Apa saja sih tradisi di bulan Ramadan? Tentu banyak dan tiap daerah ada yang sama ada yang sedikit berbeda.
Bulan Ramadan adalah bulan yang mulia, pasti akan diisi dengan kegiatan yang baik dan membawa kemuliaan.

Biasanya yang umum adalah patrol membangunkan warga untuk makan sahur, di tempat saya sudah mulai hilang, entah mengapa apakah karena pergeseran budaya di zaman milenia atau tidak ada penggeraknya.

Selain itu juga bisa membangunkan melalui toa masjid yang masih dilestarikan di tempat saya, kalau tidak ada si Bapak yang teriak membangunkan saya bisa dua kali kelewatan makan sahur. Bila weker tak mampu menembus kendang telinga maka pengingat sahur melalui toa masjid sangat berguna. Dari pengalaman hampir tertinggalakan sahur berarti membangunkan orang untuk makan sahur, baik patrol maupun dari toa masjid bukan berarti tidak mulia.

Pasti di tiap daerah sama kan tradisi mbangunkan makan sahur, nah ini ada cerita dari daerah lain tepatnya dari wilayah Timur yaitu Lembata Nusa Tenggara Timir.
Bagi saya tradisinya menarik karena tidak ada di tempat saya tinggal sekarang ini. Tradisinya disebut makan ketupat bersama yang rutin merupakan kegiatan tahunan tiap Ramadhan di malam Nuzulul Quran. Informasi ini saya dapat dari saudara yang tinggal di Lembata.


Malam Nuzulul Quran diperingati ummat muslim sebagai rasa syukur dan hormat pada sejarah besar turunnya Al Quran di zaman Nabi Muhammad. Kitab suci ini sebagai petunjuk bagi ummat muslim hingga saat ini dan selamanya. Mereka memperingati dengan gembira seperti hari raya dengan menikmati ketupat kaleso atau kleso dan hidangan berdaging.

Kleso atau Kelaso adalah ketupat khas daerah Nusa Tenggara Timur, bahan sama smdari daun kelapa muda atau janur tetapi bentuknya lonjong seperti lontong. Memasaknya diberi campuran santan dan sedikit garam (sumber)
Tapi saudara saya kemarin tetap membuat ketilupat seperti biasanya yang segi empat itu.



Acara ini dilakukan setelah solat tarawih dan pengajian. selain memperingati malam Nuzulul Quran sekaligus peringatan memasuki malam Lailatul Qadar.
Ternyata makan ketupat malam Nuzulul Quran juga dilakukan di Betawi.

Tentu makan ketupat bukan hanya sebagai tradisi semata dibalik itu tersimpan dari segi kesehatan juga mengandung filosofi yang tinggi. Selama 15 hari tubuh manusia menyesuaikan diri dengan kondisi berpuasa terutama organ pencernaan. Dengan mengonsumsi ketupat mengingatkan agar apa yang dimasukkan ke dalam lambung adalah makanan yang mudah dicerna supaya kerja lambung dan organ pencernaan lain tidak berat.

Dalam filosofi Jawa ketupat berati mengaku atas kesalahan (lepat=salah/Jawa) sedang daun kelapa muda yang disebut janur diartikan sejatine nur bahwa sebenarnya cahaya yang bersih dari dalam hati. (sumber )
Jadi disaat melaksanakan ibadah puasa ramadan untuk mendapatkan rahmat, berkah dan rido-Nya maka manusia harus mempunyai hati nurani yang bersih.



Ketupat tidak hanya disajikan ketika usai Ramadan atau pada hari raya saja, tetapi juga disajikan saat malam Nuzulul Quran menjelang malam-malam Lailatul Qadar, sebagai peringatan pada ummat Isalam agar bisa menjaring malam yang lebih baik dari seribu bulan itu patut untuk membersihkan diri, berserah mengakui segala kesalahan dan menyucikan hati.


Wah, tradisi yang bagus sekali bukan? Tidak hanya sekedar makan bersama mempererat silaturahmi, ada nilai lebih sebagai pengingat pada ummat Islam.
Semoga puasa kita di tahun ini diterima Allah Subhanahu Wata'ala.


Salam Ramadan Mubarak



Teras Ramadan, 30 April 2021
__________🍁🍀🌸
Catatan titip cerita dari saudara saya di Lembata, semoga menambah pengetahuan dan khasanah tradisi derah lain.😍😘
Foto dokumen pribadi/Lila