#EnggakmMudikDulu tahun kedua pasca Corona melanda Indonesia dan seluruh dunia. Saya masih tetap disini sebagaimana tahun lalu, tanpa mudik lebaran ke kampung halaman dan pada akhirnya berlebaran bersama tetangga saja. Namun, lebaran tanpa pulang ke kampung halaman terasa berbeda. Ada suasana khas yang sangat spesial bagi saya.

Bagi para #KaskuserBerbagiTHR di kampung halaman adalah momen khas saat lebaran. Tapi bukan tentang itu yang membuat saya merindu. Ini juga bukan tentang ketupat, opor ayam, apalagi rendang makanan khas lebaran. Saya biasa pulang ke kampung halaman seminggu sebelum lebaran dan itu pun berasa kurang lama.

Kampung halaman saya berlokasi di perbatasan antara kota dan kabupaten, tepatnya berada di kaki gunung. Namun demikian, untuk memenuhi kebutuhan harian tidaklah susah, sebab ada warung sayur dan alfamart yang jumlahnya bisa dihitung jari, 2 saja. Dua saja sudah cukup senang sebab dahulu warga harus turun ke bawah, ke pusat keramaian untuk pemenuhan kebutuhan hidup.

Kini, setelah beberapa tahun, kampung halaman saya, lumayan mengalami perbaikan infrastruktur, seperti jalan di depan rumah orangtua saya ini sudah diperbaiki sehingga mulus.  Disini memang masih banyak pohon-pohon besar dan karenanya anginnya besar. Suasana disini pun lumayan ramai oleh tingkah anak-anak.


Setiap sore, jalanan depan rumah orangtua saya ramai oleh anak-anak yang berkeliaran. Mereka berlari-lari, berteriak, bersuara, berisik, ceria tapi itu tidak pernah saya keluhkan ataupun mengganggu tidur saya. Justru itu yang saya rindukan, suara ceria anak-anak ini.  Apalagi momen ramadhan seperti ini, selepas adzan isa dan sahur pun tak lepas dari suara anak-anak yang berlarian menuju ke mushola terdekat untuk shalat disana.


Di tempat domisili saya sekarang, jauh dari suasana anak-anak. Ah, barangkali hampir tak ada suara dan keceriaan anak-anak. Sebab, domisili saya sekarang berada di komplek pensiunan yang hampir tak ada anak-anak. Warga disini juga rata-rata seusia dengan orangtua saya.



Angin besar yang tiap sore menyapa semilir-semilir, suara keceriaan dan tingkah polah anak-anak serta matahari sore keemasan yang indah dan hangat merupakan 3 hal yang paling saya rindukan dari kampung halaman. Sebab disini, di tempat domisili saya sekarang yang jauh dari orangtua tidak ditemukan suasana yang sama. Tidak ada anak-anak yang berkeliaran, anginnya panas, dan mataharinya tidak sehangat matahari di kampung halaman saya.

Selain itu, ada satu tempat favorit keluarga yang sering kami kunjungi sekeluarga dan sudah beberapa kali mengunjungi tempat itu bersama orangtua, adik, kakak dan para keponakan. Namanya pondok wisata Aki Enin di Cicalengka, Bandung. Terkahir saya kesana bersama keluarga tahun 2016 dengan membayar Rp.5000 untuk karcis masuk.

Tempatnya dikelilingi pegunungan, jadi bisa dibayangkan dong berada ditengah-tengah pegunungan. Nuansa yang ditawarkan tentu nuasa alam, dengan menghadirkan kolam ikan terapi, sungai, sawah, bukit dan pepohonan.


Ouh iya, tempat wisata ini juga sangat cocok buat anak-anak sebab terdapat area bermain seperti perosotan, ayun-ayunan, dan arena bermain lainnya. Hmmm...barangkali lebih mirip arena bermain tk ya. Juga, ada kolam renang ukuran kecil. Yah, namanya juga ,olam renangnya kecil, pastinya dirancang buat anak kecil.

Eh, juga ada villa loh. Jadi bisa banget tuh dipakai acara keluarga nginep di villa yang dikeliling sawah, sungai. Terbayang pas bangun tidur pasti dingin banget ya. Tempat wisata ini enak buat dikunjungi bersama keluarga besar dengan bekal makanan dari rumah. Dan jadinya akan seperti ini nih👇👇


Yups, ini dia gazebo tempat berteduh, makan, ngobrol-ngobrol santai bersama keluarga tercinta.


Untuk tempat shalat juga ada dan lumayan besar. Namun, terakhir saya kesana lagi ada masalah air sehingga kami tak bisa berwudhu ataupun sekedar cuci tangan. Tapi kini, saya kurang tahu ya, apakah permasalahan tersebut sudah selesai apa belum. Rasanya ingin sekali kesana lagi. Ah entah kapan pandemi ini berakhir? Apakah tahun depan saya masih ada umur pulang kampung?? Apakah tahun depan, jika pun saya pulang kampung, masih ada orangtua saya? Agan sista berpikir hal yang sama? 

Gambar dokumentasi pribadi