagne. Dan lagi-lagi, perjodohan ini masih belum berhasil. Pada akhirnya, di usia de Rais yang ke-15, Ia berhasil dijodohkan dengan Putri Bangsawan Bretagne lainnya bernama Catherine de Thouars. Pernikahan antara de Rais dan de Thouars dilangsungkan pada 30 November 1420. Dari pernikahan tersebut, de Rais pun dikaruniai putri pertamanya yang diberi nama Marie. Sebetulnya, ada alasan tersendiri bagi sang Kakek yang bersikeras ingin menikahkan cucunya dengan Putri Bangsawan, alasannya agar derajat kehidupannya de Rais bisa naik dengan menikahi Putri Bangsawan. Jika kedua orang tuanya de Rais masih hidup, tentunya derajat kehidupannya akan tetap melejit, karena Ayahnya adalah seorang prajurit di pasukan Perancis. Sayangnya, takdir berkata lain.
Di usianya yang ke-16, de Rais sudah terjun ke medan perang. Berkat ilmu yang Ia peroleh semasa kecilnya, Ia berhasil membawa pasukan Perancis keluar sebagai pemenang. Atas usahanya, pihak Kerajaan pun memberinya hadiah. Awalnya pihak Kerajaan memberi hadiah berupa sebidang tanah, namun de Rais menolaknya dan meminta pihak Kerajaan untuk menggantinya dengan hadiah uang. Untungnya, pihak Kerajaan pun menyanggupinya.

Gilles de Rais saat dikasih hadiah sama Kerajaan Perancis be like
Selang 4 tahun kemudian pada saat usianya 20 tahun, Raja Charles VII (Raja Perancis saat itu) menganugerahkan de Rais gelar Dauphin de Viennois, sebuah gelar kebangsawanan di Perancis kala itu. Bukan tanpa alasan, gelar tersebut diberikan oleh Raja Charles untuk menghargai jasa de Rais dalam pertempuran melawan Kerajaan Inggris di Benteng du Lude (Château du Lude). Pada 1427 tepat di usia de Rais yang ke-22, Ia ditunjuk sebagai pemimpin salah satu pasukan Perancis dalam Perang Ratusan Tahun (Hundred Years War) bersama dengan Joan of Arc. Sayangnya, ini menjadi momen yang membuat de Rais jatuh ke dalam keterpurukan. Hal tersebut terjadi usai dirinya harus kehilangan 2 orang terdekatnya, Joan of Arc (yang meninggal pada Mei 1431) dan sang Kakek, Jean de Craon (meninggal pada November 1432). Lalu, de Rais pun memutuskan untuk berhenti dari dunia militer dan menyerahkan perjuangannya kepada sang Adik, René.
Usai pensiun dari dunia militer, de Rais mulai disibukkan dengan obsesi pribadinya, yakni membangun sebuah Gereja (bernama Chapel of the Holy Innocents) dan membuat sebuah pentas drama yang bertajuk Le Mystère du Siège d'Orléans. Akibat obsesinya ini, Dia sampai mengalami kebangkrutan. Ia rela menjual sebagian besar hartanya hanya demi mewujudkan obsesinya itu. Bahkan setelah semua propertinya terjual pun, Ia tetap acuh terhadap kondisi ekonominya. Dan untuk memenuhi gaya hidupnya yang boros itu, Ia bahkan sampai berani ngutang kemana-mana. Sayang, Ia tak mampu melunasi hutang-hutangnya dan dipaksa untuk keluar dari tempat tinggalnya.
Setelah kehidupannya terpuruk, barulah de Rais terjerumus ke dunia kegelapan. Satu waktu, de Rais menyuruh salah seorang "pendeta" bernama Eustache Blanchet untuk mencarikan "orang pintar" yang pandai dalam menggunakan sihir, Ilmu Kimia (Alkemis) dan mampu memanggil Iblis. Blanchet pun mengaku kalau Ia punya seorang kenalan di Firenze, Italia yang konon katanya cocok dengan kriterianya de Rais. Orang tersebut bernama François Prelati. Setelah de Rais bertemu dengan Prelati, mereka pun saling bertukar ilmu tentang cara memanggil Iblis. Dalam ritualnya, Prelati dan de Rais berusaha untuk memanggil sosok Iblis yang bernama Barron. Namun, setelah 3 kali berusaha untuk memanggil Barron, usaha de Rais tidak berhasil. Rais pun frustasi dan kecewa dengan Prelati, namun Prelati nampaknya "tidak kehilangan akal". Ia meyakinkan de Rais kalau Barron murka dengan alasan dipanggil tapi tak ada "sesaji". Dari sinilah aksi keji de Rais dimulai.
Sesuai arahan si Iblis, de Rais diminta untuk mengumpulkan beberapa anak-anak (menurut beberapa sumber, kebanyakan korbannya adalah anak laki-laki). Setelah itu, anak-anak itu dikumpulkan di satu tempat sebelum akhirnya dikorbankan. Pada saat "ritual" tersebut, de Rais sempat (maaf) mencabuli para korbannya sebelum akhirnya mereka dibunuh dengan cara yang sangat-sangat-sangat sadis (Ane gak akan ngejelasin detailnya karena...man...it's gross...). Masih jadi perdebatan mengenai tempat dimana de Rais melakukan aksinya itu, namun dari beberapa sumber yang Ane baca, ada 3 tempat yang diduga menjadi lokasi utama dari aksi pembantaian anak-anak itu :
1. Champtocé-sur-Loire, dalam persidangannya, de Rais mengaku kalau tempat inilah yang menjadi tempat pertamanya dalam melakukan aksi kejinya. Namun, di zaman modern ini belum ditemukan bukti konkret kalau ada bekas-bekas kejahatan yang dilakukan oleh de Rais

2. Machecoul, de Rais mengaku kalau dirinya melakukan aksi pembantaian terhadap korban-korbannya disini. Menurut catatan sejarah, memang ada bekas-bekas peristiwa pembantaian di tempat ini, namun itu bukanlah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh de Rais, melainkan peristiwa Pembantaian Machecoul Pertama yang berlangsung pada 11 Maret 1793. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari serangkaian peristiwa yang terjadi pada masa Perang Vendée, sebuah perang yang terjadi antara pihak Perancis dan Vendée.

Ini tempatnya

Ilustrasi "Pembantaian Machecoul Pertama"
3. Chapel of Holy Innocents, ada juga yang nyebutin kalo semua aksi keji yang dilakukan oleh de Rais sejak korban pertama hingga yang terakhir, berlangsung di Gereja pribadinya de Rais. Hal tersebut didasarkan oleh sebuah peristiwa pembantaian di sebuah Gereja bernama sama (Chapel of Holy Innocents) dan berlangsung pada tahun 1400-an. Sayangnya, kejadian tersebut sama sekali tidak terjadi di Perancis, melainkan di Betlehem. Eksistensi dari Gereja pribadinya de Rais juga masih dipertanyakan sampai sekarang.

Ilustrasi Peristiwa Pembantaian di Gereja
Singkat waktu, ada orang tua dari salah satu korban yang melaporkan kabar kehilangan anaknya. Gak cuma satu, tapi ada beberapa orang tua lainnya yang memberikan laporan serupa kepada pihak berwenang setempat. Puncaknya, salah seorang bangsawan bernama Éonnet de Villeblanche dan istrinya Macée mengadakan sandiwara kepada siapapun yang bisa menemukan anaknya dan menangkap si pelaku. Mendengar hal itu, pihak berwenang pun mulai bergerak dan melakukan investigasi. Beruntung pada 15 September 1440, hasil investigasi pihak berwenang berhasil membuktikan kalau de Rais dinyatakan bersalah atas tindakan pencabulan anak dan pembunuhan massal.
Dari hasil persidangan, de Rais mengaku kalau kedua pengawalnya yang bernama (sebut saja) Poitou & Henriet turut membantunya dalam melakukan aksi kejinya. Kedua pengawal ini pun membenarkan perkataan majikannya, mereka juga menjelaskan bagaimana modus, perlakuan de Rais terhadap korban sampai menghilangkan barang bukti yang sekali lagi, gak bisa Ane jelasin karena terlalu menjijikkan. Fakta mengejutkannya adalah :
1. Dalam salah satu modusnya, de Rais sampai melibatkan 2 keponakannya untuk menggiring korban ke TKP. Bahkan, kedua keponakannya ini masih seumuran dengan korbannya.
2. Usai de Rais ditangkap, ternyata ada juga orang tua korban yang berasal dari luar daerah yang mengaku kalau anaknya menghilang usai pergi meminta makanan ke tempat de Rais.
3. Jumlah korban diprediksi mencapai lebih dari 600 orang anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Mayoritas korban berjenis kelamin laki-laki.
Atas kejahatannya, Gilles de Rais bersama kedua pengawalnya dieksekusi mati 26 Oktober 1440 dengan cara digantung sambil dibakar. Meskipun Gilles de Rais mengakui perbuatannya, banyak orang di zaman modern yang meragukan keaslian dari kasus ini. Bahkan pada tahun 1992, sempat diadakan investigasi dan pengadilan ulang secara tertutup untuk membuktikan apakah kasus ini benar adanya atau tidak. Namun, masih belum ditemukan titik temu dari keraguan mereka tentang kisah Gilles de Rais.
Source :
Gilles de Rais
Gilles de Rais was Innocent
YouTube
Bataille, Georges. 1965. The Trial of Gilles de Rais. Paris
Quote:

Gilles de Raisadalah seorang "Bangsawan" asal Perancis yang lahir di tahun 1405. Dia digelari "Bangsawan" karena prestasinya yang cemerlang di bidang militer. Bahkan, Ia dipercaya sebagai salah satu pemimpin pasukan Perancis bersama dengan Joan of Arc, sang pahlawan wanita ternama dari Perancis.
Kita mulai dari masa lalunya de Rais, dimana Dia dilahirkan sebagai anak tertua dari 2 bersaudara. Ayahnya bernama Guy II de Montmorency-Laval, Ibunya bernama Marie de Craon dan Adik Laki-lakinya bernama René de La Suze. Masa kecil de Rais sangat jauh berbeda dari anak-anak sebayanya, di saat anak-anak seusianya lebih banyak menghabiskan waktunya dengan bermain, de Rais lebih banyak menghabiskan waktunya dengan membaca buku tentang pendidikan moral dan militer. Dari situlah tingkat kejeniusan seorang Gilles de Rais pun mulai terlihat. Meskipun dirinya sudah jenius sejak dini, namun nyatanya kehidupan keluarganya sangatlah tragis. Dia sudah harus ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya untuk selamanya di usianya yang ke-10.
Usai kepergian kedua orang tuanya, de Rais pun diasuh oleh Kakeknya, Jean de Craon. Pada saat diasuh oleh sang Kakek, de Rais seringkali dipaksa untuk menikah dengan putri Bangsawan. Perjodohannya de Rais oleh sang Kakek menurut Ane sangat gila. Perjodohan pertamanya berlangsung pada saat de Rais berusia 12 tahun, dimana pada saat itu, Ia dijodohkan dengan Putri Jeanne Paynel, seorang Putri dari kaum Bangsawan Normandia yang saat itu masih berusia 4 tahun. Anjir, bocil 12 tahun dipaksa nikah sama bocil 4 tahun...🤯🤯🤯
Perjodohan tersebut pun berujung pada kegagalan. Sang Kakek masih belum menyerah, Ia pun kembali menjodohkan de Rais dengan Putri Bangsawan Bretagne bernama Béatrice de Rohan. Putri Béatrice adalah Keponakan Perempuan dari salah satu Adipati (Duke) di kawasan Bretagne. Dan lagi-lagi, perjodohan ini masih belum berhasil. Pada akhirnya, di usia de Rais yang ke-15, Ia berhasil dijodohkan dengan Putri Bangsawan Bretagne lainnya bernama Catherine de Thouars. Pernikahan antara de Rais dan de Thouars dilangsungkan pada 30 November 1420. Dari pernikahan tersebut, de Rais pun dikaruniai putri pertamanya yang diberi nama Marie. Sebetulnya, ada alasan tersendiri bagi sang Kakek yang bersikeras ingin menikahkan cucunya dengan Putri Bangsawan, alasannya agar derajat kehidupannya de Rais bisa naik dengan menikahi Putri Bangsawan. Jika kedua orang tuanya de Rais masih hidup, tentunya derajat kehidupannya akan tetap melejit, karena Ayahnya adalah seorang prajurit di pasukan Perancis. Sayangnya, takdir berkata lain.
Di usianya yang ke-16, de Rais sudah terjun ke medan perang. Berkat ilmu yang Ia peroleh semasa kecilnya, Ia berhasil membawa pasukan Perancis keluar sebagai pemenang. Atas usahanya, pihak Kerajaan pun memberinya hadiah. Awalnya pihak Kerajaan memberi hadiah berupa sebidang tanah, namun de Rais menolaknya dan meminta pihak Kerajaan untuk menggantinya dengan hadiah uang. Untungnya, pihak Kerajaan pun menyanggupinya.

Gilles de Rais saat dikasih hadiah sama Kerajaan Perancis be like
Selang 4 tahun kemudian pada saat usianya 20 tahun, Raja Charles VII (Raja Perancis saat itu) menganugerahkan de Rais gelar Dauphin de Viennois, sebuah gelar kebangsawanan di Perancis kala itu. Bukan tanpa alasan, gelar tersebut diberikan oleh Raja Charles untuk menghargai jasa de Rais dalam pertempuran melawan Kerajaan Inggris di Benteng du Lude (Château du Lude). Pada 1427 tepat di usia de Rais yang ke-22, Ia ditunjuk sebagai pemimpin salah satu pasukan Perancis dalam Perang Ratusan Tahun (Hundred Years War) bersama dengan Joan of Arc. Sayangnya, ini menjadi momen yang membuat de Rais jatuh ke dalam keterpurukan. Hal tersebut terjadi usai dirinya harus kehilangan 2 orang terdekatnya, Joan of Arc (yang meninggal pada Mei 1431) dan sang Kakek, Jean de Craon (meninggal pada November 1432). Lalu, de Rais pun memutuskan untuk berhenti dari dunia militer dan menyerahkan perjuangannya kepada sang Adik, René.
Usai pensiun dari dunia militer, de Rais mulai disibukkan dengan obsesi pribadinya, yakni membangun sebuah Gereja (bernama Chapel of the Holy Innocents) dan membuat sebuah pentas drama yang bertajuk Le Mystère du Siège d'Orléans. Akibat obsesinya ini, Dia sampai mengalami kebangkrutan. Ia rela menjual sebagian besar hartanya hanya demi mewujudkan obsesinya itu. Bahkan setelah semua propertinya terjual pun, Ia tetap acuh terhadap kondisi ekonominya. Dan untuk memenuhi gaya hidupnya yang boros itu, Ia bahkan sampai berani ngutang kemana-mana. Sayang, Ia tak mampu melunasi hutang-hutangnya dan dipaksa untuk keluar dari tempat tinggalnya.
Setelah kehidupannya terpuruk, barulah de Rais terjerumus ke dunia kegelapan. Satu waktu, de Rais menyuruh salah seorang "pendeta" bernama Eustache Blanchet untuk mencarikan "orang pintar" yang pandai dalam menggunakan sihir, Ilmu Kimia (Alkemis) dan mampu memanggil Iblis. Blanchet pun mengaku kalau Ia punya seorang kenalan di Firenze, Italia yang konon katanya cocok dengan kriterianya de Rais. Orang tersebut bernama François Prelati. Setelah de Rais bertemu dengan Prelati, mereka pun saling bertukar ilmu tentang cara memanggil Iblis. Dalam ritualnya, Prelati dan de Rais berusaha untuk memanggil sosok Iblis yang bernama Barron. Namun, setelah 3 kali berusaha untuk memanggil Barron, usaha de Rais tidak berhasil. Rais pun frustasi dan kecewa dengan Prelati, namun Prelati nampaknya "tidak kehilangan akal". Ia meyakinkan de Rais kalau Barron murka dengan alasan dipanggil tapi tak ada "sesaji". Dari sinilah aksi keji de Rais dimulai.
Sesuai arahan si Iblis, de Rais diminta untuk mengumpulkan beberapa anak-anak (menurut beberapa sumber, kebanyakan korbannya adalah anak laki-laki). Setelah itu, anak-anak itu dikumpulkan di satu tempat sebelum akhirnya dikorbankan. Pada saat "ritual" tersebut, de Rais sempat (maaf) mencabuli para korbannya sebelum akhirnya mereka dibunuh dengan cara yang sangat-sangat-sangat sadis (Ane gak akan ngejelasin detailnya karena...man...it's gross...). Masih jadi perdebatan mengenai tempat dimana de Rais melakukan aksinya itu, namun dari beberapa sumber yang Ane baca, ada 3 tempat yang diduga menjadi lokasi utama dari aksi pembantaian anak-anak itu :
1. Champtocé-sur-Loire, dalam persidangannya, de Rais mengaku kalau tempat inilah yang menjadi tempat pertamanya dalam melakukan aksi kejinya. Namun, di zaman modern ini belum ditemukan bukti konkret kalau ada bekas-bekas kejahatan yang dilakukan oleh de Rais

2. Machecoul, de Rais mengaku kalau dirinya melakukan aksi pembantaian terhadap korban-korbannya disini. Menurut catatan sejarah, memang ada bekas-bekas peristiwa pembantaian di tempat ini, namun itu bukanlah peristiwa pembantaian yang dilakukan oleh de Rais, melainkan peristiwa Pembantaian Machecoul Pertama yang berlangsung pada 11 Maret 1793. Peristiwa tersebut merupakan bagian dari serangkaian peristiwa yang terjadi pada masa Perang Vendée, sebuah perang yang terjadi antara pihak Perancis dan Vendée.

Ini tempatnya

Ilustrasi "Pembantaian Machecoul Pertama"
3. Chapel of Holy Innocents, ada juga yang nyebutin kalo semua aksi keji yang dilakukan oleh de Rais sejak korban pertama hingga yang terakhir, berlangsung di Gereja pribadinya de Rais. Hal tersebut didasarkan oleh sebuah peristiwa pembantaian di sebuah Gereja bernama sama (Chapel of Holy Innocents) dan berlangsung pada tahun 1400-an. Sayangnya, kejadian tersebut sama sekali tidak terjadi di Perancis, melainkan di Betlehem. Eksistensi dari Gereja pribadinya de Rais juga masih dipertanyakan sampai sekarang.

Ilustrasi Peristiwa Pembantaian di Gereja
Singkat waktu, ada orang tua dari salah satu korban yang melaporkan kabar kehilangan anaknya. Gak cuma satu, tapi ada beberapa orang tua lainnya yang memberikan laporan serupa kepada pihak berwenang setempat. Puncaknya, salah seorang bangsawan bernama Éonnet de Villeblanche dan istrinya Macée mengadakan sandiwara kepada siapapun yang bisa menemukan anaknya dan menangkap si pelaku. Mendengar hal itu, pihak berwenang pun mulai bergerak dan melakukan investigasi. Beruntung pada 15 September 1440, hasil investigasi pihak berwenang berhasil membuktikan kalau de Rais dinyatakan bersalah atas tindakan pencabulan anak dan pembunuhan massal.
Dari hasil persidangan, de Rais mengaku kalau kedua pengawalnya yang bernama (sebut saja) Poitou & Henriet turut membantunya dalam melakukan aksi kejinya. Kedua pengawal ini pun membenarkan perkataan majikannya, mereka juga menjelaskan bagaimana modus, perlakuan de Rais terhadap korban sampai menghilangkan barang bukti yang sekali lagi, gak bisa Ane jelasin karena terlalu menjijikkan. Fakta mengejutkannya adalah :
1. Dalam salah satu modusnya, de Rais sampai melibatkan 2 keponakannya untuk menggiring korban ke TKP. Bahkan, kedua keponakannya ini masih seumuran dengan korbannya.
2. Usai de Rais ditangkap, ternyata ada juga orang tua korban yang berasal dari luar daerah yang mengaku kalau anaknya menghilang usai pergi meminta makanan ke tempat de Rais.
3. Jumlah korban diprediksi mencapai lebih dari 600 orang anak dengan rentang usia 6-18 tahun. Mayoritas korban berjenis kelamin laki-laki.
Atas kejahatannya, Gilles de Rais bersama kedua pengawalnya dieksekusi mati 26 Oktober 1440 dengan cara digantung sambil dibakar. Meskipun Gilles de Rais mengakui perbuatannya, banyak orang di zaman modern yang meragukan keaslian dari kasus ini. Bahkan pada tahun 1992, sempat diadakan investigasi dan pengadilan ulang secara tertutup untuk membuktikan apakah kasus ini benar adanya atau tidak. Namun, masih belum ditemukan titik temu dari keraguan mereka tentang kisah Gilles de Rais.
Source :
Gilles de Rais
Gilles de Rais was Innocent
YouTube
Bataille, Georges. 1965. The Trial of Gilles de Rais. Paris
Diubah oleh diaz420 03-06-2021 14:12






nirankara dan 26 lainnya memberi reputasi
25
8K
Kutip
100
Balasan


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan