- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Kenangan di Sudirman Street Palembang, Wong Kito Galo Kumpul Sini


TS
Kokonata
Kenangan di Sudirman Street Palembang, Wong Kito Galo Kumpul Sini

Pandemi covid19 belum juga mereda. Akibatnya saya dan keluarga kembali #EnggaMudikDulu ke Palembang, kampung halaman tercinta. Padahal terakhir menginjakkan kaki ke kota sungai Musi itu sekitar 3 tahun lalu yaitu Desember 2018.
Untuk melepas rindu terhadap Palembang. Saya coba menuangkannya dalam event#KaskuserBerbagiTHR ini. Ada satu tempat biasa tetapi selalu menjadi Tempat Hati (me)Rindu. Seruas jalan yang sekarang populer dengan sebutan Sudirman Street.

Tumpeng pempek (Foto koleksi pribadi)
Kenangan di Jalan Sudirman
Pada tahun 2017, pemerintah Palembang membangun pedestrian untuk pejalan kaki. Pembangunan mulai dari depan Pasar Cinde sampai ke pertokoan Masjid Agung. Pedestrian itu berupa trotoar keramik, bangku taman dan tanaman, area jalan khusus tunanetra serta lampu hias.
Rumah nenek saya di dekat pasar Cinde, tepatnya di belakang toko Holland Bakery. Sejak SD saya sering menginap di rumah nenek. Tidak ada area bermain khusus di sekitar rumah nenek. Maka saya dan sepupu sering bermain di sekitar pertokoan jalan Sudirman.

Jalan Sudirman di Siang Hari (Foto Instagram charming.palembang)
Saat SMA saya juga mengikuti bimbingan belajar di jakan Sudirman meskipun rumah di kawasan Pusri. Sebelum atau lepas mengikuti bimbel saya sering menjelajahi kawasan Sudirman bersama teman-teman SMA yang mengikuti bimbel yang sama. Terkadang malah lebih fokus jalan sama teman daripada mengikuti bimbel yang durasinya tidak sampai 2 jam itu
Masa-masa kuliah di Unsri, jalan Sudirman juga meninggalkan kenangan. Saya sering menunggu bus mahasiswa di halte dekat Rumah Makan Pagi Sore. Kenapa cuma menunggu bus bisa jadi kenangan? Karena pada pagi hari sekitar jam 7, jumlah bus yang beroperasi lebih sedikit daripada jumlah mahasiswa yang hendak menuju Kampus Unsri Indralaya. Akibatnya mahasiswa rebutan menaiki bus mahasiswa itu.
Maka dari itulah ketika pulang ke Palembang, jalan Sudirman cenderung menghadirkan banyak kenangan bagi saya. Meski saat ini wajah Sudirman sudah banyak berubah, namun beberapa bangunan masih sama seperti dulu.
Untuk menikmati kenangan saya biasanya jalan kaki dari rumah nenek di Cinde sampai ke Masjid Agung. Cukup jauh, tapi karena jalannya santai dan larut dalam kenangan, jadinya tidak terasa. Murah meriah dan hitung-hitung olahraga, kan?


Jalan Sudirman kini (Foto southsumatratourism.com )
Wisata Malam
Jalan Sudirman kini lebih semarak di malam hari. Satu alasannya karena suasana yang lebih adem, tidak panas seperti siang. Malam minggu menjadi puncak keramaian karena pemerintah kota memberlakukan car free night mulai dari pukul 19.00 WIB sampai dengan 24.00 WIB di sepanjang jalan Sudirman.
Pedagang kecil mendapat ruang untuk berdagang pada car free night, terlebih pedagang pempek dan kopi. Dua menu ini jadi sejoli di Palembang. Berbagai komunitas pun bisa unjuk gigi menampilkan atraksi atau sekadar berkumpul.
Saya pernah sengaja diajak teman menyusuri pedestrian di sekitar Masjid Agung. Memang suasananya jadi sangat berbeda dengan tahun 2000-an. Trotoar rapi, lampu-lampu cantik bikin betah. Tidak suram atau bikin khawatir kena tujah di jalan Sudirman.

Bersama di depan Monpera (Foto koleksi pribadi)
Kami sempat berfoto di Monpera, kemudian menghabiskan lebih banyak waktu di Plaza Benteng Kuto Besak dekat Tugu Belido. Suasananya sangat ramai dengan pengunjung dan orang-orang yang berjualan. Cemilan khas Palembang seperti pempek panggang dan kemplang ada di sini.

Plaza Benteng Kuto Besak (Foto koleksi pribadi)
Kenangan Baru
Saat pulang ke Palembang, saya sering mengajak keluarga jalan-jalan ke sekitar Sudirman. Tujuan akhir cenderung Plaza Benteng Kuto Besak. Saya ingin mereka juga punya kenangan, bukan hanya saya sendiri yang larut dalam kenangan masa lalu.

Di Tepi Sungai Musi (Foto koleksi pribadi)
Wajah kota Palembang memang tidak sama lagi dengan 20 tahun lalu kala saya masih menetap di sana. Terlihat lebih baik memang, namun sekarang saya lebih mudah bertemu macet! Cacam cacam....
Kita mendukung berbagai pembangunan kota Palembang. Namun jangan sampai wajah aslinya menghilang serta menimbulkan kemacetan. Semoga makin banyak juga orang yang menggunakan transportasi umum dan jalan kaki daripada menggunakan kendaraan pribadi. Supaya wisata di Sudirman teraso iwaknyo.



Mamper...
Membedakan Pempek Asli dan Palsu

Bukan Muntahan, Ini Bubur dari Palembang

Minuman Ekstrim dari Bayi Binatang

Membedakan Pempek Asli dan Palsu

Bukan Muntahan, Ini Bubur dari Palembang

Minuman Ekstrim dari Bayi Binatang

0
462
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan