

TS
zatilmutie
Kesenian Khas Sunda Ngagondang: Salah Satu Prosesi Menghormati Dewi Sri
Kesenian Ngagondang


Seni ngagondang adalah ngawih alias menyanyikan lagu tradisional sejenis pupuh sambil menumbuk padi yang biasa ditampilkan pada hari besar nasional seperti 17 Agustus, dll. Atau pada hajatan pernikahan, sunatan dll.


Kegiatan menumbuk padi pertama kalinya setelah dinaikkan ke leuit atau tempat penampungan padi disebut meuseul Nyi Sri Pohaci. Kesenian ini dikenal sejak zaman Prabu Siliwangi.
Namun, berkembang menjadi sebuah kesenian berupa tarian muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Mereka saling berbalas kawih alias lirik lagu yang bermakna romantis dan ceria.
Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan.

Seorang seniman sunda berhasil menginovasi seni ngagondang ini dengan memasukan lagu rakyat atau lagu modern yang bernama Tatang Kosasih.
Ciri kesenian Ngagondang adalah bunyi-bunyian yang dihasilkan dari pertemuan alu dan lesung yang disebut tutunggulan. Bunyinya memang unik dan berima. enak untuk dipakai sebagai irama menari.

Zaman dahulu bunyi alu dan lesung yang disebut Tutunggulan ini adalah pertanda adanya sebuah hajatan.
Tutunggulan biasa pula dijadikan tangara (tanda) untuk masyarakat sekitarnya bahwa ada seseorang yang akan melangsungkan perhelatan.Biasanya ngagondang diikuti 5 orang pemain perempuan.
Di daerah yang masih memegang adat sunda buhun seperti Ciamis. Ngagondang dilakukan dalam upacara mapag Sri atau ngampihken pare ka leuit (menyimpan padi ke lumbung) upacara ini dilakukan selepas pesta panen atau seren taun, ritual minta hujan, dan hajatan sebagai undangan kepada warga.
Bunyi yang dihasilkan dalam tumbukan alu ini akan berbeda setiap orangnya. Sehingga menimbulkan irama yang unik.
Irama ini ada beberapa macam: turun-unggah atau midua, gejog, onjon, titir, kutek, ambruk, tilingting, dan dongdo.
Makna dan pesan moral dari ngagondang ini sebagai suatu tanda syukur akan hasil panen yang melimpah, juga ungkapan bahagia akan berlangsungnya acara kenduri seperti pernikahan atau sunatan.
Semoga kesenian ini tetap bisa dilestarikan ya Gansis, sehingga budaya yang telah turun temurun ini tidak hilang ditelan zaman.
Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di thread berikutnya.
Opini pribadi
Sumber: DISPARBUD PROV. JABAR
Gambar: dokpri
klik
klik

Menjadi salah satu bagian dari suku bangsa di Indonesia ini adalah kebanggaan tersendiri bagi saya. Negara kita dikenal kaya akan budaya dan kearifan lokal. Maka tak salah jika saya ingin membantu melestarikan budaya dengan tulisan, walaupun hanya tulisan sederhana ya Gansis.
Ok, di thread kali ini saya akan mengulas salah satu kesenian Sunda yang hampir punah. Dari sekian seni sunda yang dikenal secara nasional seperti pencak silat, debus, jaipongan dll. Ngagondang adalah salah satu kesenian yang sangat menarik dan sarat akan pesan moral.
Ok, di thread kali ini saya akan mengulas salah satu kesenian Sunda yang hampir punah. Dari sekian seni sunda yang dikenal secara nasional seperti pencak silat, debus, jaipongan dll. Ngagondang adalah salah satu kesenian yang sangat menarik dan sarat akan pesan moral.

Seni ngagondang adalah ngawih alias menyanyikan lagu tradisional sejenis pupuh sambil menumbuk padi yang biasa ditampilkan pada hari besar nasional seperti 17 Agustus, dll. Atau pada hajatan pernikahan, sunatan dll.

Quote:
Quote:

Kegiatan menumbuk padi pertama kalinya setelah dinaikkan ke leuit atau tempat penampungan padi disebut meuseul Nyi Sri Pohaci. Kesenian ini dikenal sejak zaman Prabu Siliwangi.
Namun, berkembang menjadi sebuah kesenian berupa tarian muda-mudi yang sedang jatuh cinta. Mereka saling berbalas kawih alias lirik lagu yang bermakna romantis dan ceria.
Sekelompok pemudi menumbuk padi dengan mempergunakan lesung, kemudian sekelompok pemuda datang. Terjadilah dialog yang akhirnya mereka pulang berpasang-pasangan.

Seorang seniman sunda berhasil menginovasi seni ngagondang ini dengan memasukan lagu rakyat atau lagu modern yang bernama Tatang Kosasih.
Ciri kesenian Ngagondang adalah bunyi-bunyian yang dihasilkan dari pertemuan alu dan lesung yang disebut tutunggulan. Bunyinya memang unik dan berima. enak untuk dipakai sebagai irama menari.

Zaman dahulu bunyi alu dan lesung yang disebut Tutunggulan ini adalah pertanda adanya sebuah hajatan.
Tutunggulan biasa pula dijadikan tangara (tanda) untuk masyarakat sekitarnya bahwa ada seseorang yang akan melangsungkan perhelatan.Biasanya ngagondang diikuti 5 orang pemain perempuan.
Di daerah yang masih memegang adat sunda buhun seperti Ciamis. Ngagondang dilakukan dalam upacara mapag Sri atau ngampihken pare ka leuit (menyimpan padi ke lumbung) upacara ini dilakukan selepas pesta panen atau seren taun, ritual minta hujan, dan hajatan sebagai undangan kepada warga.
Bunyi yang dihasilkan dalam tumbukan alu ini akan berbeda setiap orangnya. Sehingga menimbulkan irama yang unik.
Irama ini ada beberapa macam: turun-unggah atau midua, gejog, onjon, titir, kutek, ambruk, tilingting, dan dongdo.
Makna dan pesan moral dari ngagondang ini sebagai suatu tanda syukur akan hasil panen yang melimpah, juga ungkapan bahagia akan berlangsungnya acara kenduri seperti pernikahan atau sunatan.
Semoga kesenian ini tetap bisa dilestarikan ya Gansis, sehingga budaya yang telah turun temurun ini tidak hilang ditelan zaman.
Semoga bermanfaat. Sampai jumpa di thread berikutnya.
Opini pribadi
Sumber: DISPARBUD PROV. JABAR
Gambar: dokpri
klik
klik






balaprabu dan 16 lainnya memberi reputasi
17
8.3K
52


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan