Membicarakan tentang tradisi, Indonesia punya banyak sekali tradisi pada setiap daerahnya. Dan tradisi ini ada sejak jaman dahulu, turun temurun dari nenek moyang. Tradisi yang ada, biasanya dilakukan karena sebuah alasan dan tujuan, tidak serta merta ada. Sebagai orang yang tinggal di lingkungan orang jawa, membicarakan tradisi itu lumrah. Karena orang jawa sendiri memiliki beragam tradisi, setiap apapun yang terjadi pasti ada saja tradisi yang harus dilakukan. Salah satunya ketika Ramadan, banyak tradisi yang dilakukan untuk menyambut bulan ramadan. Dan di sini ane mau berbagi tentang tradisi apa saja yang sering dilakukan orang jawa ketika bulan ramadan, tradisi ini juga pernah ane alami sendiri.
Di lingkungan orang jawa, sebelum bulan ramadan ada tradisi Nyadran. Ini sebenarnya tradisi yang sama dilakukan oleh semua orang ketika sebelum ramadan, yaitu ziarah kubur. Mendatangi makam sanak saudara, dan berdo'a bersama. Jika di desa yang memiliki makam khusus untuk warga desa sekitar, biasanya mereka melakukan berbagai kegiatan. Seperti kerja bakti membersihkan makam, kemudian setelah itu berdo'a bersama.
Tradisi kedua adalah Padusan, yang secara umum dikenal dengan kegiatan mensucikan diri dengan cara mandi. Tapi untuk padusan ini kata orang jaman dahulu harus dilakukan di sumber mata air, tetapi sekarang sebagian orang menyamakan padusan dengan mandi besar, jadi bisa dilakukan di rumah. Maksud dari melakukan tradisi padusan sebelum memasuki bulan ramadan, menjadi sebuah simbol untuk membersihkan diri dari keburukan yang pernah kita lakukan. Agar saat memasuki bulan ramadan dalam keadaan suci atau bersih.
Jujur ane lupa sama nama tradisinya itu apa, kalau tidak salah namanya Kenduri. Intinya sebelum memasuki bulan ramadan, warga sekitar biasanya mengadakan acara do'a bersama. Jika do'a bersama sekarang di pimpin oleh Ustadz, di acara ini orang jawa menyebutnya sebagai Moden (semoga tidak salah tulis). Moden itu seperti orang yang di tuakan juga paham dengan masalah dunia tradisi jawa. Selayaknya tradisi jawa yang berupa acara seperti ini, tidak ketinggalan berbagai macam hidangan untuk sesaji. Mulai dari tumpeng mini dari nasi putih, ayam ingkung atau ayam kampung panggang utuh se-ekor, juga hal-hal pelengkap lain.
Di acara ini juga di siapkan wadah orang jawa nyebutnya Cething, yang berisi berbagai makanan, ada nasi gurih, nasi yang dimasak dengan santan dan berbagai bumbu serta rempah, cita rasa nasinya gurih, diberi toping suwiran ayam kampung dimasak seperti opor, dan kedelai hitam goreng. Selain itu juga ada jajan pasar, pisang sebiji, oseng tempe, bihun goreng, gudangan (lebih umum dikenal dengan urap), dsb. Si wadah berisi makanan ini biasanya diletakkan di tengah-tengah, untuk di do'a-kan bersama, orang jawa menyebut ini sebagai "Nasi Berkat". Nasi berkat ini nantinya akan dibagikan ke yang hadir untuk di bawa pulang.
Tradisi ini ane lupa namanya apa, tapi intinya tradisi ini biasa dilakukan sebelum ramadan juga. Dilakukan perseorangan di rumah masing-masing, dengan cara menyiapkan berbagai sesaji dan biasanya di letakkan di meja makan atau atas almari. Sesajennya ini berupa makanan dan minuman sehari-hari, dari teh, kopi, air putih, makanannya tergantung yang ada, bisa ayam panggang potongan saja, pisang, kadang ada mie instant, juga tidak lupa dengan sebatang rokok. Sesaji ini juga dilengkapi dengan air berikut bunga setaman, bunga setaman itu bunga mawar yang biasa buat ziarah, kadang di tambah bunga kenanga, orang jawa menyebutnya bunga setaman. Selain air dan bunga setaman, juga ada bunga setaman yang di bungkus daun pisang, dan di selipkan uang seribu sampai lima ribu.
Tujuan dilakukan tradisi ini, menurut kepercayaan orang jaman dahulu. Saat mendekati bulan ramadan, roh para leluhur itu berkunjung ke rumah. Jadi sesaji ini dibuat untuk menyambut serta menjamu mereka selayaknya orang hidup, namanya baru pulang kan haus, jadi disediakan teh dan kopi, selain haus juga pasti lapar, makanya ada sesaji berupa makanan sehari-hari, jika ada makanan yang di sukai itu juga di siapkan. Rokok yang ada di sesaji juga tidak asal, rokoknya di sesuaikan dengan rokok yang biasa di konsumsi leluhur yang sudah meninggal.
Banyak cerita lucu dari tradisi ini. Namanya sesaji diletakkan di atas meja makan, isinya makanan sehari-hari dan minuman teh serta kopi. Orang-orang suka memakan atau meminumnya secara tidak sengaja, di pikir seperti makanan yang di siapkan seperti biasa. Dulu waktu ane kecil biasanya suka mengambil uang yang ada di sesaji keesokan harinya. Bunga setaman dengan air yang ada di sesaji ini, saat pagi hari harus dibuang di depan rumah dan persimpangan jalan masuk rumah. Hal ini dilakukan katanya untuk memberikan uacapan selamat jalan. juga penanda agar nantinya tidak lupa jalan pulang.
Baca Lainnya: Mending NETFLIX atau HBO GO? Daripada Bingung Yuk Masuk Sini
Tapi sekarang ini tradisi ketiga dan keempat sudah tidak dilakukan lagi di daerah ane.
Tradisi terakhir ini bisa dikatakan sebagai tradisi modern, karena tradisi ini muncul sekitar 5 atau 6 tahun lalu. Tradisinya adalah ibu-ibu sekampung berjualan takjil, dan yang berjualan para pemuda kampung. Maksud dari tradisi ini untuk menyambut
#BerkahRamadanjuga mencari rejeki di bulan ramadan, yang biasanya saat ramadan harga-harga suka melonjak tidak masuk akal, dan di bulan ramadan itu pengeluaran entah kenapa membesar. Melalui tradisi baru ini, para ibu-ibu rumah tangga bisa mendapat penghasilan tambahan. Sayangnya tahun ini dan tahun kemarin, harus bertemu pandemi. Penjualan menurun drastis, kadang suka kasihan ketika melihat jualan yang tidak habis, bahkan sisa banyak. Kalau sudah begini, seringnya hanya di bagi-bagikan ke tetangga. Semoga pandemi ini bisa lekas berlalu.