- Beranda
- Komunitas
- News
- Tribunnews.com
4 Bulan Orangtua Simpan Mayat Anak di Kamar, Rutin Dibersihkan dan Disemprot Pewangi


TS
tribunnews.com
4 Bulan Orangtua Simpan Mayat Anak di Kamar, Rutin Dibersihkan dan Disemprot Pewangi
TRIBUNWOW.COM - Total empat tersangka telah ditetapkan atas tewasnya Aisyah (7) bocah yang ditenggelamkan oleh orangtuanya sendiri di Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, hingga akhirnya ketahuan pada Minggu (16/5/2021).
Empat tersangka tersebut adalah dua orangtua korban yakni M (43) dan S (39), sedangkan dua lainnya adalah Haryono dan Budiyono yang merupakan dukun pencetus ide menenggelamkan korban yang diklaim kerasukan genderuwo atau mahkluk halus.
Setelah dibunuh, mayat korban masih disimpan di kamar oleh orangtuanya selama empat bulan hingga membusuk.
Diduga dibunuh orangtuanya, jasad A (7) ditemukan di kamar di rumah orangtuanya yang terletak di Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (16/5/2021). (YouTube Tribunnews.com)
Baca juga: Beri Saran Sesat untuk Tenggelamkan Anak Nakal, Dukun di Temanggung Disebut Kebelet Tenar oleh Warga
Dikutip TribunWow.com dari TribunJateng.com, hal tersebut disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Setyo Hermawan, Rabu (19/5/2021).
AKP Setyo menjelaskan, orangtua korban masih yakin Aisyah suatu saat akan hidup kembali seperti yang dijanjikan oleh dukun Haryono dan Budiyono.
"Atas pengaruh dukun ini, ayah ibu korban yakin anaknya akan hidup dan hilang sifat nakalnya," ujar AKP Setyo kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Akhirnya kedua orangtua korban menyimpan jasad Aisyah di dalam kamar.
Pada saat berada di kamar, jasad Aisyah selalu rutin dibersihkan menggunakan tisu dan cotton bud.
Orangtua korban juga selalu mengunakan pengharum ruangan guna menyamarkan bau mayat korban yang membusuk.
Selama empat bulan disimpan di kamar, orangtua korban juga menggunakan banyak kapur barus agar tidak ada bau busuk yang dapat membuat tetangga curiga.
Lokasi kamar tempat mayat disimpan juga selalu dalam kondisi tertutup rapat dan letak rumah korban dengan tetangga cukup jauh.
Hingga pada akhirnya saat ditemukan, jasad korban hanya tersisa kulit dan tulang saja.
Kini, orangtua korban, M dan S, disangkakan pasal tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia dan atau kekerasan dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 Undang-undang (UU) nomor 35/2014 tentang Perlindungan anak, subsidair Pasal 44 ayat 3 UU nomor 23/2004 tentang penghapusan KDRT, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.
Adapun untuk tersangka H, pasal tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 UU nomor 35/2014 tentang perubahan atas UU nomor 23/2002 tentang perlindungan anak, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.
Sedangkan untuk tersangka H, kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 KUHPidana jo Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 UU nomor 35/2014 tentang perlindungan anak, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.
Kondisi jasad A (7) yang ditemukan di kamar di rumah orangtuanya yang terletak di Desa Congkrang, Kecamatan Bejen, Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah, Minggu (16/5/2021). (YouTube Tribunnews.com)
Baca juga: 4 Fakta Orangtua Tenggelamkan dan Simpan Mayat Anaknya selama 4 Bulan, Terpengaruh Bujuk Rayu Dukun
Kronologi Jasad Ditemukan
Sebelum tewas ditenggelamkan, A sempat dipaksa makan bunga mahoni dan sejumlah cabai.
Orangtua A, M dan S kala itu memberikan A makan mahoni dan cabai atas saran dukun Haryono dan Budiyono.
A dipercaya merupakan anak genderuwo karena tak beraksi setelah dipaksa makan bunga mahoni yang pahit dan cabai.
"Untuk mengetes kalau anak itu adalah anak genderuwo, pernah korban itu disuruh makan bunga mahoni," kata Sugeng, dikutip dari TribunJogja.com, Rabu (19/5/2021).
"Itu kan pahit sekali, sama cabai. Kalau korban tidak merasa pahit, berarti dia benar anak genderuwo. Dan benar saja, waktu itu korban tidak merasakan pahit."

Baca juga: Warga Tak Menyangka Ada Orangtua Simpan Mayat Bocah Perempuan di Kamar: Pintu Itu Selalu Tertutup
Kejadian itu membuat kedua orangtua korban yakin anaknya merupakan titisan genderuwo.
Sejak saat itulah, M dan S menengelamkan A di bak mandi sebagai cara untuk meruwat bocah 7 tahun tersebut.
"Menurut pengakuan, A dimasukan ke bak mandi empat kali. Pertama enggak apa-apa, kedua dan ketiga juga enggak apa," ujar Sugeng.
"Pas yang keempat mungkin karena terlalu lama korban ini akhirnya pingsan."
Sugeng menceritakan, kondisi A terungkap setelah paman korban bertanya pada orangtua korban.
Sang paman mengaku khawatir karena sudah lama tak melihat A.
Setiap kali paman korban bertanya pada M, ia selalu menjawab dengan jawaban berbelit.
"Setiap ditanya anakmu itu dimana kok gak pernah kelihatan? Pak Marsudi selalu jawab ada di rumah embahnya (kakeknya)," ujar Sugeng.
Rasa kehilangan juga dirasakan kakek korban.
Pasalnya, setiap orangtua korban datang ke rumahnya, A tak pernah diajak.
"Setiap kali datang ke rumah mbahnya yang di Congkrang, mbah e selalu tanya A mana? Jawabnya A baru main mbah, A masih ngaji mbah," katanya.
Karena sudah tak kuat menahan rindu, paman A lantas mendatangi rumah kakek korban.
Ia mulanya ingin melepas rindu pada sang keponakan.
"Di sana pamannya ini nanya 'Mbah, A mana saya pengen lihat ais, kok suwe gak dolan neng Bajen (kok lama enggak main ke Bajen, red)', mbahnya kaget, 'Loh A tidak di sini. Sudah lama gak ke sini'."
Singkat cerita, paman dan kakek korban lantas mendatangi rumah M dan S.
Saat itu, M menyebut A tengah berada di rumah H.
Karena itu, kakek korban lantas meminta M menelepon H dan membawa A pulang ke rumah.
Namun, sesampainya H di rumah korban, ia justru menjelaskan kondisi A yang sudah terbujur kaku di atas kasur selama empat bulan.
"Setelah ada negosiasi akhirnya kakek A ini disuruh lihat A di kamarnya. Begitu membuka pintu, kakeknya ini kaget dan enggak percaya."
"Dia syok karena gak percaya jika yang di kamar itu adalah cucunya," tukas Sugeng. (TribunWow.com/Anung/Tami)
Artikel ini telah diolah dari TribunJogja.com dengan judul Cerita Kades Dobrak Kamar Tempat Menyimpan Bocah Korban Dukun di Temanggung, Tersangka atas Kematian Bocah di Temanggung Disebut Sudah 5 Tahun Buka Praktik Perdukunan dan Sebelum Ditenggelamkan, Bocah 7 Tahun di Temanggung Disuruh Makan Bunga Mahoni dan Cabai Oleh Dukun, dan TribunJateng.com dengan judul Fakta-fakta Aisyah Bocah Temanggung Yang Tewas Dirukiyah Dukun Terungkap di Hari Lebaran Kedua
Baca artikel lain terkait
Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
Baca juga:
Pria Nyamar Pakai Mukena Lalu Hajar Pengurus Masjid, Pelaku Diduga Mau Curi Kotak Amal
Cerita Guru PNS Seketika Lemas Dipensiunkan Mendadak, bahkan Diminta Kembalikan Gaji Rp 36 Juta
Nasib 5 Warga Indonesia yang Hina Palestina, Dipenjara hingga Diviralkan Melly Goeslaw
Dianggap Anak Genderuwo karena Nakal, Ternyata Begini Sosok Bocah 7 Tahun yang Tewas Diruwat Dukun
Empat tersangka tersebut adalah dua orangtua korban yakni M (43) dan S (39), sedangkan dua lainnya adalah Haryono dan Budiyono yang merupakan dukun pencetus ide menenggelamkan korban yang diklaim kerasukan genderuwo atau mahkluk halus.
Setelah dibunuh, mayat korban masih disimpan di kamar oleh orangtuanya selama empat bulan hingga membusuk.

Baca juga: Beri Saran Sesat untuk Tenggelamkan Anak Nakal, Dukun di Temanggung Disebut Kebelet Tenar oleh Warga
Dikutip TribunWow.com dari TribunJateng.com, hal tersebut disampaikan oleh Kasat Reskrim Polres Temanggung AKP Setyo Hermawan, Rabu (19/5/2021).
AKP Setyo menjelaskan, orangtua korban masih yakin Aisyah suatu saat akan hidup kembali seperti yang dijanjikan oleh dukun Haryono dan Budiyono.
"Atas pengaruh dukun ini, ayah ibu korban yakin anaknya akan hidup dan hilang sifat nakalnya," ujar AKP Setyo kepada wartawan, Rabu (19/5/2021).
Akhirnya kedua orangtua korban menyimpan jasad Aisyah di dalam kamar.
Pada saat berada di kamar, jasad Aisyah selalu rutin dibersihkan menggunakan tisu dan cotton bud.
Orangtua korban juga selalu mengunakan pengharum ruangan guna menyamarkan bau mayat korban yang membusuk.
Selama empat bulan disimpan di kamar, orangtua korban juga menggunakan banyak kapur barus agar tidak ada bau busuk yang dapat membuat tetangga curiga.
Lokasi kamar tempat mayat disimpan juga selalu dalam kondisi tertutup rapat dan letak rumah korban dengan tetangga cukup jauh.
Hingga pada akhirnya saat ditemukan, jasad korban hanya tersisa kulit dan tulang saja.
Kini, orangtua korban, M dan S, disangkakan pasal tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia dan atau kekerasan dalam lingkup rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 Undang-undang (UU) nomor 35/2014 tentang Perlindungan anak, subsidair Pasal 44 ayat 3 UU nomor 23/2004 tentang penghapusan KDRT, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.
Adapun untuk tersangka H, pasal tentang kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 UU nomor 35/2014 tentang perubahan atas UU nomor 23/2002 tentang perlindungan anak, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.
Sedangkan untuk tersangka H, kekerasan terhadap anak yang mengakibatkan meninggal dunia sebagaimana dimaksud dalam pasal 55 KUHPidana jo Primair Pasal 76 C Jo Pasal 80 ayat 3 UU nomor 35/2014 tentang perlindungan anak, subsider pasal 351 ayat 3 KUHPidana.

Baca juga: 4 Fakta Orangtua Tenggelamkan dan Simpan Mayat Anaknya selama 4 Bulan, Terpengaruh Bujuk Rayu Dukun
Kronologi Jasad Ditemukan
Sebelum tewas ditenggelamkan, A sempat dipaksa makan bunga mahoni dan sejumlah cabai.
Orangtua A, M dan S kala itu memberikan A makan mahoni dan cabai atas saran dukun Haryono dan Budiyono.
A dipercaya merupakan anak genderuwo karena tak beraksi setelah dipaksa makan bunga mahoni yang pahit dan cabai.
"Untuk mengetes kalau anak itu adalah anak genderuwo, pernah korban itu disuruh makan bunga mahoni," kata Sugeng, dikutip dari TribunJogja.com, Rabu (19/5/2021).
"Itu kan pahit sekali, sama cabai. Kalau korban tidak merasa pahit, berarti dia benar anak genderuwo. Dan benar saja, waktu itu korban tidak merasakan pahit."

Baca juga: Warga Tak Menyangka Ada Orangtua Simpan Mayat Bocah Perempuan di Kamar: Pintu Itu Selalu Tertutup
Kejadian itu membuat kedua orangtua korban yakin anaknya merupakan titisan genderuwo.
Sejak saat itulah, M dan S menengelamkan A di bak mandi sebagai cara untuk meruwat bocah 7 tahun tersebut.
"Menurut pengakuan, A dimasukan ke bak mandi empat kali. Pertama enggak apa-apa, kedua dan ketiga juga enggak apa," ujar Sugeng.
"Pas yang keempat mungkin karena terlalu lama korban ini akhirnya pingsan."
Sugeng menceritakan, kondisi A terungkap setelah paman korban bertanya pada orangtua korban.
Sang paman mengaku khawatir karena sudah lama tak melihat A.
Setiap kali paman korban bertanya pada M, ia selalu menjawab dengan jawaban berbelit.
"Setiap ditanya anakmu itu dimana kok gak pernah kelihatan? Pak Marsudi selalu jawab ada di rumah embahnya (kakeknya)," ujar Sugeng.
Rasa kehilangan juga dirasakan kakek korban.
Pasalnya, setiap orangtua korban datang ke rumahnya, A tak pernah diajak.
"Setiap kali datang ke rumah mbahnya yang di Congkrang, mbah e selalu tanya A mana? Jawabnya A baru main mbah, A masih ngaji mbah," katanya.
Karena sudah tak kuat menahan rindu, paman A lantas mendatangi rumah kakek korban.
Ia mulanya ingin melepas rindu pada sang keponakan.
"Di sana pamannya ini nanya 'Mbah, A mana saya pengen lihat ais, kok suwe gak dolan neng Bajen (kok lama enggak main ke Bajen, red)', mbahnya kaget, 'Loh A tidak di sini. Sudah lama gak ke sini'."
Singkat cerita, paman dan kakek korban lantas mendatangi rumah M dan S.
Saat itu, M menyebut A tengah berada di rumah H.
Karena itu, kakek korban lantas meminta M menelepon H dan membawa A pulang ke rumah.
Namun, sesampainya H di rumah korban, ia justru menjelaskan kondisi A yang sudah terbujur kaku di atas kasur selama empat bulan.
"Setelah ada negosiasi akhirnya kakek A ini disuruh lihat A di kamarnya. Begitu membuka pintu, kakeknya ini kaget dan enggak percaya."
"Dia syok karena gak percaya jika yang di kamar itu adalah cucunya," tukas Sugeng. (TribunWow.com/Anung/Tami)
Artikel ini telah diolah dari TribunJogja.com dengan judul Cerita Kades Dobrak Kamar Tempat Menyimpan Bocah Korban Dukun di Temanggung, Tersangka atas Kematian Bocah di Temanggung Disebut Sudah 5 Tahun Buka Praktik Perdukunan dan Sebelum Ditenggelamkan, Bocah 7 Tahun di Temanggung Disuruh Makan Bunga Mahoni dan Cabai Oleh Dukun, dan TribunJateng.com dengan judul Fakta-fakta Aisyah Bocah Temanggung Yang Tewas Dirukiyah Dukun Terungkap di Hari Lebaran Kedua
Baca artikel lain terkait
Penulis: anung aulia malik
Editor: Claudia Noventa
Baca juga:
Pria Nyamar Pakai Mukena Lalu Hajar Pengurus Masjid, Pelaku Diduga Mau Curi Kotak Amal
Cerita Guru PNS Seketika Lemas Dipensiunkan Mendadak, bahkan Diminta Kembalikan Gaji Rp 36 Juta
Nasib 5 Warga Indonesia yang Hina Palestina, Dipenjara hingga Diviralkan Melly Goeslaw
Dianggap Anak Genderuwo karena Nakal, Ternyata Begini Sosok Bocah 7 Tahun yang Tewas Diruwat Dukun
0
380
0


Komentar yang asik ya


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan