Assalamu'alaikum Gansis

Selamat pagi Gansis. Selamat beraktivitas dan tetap semangat ya.


Alhamdulillah wa syukurillah. Bulan puasa kali ini tidak ada bedanya dengan tahun sebelumnya. Namun, yang membedakan adalah mereka yang ingin mudik dilarang dahulu karena pandemi masih belum berakhir. Betapa sedihnya mereka tidak akan bisa bercengkerama kembali dengan sanak keluarga yang jauh di sana. Bisa saja dengan mengabarkan keadaannya lewat gadget, tetapi beda dengan bertemu langsung. Pastinya tidak ada penghalang untuk bersilaturahmi jika langsung berjabat tangan saling memaafkan.

Sebelum hari raya Idul Fitri tiba, semarak menyambut awal puasa sangatlah dinanti-nanti seluruh umat muslim di seluruh dunia. Perbedaan dari tradisi dan budaya tetap menyatukan umatnya dengan berpuasa mencari pahala. #RamadanBerkahdisambut penuh suka cita.


Bicara tentang tradisi, di desaku menyambut awal bulan puasa dengan megenganyaitu kenduri dengan membawa seember ukuran sedang berisi nasi serta lauk pauk di dalamnya dengan menatanya terpisah. Yang utama adalah kue apem atau semacam kue serabi.

Selain itu, pada awal menyambut bulan Ramadhan semua orang berbondong-bondong untuk nyekar ke kuburan. Ada yang menbawa sapu lidi dan juga bunga untuk ditaburkan pada makam. Setelah shalat Ied, mereka juga akan datang ke kuburan untuk mendoakan sanak keluarga yang sudah meninggal.

Adapun malam selikur yang artinya malam 21 kita sudah menjalani puasa Ramadhan. Pada malam tersebut sampai nanti menuju hari raya Idul Fitri, para warga menyambut hari tersebut dengan tidak tidur terlalu cepat. Mereka yakin akan datangnya Lailatul Qadar di hari-hari tersebut.

Setelah itu, ada malam songo likur, yang artinya malam ke 29. Hari raya Idul Fitri akan tiba waktunya dengan merayakannya dengan tradisi kenduri seperti biasa.

Sumber

Apalagi yang paling semarak adalah para anak karang taruna membangunkan warga dengan alat bedug keliling. Sekitar 10 anak yang melakukannya dengan cara memukul bedug dan berteriak mengatakan sahur ... sahur agar warga terbangun dari tidurnya. Hal ini sudah diterapkan dari dulu. Karena tinggal di desa, tidak mungkin semua warga mempunyai jam weker atau HP yang dapat menyetel alarm. Momen ini memang hanya ada saat Ramadhan saja.



Adapun tradisi weweh, yang di mana orang yang mampu memberikan makanan berupa nasi, lauk pauk dan kue lebaran untuk sanak keluarga yang lebih tua. Wewehyang dulu dengan nasi dan lauk pauk, sekarang diganti dengan minyak goreng, gula pasir, mie instan dan lain sebagainya karena sangat praktis. Jika anak-anak yanh disuruh weweh pasti sangat gembira karena biasanya dapat uang saku dari saudara yang diberi weweh tersebut.

Sumber

Malam takbir menjelang hari raya Idul Fitri tiba, seluruh warga dari bapak, ibu-ibu, remaja bahkan anak-anak mengikuti takbir keliling dengan tiap orang membawa obor. Beberapa lampu jalan sengaja dimatikan agar suasana terlihat seperti zaman dulu. Bagian paling depan ada beberapa anak remaja masjid yang mendorong speaker aktif dan bedug pada gerobak yang didorongnya. Salah satu dari mereka mengumandangkan takbir.

Itulah tradisi di desaku yang sampai saat ini masih dijalankan. Setiap daerah pasti memiliki perbedaan tradisi dan budaya. Namun, semua itu tetap menyatukan kita pada sang Kuasa.