Masa kanak-kanak memang masa-masa yang paling indah. Begitulah kata orang-orang, di masa itu hanya ingat belajar dan bermain, seperti tidak punya beban hidup. Seperti itulah kehidupan anak-anak SD pada umumnya. Menjalin pertemanan yang tulus, tanpa harus bersandiwara, dan omongan dibelakang.
Segala macam permainan tersedia di masa itu. Bisa bermain apa saja tanpa malu-malu. Anak-anak SD mempunyai banyak pilihan dalam bermain. Tetapi, ada pula guru yang memberikan tertentu. Larangan itu menyimpan sebuah rahasia.
Aku akan menceritakan pengalamanku mengenai larangan guru SD. Kalau sampai ketahuan, maka akan menjadi korban sang pengadu.
Aku belajar di sekolah dasar sejak tahun 1995 sampai 2001. Selama itu mulai mengenal mainan-mainan yang terkenal di kalangan anak-anak SD. Mulai dari mainan murah sampai mainan mahal. Itu pun masih dalam ukuran anak SD.
Spoiler for Arcade:
Orang-orang lebih sering menyebutnya sebagai mesin Dingdong. Di masa itu ada gedung yang menjadi tempat khusus untuk bermain arcade. Ada pula rumah di komplek atau gang yang menyediakan mesin arcade untuk hiburan. Hanya dengan koin 100 Rupiah, pemain bisa mencoba salah satu permainan yang disediakan. Permainan yang paling laris adalah kapal terbang dan petualangan sambil bertarung.
Suatu hari di sekolah, ada desas-desus yang mengatakan bahwa ada anak-anak yang dihukum karena ketahuan main arcade. Entah dimana merrka bermain. Tetapi tidak jauh dari sekolah, memang ada tempat seperti itu. Boleh jadi ada anak yang mengadu kepada guru karena dia tidak diajak.
Di hari itu, guru memanggil orang-orang yang dituduh. Mereka semua hanya ditanyai saja, tidak dihukum, hanya dinasehati. Ditanya main apa, main dimana, dan habis berapa. Guru hanya meminta agar tidak mengulangi lagi. Alasannya, karena sama seperti main judi.
Sebenarnya aku juga suka main arcade ketika pergi ke daerah pertokoan bersama orangtua. Berbelanja sekaligus cari hiburan. Aku aman bermain arcade karena bermain di tempat yang jauh dari rumah. Tidak ada yang tahu kalau aku suka bermain arcade.
Spoiler for Mini 4WD:
Masih di masa yang sama. Pernah ada musim mini 4WD lagi. Bahkan banyak orang yang menjual mini 4WD, dari pertokoan, warung, sampai pedagang kaki lima. Sudah berhari-hari guru sekolah kami merasa ada yang aneh. Melihat anak-anak yang tiba-tiba tidak membeli jajanan dan tidak membawa bekal ke sekolah.
Ternyata, ada salah seorang anak yang jadi buah bibir. Anak gendut yang ada di kelasku. Sebenarnya dia pindahan dari kelas lain. Karena mulai bersikap baik, para guru setuju untuk memindahkannya ke kelas kami agar menjadi anak baik. Di kelas sebelumnya terkenal banyak anak nakal.
Anak itu suka main mini 4WD karena ikut-ikutan kakaknya yang katanya sudah SMA. Di jalan dekat sekolah pun ada pedagang yang membuka lapak mainan. Dia menjual mini 4WD dan bisa dicicil. Tentu saja guru tidak senang dengan cara dia berjualan. Ini sama saja dengan mengajari anak-anak jadi gemar berhutang.
Konon katanya, anak-anak yang terlanjur berhutang dilaporkan kepada orangtuanya. Lalu hutang beli mini 4WD segera dilunasi. Harganya 13.000 Rupiah, tetapi uang jajan rata-rata anak SD hanya 1.000 Rupiah sehari.
Keesokan harinya, guru kami ceramah lagi. Katanya mini 4WD adalah mainan anak SMA, bukan mainan anak SD. Seingatku, guru bilang begini "Mainan mobil-mobilan seperti itu untuk kakak-kakak kalian yang sudah SMA"
Spoiler for Sewa PlayStation:
Sewa PlayStation mulai menjamur ketika aku duduk di kelas 4 SD, dan semakin banyak sejak aku kelas 5 SD. PlayStation memang konsol mewah pada masanya. Harga konsolnya sendiri sangat mahal. Aku rela menabung uang jajan sampai tubuhku jadi kurus demi memiliki PlayStation sendiri. Beruntung, ujung-ujungnya dibelikan PlayStation keluaran terbaru. Jadi aku bisa main PlayStation di rumah. Tetapi, papaku bilang "Kalau punya PlayStation, jangan bilang siapa-siapa"
Mencegah orang mendadak baik karena ingin main gratis.
Kembali ke cerita. Ada anak-anak yang ketahuan masuk ke tempat penyewaan PlayStation. Ceritanya sama seperti anak-anak yang dilaporkan main arcade. Dipanggil guru, lalu dinasehati. Uang ribuan Rupiah habis dalam sehari untuk menyewa sebuah konsol mewah. Sampai guru menyindir dengan kata "latihan judi"
Sebenarnya tidak masalah kalau main milik sendiri. Yang jadi masalah adalah ketika harus menyewa. Itu sama saja dengan menghamburkan uang. Apalagi tidak ada pengawasan orang tua. Bisa jadi anak-anak itu memainkan video game khusus dewasa. Maksudnya video game yang banyak memperlihatkan darah dan kekerasan atau yang ada mesumnya.
Spoiler for Rahasia terpendam:
Ketika aku sudah SMA, aku sempat berkumpul dengan teman-teman sekelas di SD. Kami pun membicarakan tentang guru yang melarang untuk bermain arcade. Kami sekolah di SMA yang berbeda-beda, tetapi kami memiliki kenangan yang sama. Larangan dari guru kelas kami.
Sebenarnya, guru kelas kami tidak pernah membenci permainan-permainan yang dilarang olehnya. Guru kami hanya sayang kepada anak didiknya.
Intinya, di masa itu usia kami belum cukup pantas untuk memainkan permainan-permainan seperti itu. Guru pernah bilang bahwa main arcade ssma seperti main judi atau sewa PS disebut latihan judi. Ketika duduk di bangku SMA, usia kami sudah dewasa, kami hanya tertawa karena sudah mengerti apa maksud guru kami menjauhkan anak-anak dari permainan seperti itu.
Tetapi maksud sebenarnya adalah anak SD belum boleh memainkan permainan orang dewasa. Alasannya karena mahal, diluar jangkauan anak-anak sekolah dassr. Itu pun bisa menjadi ajang pamer, sehingga menimbulkan kecemburuan.
Kenangan manis dengan guru kelas masa SD. Ada pelajaran yang diberikan, pelajaran yang tidak ada di buku. Guru yang mengajar dari kelas 4 sampai kelas 5. Guru itu juga pernah menjadi kepala sekolah disana.
Ketika sudah SMA, guru kami sudah tidak pernah melarang untuk bermain arcade atau membeli mini 4WD.