Ane baru mendengar ada senjata kimia alias bio weapon pada saat perang negara sekutu dengan Irak.
Imajinasi ane melambung tinggi saat nama tersebut.
Bagi ane senjata kimia yang katanya milik Amerika sangat keren sekali.
Maklum imajinasi bocah sekolah dasar.
Sayangnya yang tersuguhi hanyalah rudal selama nonton di televisi.
Hingga sekarang pun, ane belum tau jelas bio weapon atau senjata kimia tersebut berbentuk apa.
Namun satu hal yang ane sadari bahwa perang dengan menggunakan bio weapon(senjata biologi) merupakan perang paling terkeji dan tersadis yang di lakukan oleh manusia di bumi.
Dengan catatan bio weapon itu beneran ada pada saat perang Teluk atau jaman sekarang.
Walaupun jelas targetnya.
Namun menyerang ke semua orang banyak tanpa pandang bulu.
Bisa membunuh banyak manusia yang tidak bersalah ataupun tidak ikut andil dalam perang yang terjadi.
Yang ane baca di media berita, menyatakan bio weapon itu pernah ada namun di ambil kesepakatan bahwa bio weapon itu terlarang.
Terlarang di buat ataupun di simpan menurut perjanjiannya tentang bio weapon.
Namun satu yang tak tercantum yaitu larangan menggunakannya.
Quote:
Senjata biologi atau biological weapon merupakan senjata yang menggunakan patogen (bakteri, virus, atau organisme penghasil penyakit lainnya) sebagai alat untuk membunuh, melukai, atau melumpuhkan musuh. Nah, dalam pengertian yang lebih luas, bioweapon bukan hanya berupa virus atau bakteri, tapi juga toksin berbahaya yang dihasilkan oleh organisme tertentu.
Bioweapon tidak hanya dilakukan pada zaman sekarang. Ini sudah dikenal sejak dulu ketika perang menggunakan panah yang dicelupkan ke racun. Contoh lain, mengutip Emedicine Health, dalam Pertempuran Eurymedon pada 190 SM, Hannibal memenangi kemenangan angkatan laut atas Raja Eumenes II dari Pergamon dengan menembakkan ular berbisa ke kapal-kapal musuh.
Di era modern, Perang Dunia II (WWII) beberapa negara memiliki program aktif untuk pengembangan senjata biologis untuk peperangan. Negara tersebut di antaranya Inggris, Kanada, Jerman, Jepang, Uni Soviet, dan Amerika Serikat. Namun, pada 1969, Amerika Serikat di bawah kepemimpinan Presiden Richard Nixon memutuskan menghentikan ini setelah menyetujui The Biological and Toxin Weapons Convention (BTWC).
Melansir laman Nuclear Threat Initiative, Konvensi Senjata Biologis dan Toksin atau BTWC adalah perjanjian multilateral pertama yang secara tegas melarang kelas senjata tertentu. Perjanjian itu melarang pengembangan, penimbunan, produksi, atau transfer agen biologis dan racun dari jenis dan jumlah yang tidak memiliki pembenaran untuk penggunaan perlindungan.
Lebih jauh, perjanjian itu melarang pengembangan senjata, peralatan, atau sistem pengiriman untuk menyebarluaskan agen (zat) atau racun tersebut. Konvensi ini ditandatangani di London, Moskow, dan Washington oleh lebih dari 100 negara yang berpartisipasi pada 10 April 1972.
Kesimpulannya, senjata biologis secara historis pernah ada dan dilakukan dalam peperangan. Namun, di era modern, senjata biologis sudah dilarang dalam sebuah kesepakatan perjanjian internasional.
sumber
Dari kutipan di atas bahwa ada sebuah perjanjian melarang pembuatan dan penyimpanan bio weapon.
Namun bisakah hal tersebut tidak di langgar ?.
Biar waktu yang menjawabnya.
Spekulasi teori dan dugaan banyak terjadi di banyak kalangan orang tentang bio weapon ini.
Dari kolera,antrax,cacar,ebola,pes,sars hingga covid19 di duga merupakan bagian dari bio weapon tersebut.
Kebenarannya pun ada di ruang abu-abu.
Quote:
Klasifikasi atau pengelompokkan senjata biologi dapat dilakukan berdasarkan taksonomi, inang, sindrom yang ditimbulkan, efek yang dihasilkan, cara penyebarannya, dan respon praktis atau menurut sifat fungsionalnya.
Salah salah klasifikasi yang sering digunakan klasifikasi fungsional yang dibuat oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (Centers for Disease Control and Prevention atau CDC), meliputi:
Kategori A.
penyebarannya dapat dilakukan dengan mudah dan ditularkan dari manusia yang satu ke yang lain.
Penyeba tingkat kematian yang tinggi dan berpotensi memengaruhi kesehatan publik, dapat menyebabkan kepanikan dan gangguan sosial.
memerlukan penanganan khusus untuk persiapan kesehatan masyarakat.
Contoh kategori A: cacar, antrax, botulisme, dll.
Kategori B.
kemampuan penyebarannya bersifat moderat;
menimbulkan tingkat kesakitan yang moderat dan tingkat kematian yang rendah;
memerlukan peningkatan kapasitas diagnostik yang spesifik dan peningkatan pengawasan penyakit.
Contoh kategori B: brucellosis, demam Q, Glanders, dll.
Kategori C.
Meliputi patogen yang dapat dimodifikasi untuk disebarluaskan pada masa depan, karena memiliki karakeristik, ketersediaan memadai, mudah diproduksi dan disebarkan.
berpotensi menyebabkan tingkat kematian dan kesakitan yang tinggi, serta mampu memengaruhi kesehatan publik.
Contoh kategori C: Virus Hanta, Virus Nipah, demam kuning, dll.
sumber
Semuanya bisa di kategorikan sebuah spekulasi atau teori-teori konspirasi saja.
Karena setiap negara terutama negara-negara yang sempat mengadakan penelitian ataupun pembuatan bio weapon pasti mengklaim bahwa mereka menuruti perjanjian bio weapon tersebut sekarang.
Namun tidak ada jaminan mereka tidak akan berbohong.
Mari kita cek negara mana saja yang di duga pernah membuat bio weapon berdasarkan informasi di media berita yang ane baca.
1.Jepang.
2.Amerika.
3.Uni Sovyet.
4.Korea Utara.
5.Jerman (jaman Nazi)
ini hanya lima contoh negara saja dan ane rasa mungkin dulu banyak negara lain yang bereksperimen dengan bio weapon namun diam-diam saja.
Bio weapon memang harus di akui salah satu senjata paling mengerikan bersama dengan senjata nuklir.
Tingkat pemusnahannya sangat besar dan sangat masif.
Mampu melumpuhkan musuh dan sulit di deteksi keberadaannya.
Biaya perangnya menggunakan bio weapon bisa di bilang cukup murah.
Pembuatannya tidak lama.
Efektif melumpuhkan musuh tanpa perlawanan yang berarti.
Sangat di takuti oleh pihak lawan.
Siapa yang tidak tertarik dengan bio weapon tersebut.
Memang sih dalam perang, banyak sekali jenis strategi perang.
Bahkan ada pemahaman bahwa dalam berperang segala hal bisa di lakukan demi sebuah kemenangan.
Mau itu cara gentlemen,licik,tipu daya dan trik-trik kotor nan keji, sah-sah saja bagi golongan yang haus akan kemenangan.
Termasuk menggunakan nuklir dan bio weapon.
Hingga sejauh ini negara Indonesia belum terdengar kabar berminat atau mengadakan eksperimen bio weapon, dari dulu hingga sekarang.
Semoga tidak akan pernah membuat senjata terkeji ini.
Walaupun isu bio weapon ini sudah berlangsung hingga puluhan tahun lamanya dan sangat mungkin menggoda.
Kalau pertanyaannya bio weapon itu hoax apa bukan ?.
Jelas bukan hoax karena pernah ada.
Kalau pertanyaannya, apakah bio weapon masih ada dan dalam pengembangan oleh negara tertentu ?.
Jawabannya masih ada, Korea utara mengklaim bahwa mereka sedang melakukan eksperimen pembuatan bio weapon.
Quote:
Beberapa ahli strategi dan pakar biologi percaya bahwa penyebaran virus SARS di Cina pada tahun 2002 dan 2003 adalah serangan biologis yang menargetkan perekonomian Cina.
Senjata biologis memiliki ciri khusus seperti, tingkat kematian yang rendah, epidemi tinggi, tidak terdeteksi, penularan penyakit antara manusia dan hewan, tidak adanya obat dan vaksin, tidak tersedianya peralatan diagnostik, dan minimnya informasi sehingga membuat negara lain lalai dalam menghadapi model penyakit ini. Mereka biasanya memiliki angka korban yang sangat rendah dan tingkat penyebaran yang sangat tinggi.
Jika lingkungan telah terkontaminasi dengan agen biologi, ia dapat menimbulkan ancaman jangka panjang dan sangat luas terhadap populasi manusia. Saat ini, contoh nyata dan belum pernah terjadi sebelumnya selama beberapa dekade terakhir adalah penyebaran global virus Corona (COVID-19) dalam beberapa bulan ini.
Jadi, agen biologi dapat memiliki konsekuensi destruktif yang bahkan lebih tinggi dari senjata konvensional lainnya. Mantan Menteri Pertahanan AS, William Cohen mengatakan bahwa sebuah serangan bioterorisme dengan 100 kilogram bubuk anthrax akan berakibat dua sampai enam kali lipat lebih fatal dari satu bom nuklir tunggal dengan kekuatan satu megaton.
Konvensi Jenewa 1925 dan Konvensi Senjata Biologis 1975 melarang produksi dan pengembangan senjata biologis atau mikroba.
Militer AS memulai penelitian dan pengembangan senjata biologis sebelum pecahnya Perang Dunia II. Pada tahun 1943, Komando Medis Angkatan Darat AS membuka laboratorium senjata biologis dengan anggaran lebih dari 1 juta dolar di pangkalan militer Fort Detrick di Maryland.
Misi dari program ini adalah mengembangkan mekanisme pertahanan terhadap serangan biologis dan mempersiapkan serangan balasan dari jenis yang sama. Setelah berakhirnya Perang Dunia II pada 1945, laboratorium-laboratorium di pangkalan Fort Detrick mulai meneliti banyak patogen (bahan yang menimbulkan penyakit).
Setelah peristiwa 11 September, pemerintahan neokonservatif George W. Bush secara tak terduga mengalokasikan dana 43 miliar dolar untuk kegiatan riset senjata biologis baru. Sebagian besar dana itu digunakan untuk laboratorium di pangkalan Fort Detrick.
Lewat keputusan pemerintahan Bush, Angkatan Darat AS mengganti Institut Militer untuk Penyakit Menular di Fort Detrick, dengan laboratorium baru yang akan menjadi komponen kampus biodefense yang dioperasikan oleh beberapa lembaga. Militer mengklaim bahwa laboratorium itu untuk melanjutkan riset yang hanya dimaksudkan untuk pertahanan dari ancaman biologis.
Militer AS mengklaim bahwa laboratorium di Fort Detrick berfungsi untuk membuat vaksin dan program pertahanan untuk menangkal serangan biologis.
Tetapi, profesor hukum internasional di University of Illinois, Francis Boyle menuduh kegiatan di Fort Detrick mencakup memperoleh, menumbuhkan, memodifikasi, menyimpan, mengemas dan menyebarkan patogen klasik dan hasil kayasa secara genetika. Menurutnya, kegiatan-kegiatan itu serta studi terencana tentang sifat-sifat patogen ketika dipersenjatai, adalah salah satu ciri khas program senjata ofensif.
Mengenai kegiatan yang dilakukan di Fort Detrick, Mark Wheelis, dosen senior di Divisi Mikrobiologi Universitas California, mengatakan bahwa ini tidak perlu ditanyakan dan jelas mereka sedang mengembangkan kemampuan senjata biologis ofensif.
Dokter Hanley Watson, seorang mantan ilmuwan militer AS dalam sepucuk surat kepada situs Voltnet, mengungkapkan bahwa militer AS melakukan banyak percobaan terhadap manusia dari 1950 hingga setidaknya pertengahan tahun 1976 serta mensimulasikan serangan mikroba dan biologis di 12 wilayah AS.
Pada 1987, Departemen Pertahanan AS mengakui bahwa meskipun Washington telah menandatangani Biological Weapons Convention (BWC), tetapi riset senjata biologis telah dilakukan di 127 pusat dan universitas.
Meski menandatangani BWC, AS secara praktis menjadi negara pelopor dalam pengembangan berbagai jenis senjata tidak manusiawi ini. Keprihatinan pemerintah AS atas penyebaran senjata biologis hanya untuk mengalihkan opini publik dan menutupi kegiatannya.
Selain memiliki puluhan laboratorium di Amerika untuk pengembangan senjata biologis, pemerintah Washington juga menaruh perhatian khusus untuk pengembangan laboratorium senjata biologis di negara lain.
Beberapa prediksi menyebutkan bahwa jumlah laboratorium itu mencapai lebih dari 200 unit di seluruh dunia. Washington memilih memindahkan laboratorium ini keluar dari Amerika untuk mencegah bencana biologis di wilayahnya.
Laboratorium biologis militer utama AS yang mampu memproduksi virus adalah laboratorium level 4 dengan tingkat keamanan maksimum. Menurut Dirjen Dewan Keamanan Nasional Rusia, Nikolai Patrushev, Pentagon sedang membangun laboratorium biologi di seluruh dunia. Laboratorium-laboratorium ini didirikan untuk membuat senjata biologis, dan ini sangat mengkhawatirkan.
Di era pasca-Uni Soviet, AS mendirikan laboratorium di Ukraina, Georgia, Uzbekistan, Republik Azerbaijan, dan Kazakhstan.
Kepala Organisasi Pertahanan Sipil Iran, Gholamreza Jalali pada Maret 2020 mengatakan, “Di sekitar wilayah Iran, Rusia, dan Cina, ada sekitar 25 laboratorium level 4 milik AS dalam bentuk program kerja sama biologi, yang melakukan kegiatan rahasia di luar mekanisme pengawasan internasional. Laboratorium-laboratorium ini mampu merekayasa virus dan mengubahnya menjadi senjata biologis.”
Menurut berbagai laporan, ada 25 laboratorium biologi AS di sekitar perbatasan Cina, Kazakhstan, Kirgistan, Laos, Vietnam, Taiwan, Korea Selatan, Filipina, Thailand, dan Malaysia, dan bahkan Afghanistan dan Pakistan.
Penelitian tentang fasilitas ini menunjukkan bahwa kegiatan mereka telah keluar dari keperluan medis sejak lama dan sepenuhnya bersifat militer. Pembangunan laboratorium biologi di luar wilayah Amerika memiliki beberapa keuntungan:
Pertama, AS memiliki kesempatan untuk melakukan penelitian biologisnya tanpa membahayakan warganya. Kedua, dengan melakukan itu, AS telah melanggar perjanjian internasional dan tidak mementingkan Konvensi 1972 tentang Pelarangan Produksi dan Penggunaan Senjata Biologis.
AS secara konsisten mengabaikan mekanisme yang dipertimbangkan Rusia mengenai larangan produksi senjata biologis dan menolak untuk menandatanganinya. Sebuah konvensi telah disusun di Moskow pada 2001 dan melarang kegiatan senjata biologis di negara lain.
Ketiga, di wilayah mana pun berdirinya laboratorium semacam itu, maka mikroorganisme dan bakteri yang bermanfaat bagi lingkungan kemungkinan besar akan hancur. Kerusakan yang tidak dapat dipulihkan juga akan menimpa satwa liar dan ekologi di daerah tersebut.
Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa setelah menganalisis kegiatan sebuah tim khusus yang bekerja pada senjata biologis, terungkap bahwa AS sedang mengembangkan berbagai agen biologis untuk membunuh manusia dan menyebarkan penyakit. Laboratorium untuk memproduksi senjata biologis telah beroperasi di Georgia.
Kemenhan Rusia juga menyatakan bahwa AS telah mengambil beberapa sampel dari warga Rusia yang akan digunakan untuk membuat senjata biologis di dekat perbatasan Rusia.
Igor Nikolin, mantan anggota Komisi PBB untuk Urusan Senjata Biologis dan Kimia Republik Soviet, percaya bahwa negara-negara persemakmuran harus melawan ancaman biologis Amerika.
Selain menciptakan generasi baru senjata biologis dan membuat vaksinnya, AS juga ingin mempertahankan ketergantungan negara-negara dunia pada Barat dan perusahaan farmasi mereka.
sumber
Apakah penggunaan bio weapon di masa mendatang akan masif berkembang di kemiliteran negara tertentu.
Ane rasa semuanya berpeluang besar terjadi.
Manusia akan saling merusak di muka bumi ini demi kekuasaan ataupun harta.
Sekian trit dari ane, mohon maap banyak kekurangannya dan terima kasih telah berkunjung ke trit ane.


Quote:
Klo penyerangan Batavia 1628 dan 1629 itu Sultan Mataram memerintahkan pasukannya membendung aliran Sungai Ciliwung di sekitar t4 berkemahnya pasukan Mataram (mgkn Matraman). Dan dibendung tsb diletakkan banyak bangkai2 binatang dg harapan mencemari air Sungai Ciliwung yg digunakan VOC Kompeni pimpinan JP Coen yg bertahan di benteng batavia (mgkn kota tua). Air yg tercemar ini membawa wabah Kolera muntah berak gituh.
Tapi apakah benar byk tentara VOC dan termasuk JP Coen meninggal gegara wabah Kolera itu ane sendiri ga tau. Yang ane percaya sejarah dituliskan oleh pemenang (yg menang di 2x penyerangan tsb adalah VOC). Bisa aja kan VOC ngarang atau muter balikkan fakta.
Termasuk soal fakta yg ditulis VOC soal eksekusi panglima2 perang Mataram oleh algojo Sultan Mataram akibat gagalnya penyerangnya. Ane mah krg yakin dg fakta tsb ya karena sejarah ditulis oleh pemenang, bisa aja VOC ngarang kan.
By agan
@jamesbondan007