- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Kisah Gus Dur Kecam Tindakan HAM Israel pada Palestina, Zionis Diminta Tak Berdalih


TS
LordFaries4.0
Kisah Gus Dur Kecam Tindakan HAM Israel pada Palestina, Zionis Diminta Tak Berdalih

Mantan Presiden KH Abdurrahman Wahid ( Gus Dur) pernah mengecam aksi serangan militer Israel ke wilayah Palestina.
Dilansir dari Antara, Gus Dur menyebut kaum konservatif Israel di balik serangan mematikan itu.
"Segala tindakan kekerasan yang dilakukan oleh kaum konservatif Israel ini tidak akan pernah bisa menyelesaikan konflik di sana," kata Gusdur di artikel antara tanggal 29 Desember 2008.
Ia menegaskan, penyelesaian masalah melalui jalan kekerasan justru akan mengarahkan Palestina dan Israel pada kehancuran.
Gus Dur mengeluarkan pernyataan itu terkait serangan udara besar-besaran Israel di Jalur Gaza untuk membalas serangan-serangan roket para pejuang Palestina ke Israel.
Menurut Gus Dur, serangan Israel itu merupakan pelanggaran terhadap hak asasi manusia dan prinsip-prinsip perdamaian yang tengah diusahakan di Timur Tengah, khususnya di Palestina.
Gus Dur menilai serangan Israel itu merupakan reaksi berlebihan.
Negara Zionis itu tak bisa berdalih bahwa serangan mematikan itu sebagai bentuk perlindungan diri.
"Israel tidak bisa pula berdalih bahwa serangan ini hanyalah reaksi terhadap serangan Hamas sebelumnya atau sebagai bentuk perlindungan diri," katanya.
Oleh karena itu, kata Gus Dur, militer Israel harus segera menghentikan serangannya dan mundur dari wilayah Palestina, khususnya Jalur Gaza.
Kepada pihak Hamas, ia menyerukan agar meninggalkan cara-cara kekerasan dalam menyikapi konflik Palestina-Israel.
Hal tersebut sangat penting agar kaum konservatif Israel tidak menjadikannya sebagai dalih untuk melakukan pembalasan.
"Hamas perlu kembali pada perjuangan diplomatik dan perundingan, bukan dengan jalur kekerasan yang akan menjadikan rakyat Palestina sebagai korban," katanya.
Profil Gus Dur, Sang Guru Bangsa, Bapak Tionghoa Indonesia, Tokoh Pluralisme yang Anti Diskriminasi
30 Desember 2009 atau 11 tahun yang lalu, Gus Dur berpulang.
Gus Dur merupakan guru bangsa, tokoh pruralis yang dirindukan banyak kalangan, terutama kaum minoritas di Indonesia.
Kepergiannya menjadi duka mendalam dan kehilangan besar bagi Indonesia.
Gus Dur mengembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, pada Rabu (30/12/2009), pukul 18.45 WIB.
Melansir Harian Kompas, 31 Desember 2009, Gus Dur masuk rumah sakit karena kondisi kesehatannya menurun setelah melakukan perjalanan ziarah ke makam sejumlah ulama di Jawa Timur.
Selama perawatan, kondisinya sempat membaik.
Namun, pada Rabu (30/12/2009) sekitar pukul 11.30 WIB, kesehatannya kembali memburuk terkait komplikasi penyakit yang dideritanya, yaitu ginjal, diabetes, stroke, dan jantung.
Pukul 18.15 WIB, tim dokter menyatakan bahwa kesehatan Gus Dur dalam kondisi kritis. Setengah jam kemudian, Gus Dur meninggal dunia.
Kabar wafatnya presiden keempat RI ini kemudian dengan cepat tersiar secara luas.
Sejumlah tokoh bangsa dan masyarakat pun berbondong-bondong datang ke RSCM untuk memberikan penghormatan.
Ratusan orang berdesakan mengiringi keranda jenazah Sang Guru Bangsa.
Mengenang 10 tahun kepergian Gus Dur, berikut perjalanan yang dilalui semasa hidupnya.
Gus Dur lahir di Jombang, 7 Agustus 1940. Ia merupakan anak dari pasangan KH Wahid Hasyim dan Hj. Solechah wahid Asyim.
Kakeknya, KH Hasyim Asy'ari, merupakan pendiri Nahdlatul Ulama.
Ia menempuh pendidikan sekolah dasar di Jakarta dan Sekolah Menengah Ekonomi Pertama (SMEP) di Yogyakarta pada 1956.
Selanjutnya, Gus Dur menjadi santri di Pesantren Tambakberas Jombang, Jawa Timur.
Gus Dur menikah dengan Sinta Nuriyah pada 11 Juli 1968 dan dikaruniai empat anak, yaitu Alissa Qotrunnada Munawaroh, Zannuba Arifah Chafsoh, Anita Hayatunnufus, dan Inayah Wulandari.
Pada tahun 1970, ia menempuh pendidikan tinggi di Department of Higher Islamic and Arabic Studies, Universitas Al-Azhar, Kairo dan juga pada Fakultas Sastra, Universitas Baghdad, Irak.
Perjalanan karier dan politik
Pada tahun 1959 hingga 1963, Gus Dur menjadi guru Madrasah Mu'allimat, di Jombang, Jawa Timur.
Ia juga pernah menjadi dosen Universitas Hasyim Asy'ari, Jombang, pada tahun 1972 dan menjadi pengasuh Pesantren Tebuireng, Jombang sebagai sekretaris pada 1974.
Kemudian, ia mendirikan Pondok Pesantren Ciganjur, Jakarta, pada tahun 1976.
Gus Dur juga menjadi anggota Syuriah Nahdlatul Ulama dan terpilih menjadi Ketua Tanfidziyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) selama empat periode (1984-1989, 1989-1994, 1994-1999, 2000-2005).
Pada tahun 1998, ia turut membidani terbentuknya Partai Kebangkitan Bangsa yang dideklarasikan di Ciganjur.
Kemudian, bersama Amien Rais, Sultan Hamengku Buwono X, dan Megawati Soekarnoputri, mengadakan dialog nasional di Ciganjur, Jakarta Selatan.
Dialog ini menghasilkan 8 butir kesepakatan, di antaranya adalah mengenai penghapusan Dwifungsi ABRI dan pengusutan harta kekayaan soeharto.
Pada 20 Oktober 1999, Gus Dur terpilih sebagai Presiden RI keempat, menggantikan BJ Habibie. Ia memperoleh 373 suara dari 691 anggota MPR yang menggunakan hak pilihnya.
Gus Dur mengumumkan Kabinet Persatuan Nasional pada 26 Oktober 1999. Dalam susunan kabinet tersebut, Departemen Sosial dan Departemen Penerangan tidak dicantumkan (dibubarkan).
Selain itu, ia juga membentuk Kementerian Negara Urusan HAM dalam kabinetnya.
Kebijakan lain dari Gus Dur di masa pemerintahannya yang singkat adalah menerbitkan Keppres Nomor 6 Tahun 2000 tentang Pencabutan Instruksi Presiden Nomor 14 Tahun 1967 tentang Agama, Kepercayaa, dan Adat Istiadat Cina.
Ia juga mengusulkan pencabutan TAP MPRS No. XXV/1996 tentang pelarangan penyebaran marxisme, komunisme, dan leninisme.
Namun, mandat Gus Dur selaku Presiden RI kemudian dicabut melalui Rapat Paripurna Sidang Istimewa MPR pada 23 Juli 2001.
Saat itu, ia memberlakukan sejumlah dekrit, antara lain membekukan MPR/DPR, mengembalikan kedaulatan ke tangan rakyat, dan membentuk badan-badan yang diperlukan untuk mengadakan pemilu satu tahun.
Selain itu, Gus Dur juga menyelamatkan gerakan reformasi total dan membekukan Partai Golkar sembari menunggu putusan MA.
Setelah tidak lagi menjadi Presiden, Gus Dur masih aktif di PKB dan tetap menjadi Ketua Umum Dewan Syuro PKB.
Tokoh Pluralisme dan Anti Diskriminasi
Gus Dur adalah tokoh Muslim yang menjunjung tinggi persatuan nasional dan kebhinekaan di tanah air.
Ia sosok yang sangat anti diskriminasi dan lantang membela minoritas.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, di era kepemimpinanya, Gus Dur menunjukkan bahwa ia tak hanya bicara.
Salah satunya adalah mengembalikan hak-hak umat beragama Konghucu yang terpasung selama orde baru, atau mencabut peraturan yang melarang kegiatan adat warga Tionghoa secara terbuka.
Mantan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono , sebagaimana yang diberitakan kompas.com pada tanggal 31 Desember 2009, menyebut Gus Dur sebagai "Bapak Pluralisme Indonesia".
"Sebagai pejuang reformasi almarhum selalu ingat akan gagasan universal, bahwa kita menghargai kemajemukan melalui ucapan, sikap, dan perbuatan. Gus Dur menyadarkan sekaligus melembagakan penghormatan kita pada kemajemukan ide dan identitas, kemajemukan pada kepercayaan agama, etnik, dan kedaerahan. Beliau adalah bapak multikulturalisme dan plurasme di Indonesia," kata SBY
Lebih lanjut SBY yang kala itu masih menjabat sebagai Kepala Negara, mengatakan sejarah Indonesia mencatat, Gus Dur adalah tokoh yang memiliki jasa besar terhadap perkembangan dan kemajuan bangsa Indonesia dalam segi keagamaan, demokrasi dan anti diskriminasi.
https://manado.tribunnews.com/2021/0...dalih?page=all







NecroTorture dan 2 lainnya memberi reputasi
3
815
5


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan