Sebelum ke Inti Cerita, sebelumnya Ane akan membahas dulu bagaimana bisa judul diatas lahir...
Yaps, judul diatas lahir setelah keluarnya buku yg di tulis oleh Tim Weinar, Wartawan The New York Times,peraih Hadiah Pulitzer “Membongkar Kegagalan CIA - Spionase Amatiran Sebuah Negara Adidaya” (Judul Asli : Legacy of Ashes The History of CIA) tahun 2008.
Di dalam buku tersebut banyak sekali bukti-bukti skenario dan kelemahan-kelemahan CIA dalam menjalankan misi intelegennya. Salah satu yang di singgung dalam buku tersebut adalah pernyataan Clyde McAvoy yang mengaku telah merekrut Adam Malik, Ulasan tersebut dimulai dari halaman 329.
Sebenarnya, Buku ini bukan bermaksud untuk memghakimi Adam Malik, namun Buku ini lebih memojokkan CIA sebagai dalang penghancur negara-negara yang bersebarangan dengan kepentingan Amerika Serikat. Dan memaparkan kegagalan-kegagalan yang dialami oleh CIA, agen rahasia yang paling bergengsi di dunia. Karena sesuai dengan Pengakuan John Perkins dalam buku Confession of EHM dan John Pilger dalam film dokumenternya tentang Indonesia yang berjudul “The New Rulers of the World” mempertegas bahwa Amerika Serikat sangat berkepentingan menghancurkan pemerintahan Soekarno yang anti Imperaliasme Modern melalui korporasi dan kebijakan ekonomi dan politik kapitalis.
Oke Gan, itu sedikit pengantar dari saya agar isi Tulisan dan Judul, saling berkolerasi.
Spoiler for Adam Malik Mata-Mata CIA:
Rupanya Soeharto tidak sendirian didalam memenuhi ambisinya menjadi penguasa militer dan Orde Baru ada 3 serangkai yang memang didisain oleh CIA untuk menggulingkan Bung Karno salah satunya seorang yang menyusup pada Partai Golongan KIRI atau Partai Murba , yaitu Adam Malik yang kemudian keluar dari Partai Murba dimana semua Pimpinan dan pengurus Partai Murba dijebloskan ke Penjara atau dikucilkan termasuk Chaerul Saleh Ketua MPR yang seorang anti komunis juga tapi pro Sukarno yang ditahan dan meninggal dalam penjara.
Tiga serangkai satu lagi adalah Sultan Hamengkubuwono IX karena dianggap sebagai tokoh masyarakat jawa , seperti Kita ketahui Pasukan Cakrabirawa Pimpinan Letnan Kolonel Untung dan kostrad banyak berasal dari Kodam Diponegoro yang menjadi pelaku dan penumpas G30 S PKI dimana wilayah tersebut adalah wilayah yang dikuasai oleh Sultan Hamengkubuwono IX selaku tokoh masyarakat jawa oleh karenanya tidaklah mengherankan jumlah pembantaian terbesar pada simpatisan PKI ada di JawanTengah terutama wilayah Jogja - Solo - Semarang , pada akhirnya kedua tokoh ini mencapai jabatan tertinggi di Indonesia walaupun dibawah Suharto , Sultan Hamengkubuwono menjadi Wakil Presiden pertama RI pada Masa Orde Baru dan Adam Malik menjadi Wakil Presiden berikutnya.
Dari 800 lebih halaman di buku Membongkar Kejahatan CIA karya Tim Weiner, wartawan The New York Times yang pernah meraih Pulitzer, cerita soal Indonesia hanya makan 5 halaman saja, dimulai pada halaman 329. Meski sekelumit, namun pengakuan perwira CIA bahwa Adam Malik adalah agen CIA menggegerkan Tanah Air.
"Saya merekrut dan mengontrol Adam Malik," ujar Clyde McAvoy, perwira CIA itu, dalam sebuah wawancara pada tahun 2005. McAvoy bertemu dengan Adam Malik di sebuah tempat rahasia dan aman di Jakarta pada 1964.
"Dia adalah pejabat Indonesia tertinggi yang pernah kami rekrut," tambah McAvoy.
Adam Malik dirinci lebih dalam lagi setelah itu. Disebutkan, dalam beberapa minggu yang menegangkan pada bulan Oktober 1965, Negara Indonesia terpecah dua.
Tim Weiner menulis, "CIA berusaha mengkonsolidasi sebuah pemerintah bayangan, sebuah kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, Sultan yang memerintah di Jawa Tengah, dan perwira tinggi angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Suharto.
"Malik memanfaatkan hubungan dengan CIA untuk mengadakan serangkaian pertemuan rahasia dengan Duta Besar Amerika yang baru di Indonesia, Marshall Green. Sang Duta Besar mengatakan bahwa dia bertemu dengan Adam Malik "di sebuah lokasi rahasia" dan mendapatkan "gambaran yang sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Suharto dan apa yang dipikirkan Malik serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan" buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap-Gestapu.
Dengan semakin dipengaruhi Soekarno oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) dalam kebijakannya, Malik mendirikan Lembaga Pemeliharaan Sukarnoisme (BPS). Organisasi ini bertujuan untuk menerjemahkan ide-ide Sukarnois dalam pengertian non-Komunis dan menggunakan nama Sukarno untuk mengkritik PKI. Sukarno tidak mengabaikan hal ini dan melarang BPS pada tahun 1965. Bersama dengan Jenderal Abdul Haris Nasution dan Ruslan Abdulgani, Malik dibenci oleh PKI karena sikap anti-Komunisnya.
Pada tahun 1965, sesuai arsip dari CIA, Malik menerima 50 juta rupiah untuk mengeksekusi eks PKI, mengutip "Duta Besar Green tanggal 2 Desember 1965 pengesahan pembayaran rahasia senilai 50 juta rupiah kepada" kelompok aksi yang diilhami oleh tentara tetapi staf sipil [Kap -Gestapu] ... masih membawa beban upaya represif saat ini yang ditujukan terhadap PKI "Dokumen segera menyusul, mungkin tanggapan CIA terhadap proposal ini sejak 3 Desember 1965 (ditulis oleh William Colby dari divisi Timur Jauh CIA kepada Departemen Luar Negeri William Bundy), ditahan seluruhnya dari volume. (Hal. 379–380) ".
Pada tahun 1966 adalah tahun di mana Sukarno kehilangan kekuasaan eksekutifnya saat ia menyerahkannya kepada Letnan Jenderal Suharto melalui keputusan Presiden yang dikenal sebagai Supersemar. Meski Soekarno tetap mempertahankan gelar Presiden, semua kekuasaan de facto ada di tangan Soeharto. Perombakan Kabinet terjadi, di mana Malik mengambil posisi Menteri Luar Negeri. Malik bersama Soeharto dan Hamengku Buwono IX membentuk tiga serangkai untuk membalikkan kebijakan Sukarno.
Sebagai Menteri Luar Negeri, Malik melakukan perjalanan ke negara-negara Barat untuk menjadwal ulang pembayaran utang. Malik juga mundur dari Partai Murba tahun itu untuk menempatkan dirinya lebih sejalan dengan kebijakan ekonomi rezim baru yang lebih terbuka. Partai Murba pernah menjadi partai yang menolak investasi asing. Pada tahun 1967, Malik, bersama dengan Menteri Luar Negeri Filipina, Thailand, Singapura, dan Wakil Perdana Menteri Malaysia secara resmi membentuk ASEAN dalam upaya untuk membentuk front persatuan dalam menghadapi ekspansi Komunis di Vietnam.
Tim Weiner juga menulis, "Pada pertengahan bulan Oktober 1965, Malik mengirimkan seorang pembantunya ke kediaman perwira politik senior kedutaan, Bob Martens, yang pernah bertugas di Moskow ketika Malik juga bertugas di sana sebagai diplomat Indonesia. Martens menyerahkan kepada utusan Malik itu sebuah daftar yang tidak bersifat rahasia, yang berisi nama 67 pemimpin PKI, sebuah daftar yang telah dia rangkum dari kliping-kliping surat kabar komunis."
Pada bagian lain disebutkan juga bahwa Duta Besar Green, McGeorge Bundy (Penasihat Keamanan Nasional) dan Bill Bundy (Asisten Menlu untuk Timur Jauh), melihat Suharto dan Kap-Gestapu layak mendapat bantuan AS. Namun Duta Besar Green mengingatkan bahwa bantuan itu tidak boleh berasal dari Pentagon atau Deplu. Program bantuan itu tidak akan bisa dirahasiakan; risiko politisnya sangat besar. Akhirnya disepakati bahwa uang itu harus ditangani oleh CIA.
Mereka sepakat untuk mendukung militer Indonesia dalam bentuk bantuan obat-obatan senilai US$ 500.000 yang akan dikirimkan melalui CIA dengan pengertian bahwa angkatan darat akan menjual obat-obatan tersebut untuk mendapatkan uang tunai.
Dubes Green, setelah berunding dengan Hugh Tovar, mengirimkan pesan telegram kepada Bill Bundy, yang merekomendasikan pembayaran uang dalam jumlah yang cukup besar kepada Adam Malik:
"Ini untuk menegaskan persetujuan saya sebelumnya bahwa kita menyediakan uang tunai sebesar Rp 50 juta (sekitar $ 10 ribu) buat Malik untuk membiayai semua kegiatan gerakan Kap-Gestapu. Kelompok aksi yang beranggotakan warga sipil tetapi dibentuk oleh militer masih memikul kesulitan yang diakibatkan oleh semua upaya represif yang sedang berlangsung...
Kesediaan kita untuk membantu dia dengan cara ini, menurut saya , akan membuat Malik berpikir bahwa kita setuju dengan peran yang dimainkannya dalam sebuah kegiatan anti-PKI, dan akan memajukan hubungan kerja sama yang baik antara dia dan angkatan darat.
Kemungkinan terdeteksinya atau terungkapnya dukungan kita dalam hal ini sangatlah kecil, sebagaimana setiap operasi "tas hitam" yang telah kita lakukan."
Tim Weiner juga menulis, "Sebuah gelombang besar kerusuhan mulai meningkat di Indonesia. Jenderal Suharto dan gerakan Kap-Gestapu telah membunuh begitu banyak orang. Dubes Green kemudian memberi tahu Wapres Hubert H Humprey dalam sebuah pembicaraan di kantor wakil presiden di Gedung Capitol bahwa "300.000 sampai 400.000 orang telah dibantai" dalam "sebuah pertumpahan darah besar-besaran".
Wakil Presiden menyebutkan bahwa dia telah mengenal Adam Malik selama bertahun-tahun, dan Dubes memujinya sebagai "salah satu orang terpintar yang pernah dia temui." Malik dilantik sebagai menteri luar negeri, dan dia diundang untuk berbincang-bincang selama 20 menit dengan Presiden Amerika di Oval Office. Mereka menghabiskan waktu berbincang-bincang tentang Vietnam.
Pada akhir pembicaraan mereka, Lyndon Johnson mengatakan bahwa dia memiliki perhatian amat besar tentang perkembangan di Indonesia dan dia mengirimkan salam hangatnya untuk Malik dan Suharto. Dengan dukungan AS, Malik kemudian terpilih menjadi ketua Sidang Umum PBB."
Baik atau buruk bahkan sepahit apapun kebenaran Tetap harus diungkap demi kemajuan bangsa ini Karena dengan mengenal sejarah Kita bisa memperbaiki yang salah dan berbuat untuk lebih baik terutama bagi kedaulatan rakyat Indonesia .
Kembali lagi, Ini hanyalah Opini yg terlahir setelah Keluarnya Buku yang di tulis Oleh Tim Weiner, Wartawan The New York Times yang menyebut Adam Malik Agen CIA, dengan Judul “Membongkar Kegagalan CIA (2008)”