Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

shotaromilkteaAvatar border
TS
shotaromilktea
Mark 'GOT7' Cerita Tentang Concern Diskriminasi Orang Asia di Amerika


Seringkali Mark Tuanlupa kalau dia bukan pria 27 tahun biasa yang saat ini tinggal di California, Mark kaget begitu lihat fansnya bikin crash suatu room di aplikasi Clubhouse di mana saat itu Mark sedang join. Mark, member dari group K-pop populer GOT7 belum lama ini pindah rumah dari Seoul ke A.S agar lebih dekat dengan keluarga dan memulai fase baru dalam karirnya dan Mark ingin menggunakan platformnya sebaik mungkin untuk meng-influence fans dengan cara positif.

"Aku selalu merinding." ujar Mark dilansir dari SCMP tentang dukungan fansnya. "Aku masih belum terbiasa, padahal aku sudah melakukan ini selama tujuh tahun. Kamu mungkin kira aku sudah terbiasa, tapi aku masih terkejut lihat fans masih cukup gila dan suportif, dan karena kita punya banyak kuasa. Ini keren banget." Gabung di Clubhouse, sebuah platform streaming audio adalah salah satu kegiatan yang Mark jalani. Mark dan semua member GOT7 keluar dari label JYP Entertainment tahun ini setelah debit dari 2014. GO7 berencana ingin terus bersama meskipun tiap member sibuk masing-masing.

Buat seorang Mark, pindah rumah ke A.S dan  mencari jati diri sebagai solois, pria keturunan Taiwan ini baru saja meluncurkan studio personal di China untuk mengepakkan sayap di hiburan China. "Aku rasa tujuan besar sekarang bisa menemukan suaraku. Aku nggak selalu dikasih lagu. Aku harus keluar dan bertemu orang untuk membuat lagu."




Mark saat ini fokus ingin mengasah kemampuan vokal, meskipun Mark mengawali karir sebagai rapper di GOT7. Mar berharap orang-orang bisa menikmati lagunya siring dia mengembangkan gaya personal. "Aku rasa semua terdengar sangat solid. Aku menikmati musikku, tapi aku sadar ini nggak 100 persen sempurna. Masih dikerjakan." Mark banyak menghabiskan waktu di studia selama lima hari seminggu dan sudah merilis lagu "One In A Million" bersama musisi Bangladesh - Amerika Sanjoy pada Februari. Di lagu itu Mark membagikan pikirannya tentang kehidupan dan karir. Masih banyak lagi sesuatu yang akan Mark rilis, termasuk album yang masih tahap pengerjaan.

"Ini akan bercerita tentang perjalananku, karir, semuanya. Aku rasa ini bakalan keren bangat kalau fans bisa lihat sisi personal diriku karena aku rasa aku orangnya pendiam." Buat Mark, mengekspresikan diri sendiri dengan nyaring merupakan bagian dari kemajuan. "Suatu hari, member pernah marah ke aku. 'Gimana bisa kamu nggak pernah cerita sama sekali tentang perasaan kamu?' Aku rasa memiliki enam saudara bikin aku lebih leluasa terbuka."



Mark mengakui pindah tempat tinggal memberikan kenyamanan tersendiri setelah lama dipisahkan jarak, bisa dekat dengan orang yang dicintai sangat luar biasa. "Aku khawatir banget sama kondisi keluarga saat Covid. Orang tuaku sudah divaksin. Dan sekarang di A.S, semua sudah menerima vaksin, jadi rasanya lebih aman,"

Pandemi bukan satu-satunya yang Mark khawatirkan jika menyangkut kesehatan dan keamanan keluarga. Mark sangat prihatin dan marah terkait meningkatnya kebencian dan kekerasan yang ditujukan masyarakat Asia - Amerika. "Aku sangat takut dengan kondisi orang tua. Mereka harus menjalani rutinitas dengan kondisi itu... sangat mengerikan. Aku dengar cerita tentang sahabatku, mereka punya kenalan yang hampir saja diserang dan aku punya teman yang mendapatkan komentar rasis."

Mark ingin memanfaatkan platform-nya untuk meningkatkan kesadaran tentang apa yang terjadi dan gimana untuk membawa keadilan sosial dan perubahan. Mark baru saja berdonasi 30 ribu dollar untuk "Stop AAPI Hate", organisasi nirlaba yang dijalankan Stop AAPI hate Reporting Centre yang menelusuri insiden diskriminasi lawan Asia - Amerika. Mark sebelumnya pernah berdonasi untuk mendukung gerakan BLM waktu itu.



"Saat ini, ada banyak kebencian dan aksi kekerasan terhadap orang Asia- Amerika. Tepat sebelum ini ada Black Lives Matter. Pedih rasanya melihat banyak kebencian dan rasisme buat semua orang. Bukan masalah kamu dari ras apa, banyak kebencian di sekitar kita. Aku nggak suka melihat itu. Mendengar banyak orang sadar dengan aksi donasiku dan membuat orang lebih peka dengan isu ini, aku bisa berkontribusi dan membantu. Meskipun hanya bantu sedikit, aku rasa ini tujuan utama sekarang."

Meskipun saat ini sesuatu menjadi sulit, Mark mengakui dia sangat menantikan untuk kerja keras mengembangkan karir dengan dukungan keluarga, sahabat dan kolega. "Aku rasa nggak buruk juga aku kembali dari tempat di mana aku memulai karir, aku rasa malahan keren bisa belajar sesuatu baru. Selama di Korea, aku tumbuh besar dan mendewasa. Hal paling penting yang aku pelajari adalah untuk nggak gampang stres tentang hasil akhir. Karena jika aku stres, hasilnya aku jadi bad mood."

"Berada di Korea da memulai karir lebih dini, membuat aku memiliki mindset untuk terus kerja keras apapun rintangannya. Baik itu hasilnya sesuai ekspektasiku, aku merasa hal itu nggak banyak berpengaruh karena aku tau sudah mencoba yang terbaik dan aku nggak menyesal apapun hasilnya." tutup Mark mengakhiri cerita.
0
396
0
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan