Kaskus

Hobby

septosirangatunAvatar border
TS
septosirangatun
Yesus memilih para Murid
1) Pemilihan

Ia...memilih dari antara mereka dua belas orang" (Lukas 6:13).


Yesus memilih para Murid
Sumber gambar

Halo para sahabat KK jumpa lagi di thread kali ini, bagaimana kabar kalian? Semoga sehat2 ya. Kali ini kita akan belajar tentang pemilihan, apa itu? Temukan Jawabannya di thread ini. Selamat membaca dan belajar ya.

Orang-Orang Adalah Metoda-Nya

Pelayanan Tuhan Yesus dimulai pada saat Ia memanggil beberapa orang untuk mengikut Dia. Hal ini langsung menyatakan strategi penginjilan-Nya. Perhatian-Nya tidak ditujukan kepada cara-cara untuk mendekati orang banyak, tetapi mendekati beberapa orang yang kemudian akan diikuti oleh orang banyak.

Tampaknya cukup mengherankan bahwa Yesus mulai mengumpulkan orang-orang ini sebelum Ia berkeliling memberitakan Injil ataupun mengadakan suatu kampanye penginjilan, atau berkhotbah di muka umum. Pribadi-pribadi itulah metoda-Nya untuk memenangkan dunia ini bagi Allah.

Tujuan utama dari rencana Tuhan Yesus ialah untuk memilih orang-orang yang dapat memberi kesaksian tentang hidup-Nya, dan melanjutkan pekerjaan-Nya sesudah Ia kembali kepada Bapa.
Yohanes dan Andreas adalah orang-orang yang pertama yang dipanggil oleh Tuhan Yesus sewaktu Ia meninggalkan Betania, di seberang Sungai Yordan, tempat Yohanes Pembaptis membaptiskan orang (Yoh 1:35-40).

Kemudian Andreas membawa Petrus, saudaranya (Yoh 1:41-42). Keesokan harinya, dalam perjalanan-Nya ke Galilea, Tuhan Yesus bertemu dengan Filipus; dan kemudian, Filipus bertemu dengan Natanael (Yoh 1:43-51). Ia memilih murid-murid-Nya tidak dengan terburu-buru.

Yakobus, saudara Yohanes, baru disebut murid yang tergabung dalam kelompok itu, beberapa bulan kemudian setelah keempat nelayan itu dipanggil kembali untuk kedua kalinya (Mat 4:21; Mar 1:19). Tidak lama kemudian, Matius (Lewi) dipanggil untuk mengikut Tuhan Yesus ketika Ia melalui Kapernaum (Mat 9:9; Mar 2:13-14; Luk 5:27-28). Cara Yesus memanggil murid-murid yang lain tidak dijelaskan dalam Alkitab, tetapi diperkirakan bahwa semuanya dipanggil pada tahun pertama pelayanan-Nya.

Tampaknya usaha-usaha pertama untuk memenangkan jiwa ini hanya mempunyai sedikit pengaruh bagi kehidupan rohani orang-orang pada masa itu. Walaupun demikian, Tuhan Yesus tidak bertidak dengan tergesa-tergesa. Ia tahu bahwa usaha ini memerlukan waktu.

Kemudian ternyata bahwa beberapa orang yang pertama-tama bertobat kepada Tuhan inilah yang menjadi pemimpin-pemimpin gereja Tuhan, yang pergi ke seluruh dunia untuk memberitakan Injil. Dipandang dari segi tujuan-Nya, pengaruh orang-orang yang pertama itu secara khusus dapat dirasakan untuk selama-lamanya.


Orang-orang yang Ingin Belajar

Yang mengesankan mengenai orang-orang ini ialah bahwa tampaknya mereka bukanlah orang-orang yang sangat menonjol. Mereka bukan pemimpin sinagoga, bukan pula imam. Mereka adalah buruh-buruh biasa. Mungkin juga mereka bekerja tanpa melalui latihan atau pendidikan secara khusus sebelumnya. Memang ada dari antara mereka berasal dari keluarga yang cukup berada, seperti Yakobus dan Yohanes, anak-anak Zebedeus itu.

Tetapi tidak ada seorang pun yang dapat digolongkan kaya. Mereka tidak mempunyai gelar dalam ilmu sastra ataupun filsafat. Seperti Guru mereka, mereka hanya tamatan sinagoga. Mereka kebanyakan dibesarkan dalam lingkungan orang miskin di daerah Galilea. Dari kedua belas murid itu, hanya satu orang saja yang tampaknya lebih terkemuka, datang dari daerah Yudea, yaitu Yudas Iskarioat.

Dinilai dari tingkat pendidikan, baik pada waktu itu maupun sekarang, mereka seharusnya dianggap sebagai kelompok orang-orang yang agak kasar. Sungguh mengherankan bahwa Tuhan Yesus dapat memakai mereka.

Mereka adalah orang-orang yang mudah dipengaruhi dan mudah tersinggung. Singkatnya, mereka yang dipilih oleh Tuhan menjadi pengikut-pengikut-Nya adalah orang-orang dari berbagai tingkatan dan golongan masyarakat pada waktu itu. Orang-orang pada waktu itu sedikit pun tidak mengira bahwa kelompok inilah yang kelak memenangkan dunia bagi Kristus.

Meskipun demikian, Yesus melihat di dalam orang-orang yang sederhana ini suatu sumber kepemimpinan bagi kerajaan-Nya. Mereka sebenarnya adalah orang "orang biasa yang tidak terpelajar" menurut ukuran dunia (Kisah 4:13), tetapi mereka mau diajar.

Walaupun mereka sering mengambil keputusan yang salah dan lambat mengerti hal-hal rohani, namun mereka adalah orang-orang yang jujur dan berterus-terang mengenai kebutuhan mereka. Tata cara mereka sering kurang lembut dan kecakapan mereka sangat terbatas, tetapi mereka adalah orang-orang yang berjiwa besar, kecuali salah seorang murid-Nya yang kemudian menjadi pengkhianat itu.

Yang paling menonjol dalam diri mereka adalah kerinduan mereka terhadap Allah dan terhadap hal-hal yang nyata dalam kehidupan-Nya. Kedangkalan kehidupan agama di sekeliling mereka tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk bertemu dengan Mesias (Yoh 1:41,45,49; 6:69). Mereka sudah bosan dengan kemunafikan kaum ningrat yang memerintah pada masa itu.

Sebagian dari mereka yang kemudian menjadi murid-murid Tuhan Yesus, sebelumnya sudah menggabungkan diri dengan gerakan pemabaharuan dari Yohanes Pembabtis yang memanggil orang berdosa untuk bertobat kepada Allah (Yoh 1:35). Mereka sedang mencari seseorang yang dapat memimpin mereka kepada jalan keselamatan. Orang-orang yang demikianlah yang dapat dibentuk menjadi ciptaan baru dalam tangan Yesus. Ia dapat memakai siapa saja yang mau dipakai-Nya.


Memusatkan Perhatian kepada Pribadi-Pribadi

Dalam hal ini, kita perlu mengamati kebenaran praktis dalam cara Yesus bekerja. Inilah kebijaksanaan dari metoda-Nya, dan dalam mempertimbangkan hal ini, kita kembali lagi kepada prinsip pokok mengenai pemusatan perhatian kepada mereka yang hendak dipakai-Nya. Dunia dapat diubah hanya apabila orang-orang yang ada di dalamnya telah diubah lebih dahulu.

Orang-orang itu hanya dapat diubah apabila mereka telah dibentuk menjadi ciptaan baru dalam tangan Tuhan Yesus. Jadi, jelaslah bahwa kita bukan hanya perlu memilih beberapa kaum awam saja, tetapi juga membatasi jumlah orang dalam kelompok itu supaya tidak terlalu banyak, sehingga kita dapat bekerja dengan mereka dan berhasil baik.

Karena itu, ketika jumlah pengikut Yesus bertambah, pada pertengahan tahun kedua dari pelayanan-Nya Ia merasa perlu memperkecil kelompok pilihan-Nya ini menjadi satu kelompok inti, yang mudah dipimpin-Nya. Itulah sebabnya Yesus "memanggil murid-murid-Nya kepada-Nya, lalu memilih dari antara mereka dua belas orang, yang disebut-Nya rasul" (Luk 6:13-17; bandingkan dengan Mar 3:13-19).

Terlepas dari arti simbolik yang hendak kita kenakan pada angka dua belas ini, jelaslah bahwa Yesus ingin supaya orang-orang ini mempunyai hak istimewa yang unik serta kewajiban khusus dalam pekerjaan Kerajaan-Nya.

Apabila Tuhan Yesus menjatuhkan pilihan-Nya hanya kepada kedua belas murid itu saja, bukan berarti bahwa Ia menolak orang-orang lain yang ingin mengikut Dia. Seperti kita ketahui, banyak lagi yang lain yang mengikut Dia dan beberapa dari mereka menjadi mereka pekerja- pekerja yang baik di dalam gereja, misalnya: ketujuh puluh murid-Nya (Luk 10:1); Markus dan Lukas, penulis-penulis Kitab Injil; Yakobus, saudara Tuhan Yesus sendiri (1Kor 15:7; Gal 2:9,12; bandingkan dengan Yoh 2:13; 7:2-10).

Namun kita harus mengakui bahwa sedikit demi sedikit Tuhan Yesus mengurangi perhatian-Nya kepada orang-orang di luar kelompok murid-Nya yang dua belas orang itu.

Prinsip yang sama ini masih terus dipakai di kalangan rasul-rasul yang terpilih itu. Petrus, Yakobus, dan Yohanes tampaknya mempunyai hubungan yang lebih istimewa dengan Tuhan daripada sembilan rasul lainnya.

Hanya ketiga orang yang mempunyai hak istimewa inilah yang diminta masuk ke dalam kamar anak Yairus yang sakit (Mar 5:37; Luk 8:51); mereka inilah yang naik bersama-sama dengan dengan Tuhan Yesus dan melihat kemuliaan-Nya di atas gunung (Mat 17:1; Mar 9:2; Luk 9:20); dan di tengah-tengah pohon zaitun di Taman Getsemani yang melemparkan bayangannya dalam fajar Paskah, ketiga orang inilah yang duduk paling dekat dengan Tuhan sementara Ia berdoa (Mat 26:37; Mar 14:33). Begitu jelas pilihan yang diberikan kepada ketiga orang ini, sehingga apabila murid-murid-Nya yang lain tidak tahu bahwa Kristus tidak pernah mementingkan diri-Nya sendiri, tentu mereka tidak senang dengan adanya pemisahan ini.

Terbukti bahwa di dalam Alkitab tidak tercatat tentang keluhan apa pun dari murid yang lain mengenai keistimewaan yang diberikan kepada ketiga orang ini. Walaupun mereka pernah menggerutu tetang hal- hal lain, namun ini adalah bukti bahwa apabila pilihan dinyatakan dalam cara dan untuk maksud yang benar, tidak perlu ada hal yang menyinggung perasaan.

Prinsip yang Ditekankan

Semuanya ini menjalaskan bagaimana cara Yesus dengan seksama membagi waktu-Nya kepada orang-orang yang hendak dilatih-Nya. Hal ini juga menunjukkan satu prinsip pokok mengenai cara mengajar. Lebih kecil jumlah orang-orang yang diajar, lebih besar kemungkinan untuk memberikan pengajaran yang berhasil baik.

Yesus mencurahkan sebagian besar dari sisa hidup-Nya di bumi kepada murid-murid pilihan ini. Untuk mempersiapkan murid-murid-Nya, Ia mempertaruhkan seluruh kekuatan-Nya bagi mereka. Dunia boleh saja bersikap acuh tak acuh terhadap Dia, namun sikap ini tidak dapat menggagalkan rencana-Nya. Ia bahkan tidak merasa khawatir sama sekali pada waktu pengikut-pengikut-Nya mengundurkan diri dan mereka tidak setia lagi pada waktu mereka diperhadapkan kepada arti yang sebenarnya dari Kerajaan Allah (Yoh 6:66).

Tetapi Ia tidak dapat membiarkan murid-murid pilihan-Nya melepaskan diri dari tujuan-Nya. Mereka harus mengerti akan kebenaran itu dan mereka harus disucikan bagi Allah "bukan untuk dunia ini", tetapi untuk beberapa orang itu yang telah Allah berikan kepada-Nya "dari dunia ini" (Yoh 17:6,9).4 Segalanya bergantung pada kesetiaan mereka apabila mereka ingin supaya dunia ini percaya kepada Yesus "oleh pemberitaan mereka" (Yoh 17:20).

Tidak Melalaikan Orang Banyak

Berdasarkan apa yang telah ditekankan di sini, salah sekali kalau kita menganggap bahwa Tuhan Yesus melalaikan orang banyak yang mengikut Dia. Ini tidak benar. Yesus melakukan segala sesuatu yang siapapun dapat diminta untuk melakukannya - untuk menghubungi orang banyak. Hal-hal yang pertama dilakukan-Nya ketika Ia memulai pelayanan-Nya ialah memihak dengan berani kepada gerekan kebangunan rohani pada zaman-Nya dengan memberi diri-Nya dibaptis oleh Yohanes (Mat 3:13-17; Mar 1:9-11; Luk 3:21-22), dan kemudian di depan orang banyak Ia memuji pekerjaan nabi besar itu (Mat 11:7-15; Luk 7:24-28). Ia sendiri tidak henti-hentinya berkhotbah kepada orang banyak yang mengikuti pelayanan-Nya yang penuh kuasa.

Ia mengajar mereka. Ia memberi makanan kepada mereka yang lapar. Ia menyembuhkan mereka yang sakit, dan mengusir setan dari dalam mereka. Ia memberkati anak-anak mereka. Kadang-kadang sepanjang hari Ia melayani keperluan mereka, sehingga "makan pun Ia tidak sempat" (Mar 6:31). Sedapat mungkin Tuhan Yesus berusaha menunjukkan perhatian yang sejati kepada orang banyak.


Untuk keselamatan merekalah Tuhan Yesus telah datang -- Ia mengasihi mereka, menangisi mereka, dan akhirnya Ia mati untuk menyelamatkan mereka dari dosa-dosa mereka. Tidak seorang pun dapat menganggap bahwa Yesus mencoba menghindari penginjilan kepada orang banyak.


Orang Banyak Dibangkitkan

Sesungguhnya, kecakapan Tuhan Yesus untuk menarik perhatian orang banyak telah menimbulkan masalah yang serius dalam pelayanan-Nya. Ia telah begitu dalam menyatakan rahmat dan kuasa-Nya kepada mereka, sehingga mereka pernah mencoba "membawa Dia dengan paksa untuk menjadikan Dia raja" (Yoh 6:15). Para pengikut Yohanes pembaptis melaporkan bahwa "semua orang" datang kepada-Nya (Yoh 3:16). Bahkan orang-orang Farisi sendiri mengakui bahwa seluruh dunia telah mengikuti Dia (Yoh 12:19).

Para imam pun menyadari bahwa jika hal ini terus-menerus dibiarkan, maka seluruh rakyat akan percaya kepada-Nya (Yoh 11:47-48). Alkitab mengatakan bahwa Tuhan Yesus mempunyai banyak pengikut, meskipun mereka sering kurang setia. Keadaan ini terus berlangsung sampai akhir. Sebenarnya, justru karena takut akan sikap orang banyak yang bersahabat terhadap Tuhan Yesus itulah yang menyebabkan musuh-musuh-Nya berusaha mencari jalan untuk menangkap Dia pada waktu orang banyak tidak berada bersama- sama dengan Dia (Mat 21:26; Mar 12:12; Luk 20:19).

Seandainya Yesus memberikan sedikit saja semangat kepada orang banyak untuk membuat diri-Nya terkenal, tentu Ia dapat dengan mudah menguasai seluruh kerajaan manusia. Percobaan seperti itulah yang diberikan oleh Iblis kepada Tuhan Yesus di padang gurun waktu Ia dibujuk untuk mengubah batu menjadi roti dan menjatuhkan diri-Nya ke bawah dari bubungan Bait Allah agar Allah menantang Dia di atas tangan-Nya (Mat 4:1-7; Luk 4:1-4, 9-13). Seandainya Yesus menunjukkan kuasa-Nya yang besar itu, pasti Ia akan memenangkan orang banyak itu.

Sebenarnya Iblis tidak menawarkan sesuatu kepada Yesus ketika ia menjanjikan semua kerajaan dunia ini apabila Yesus mau menyembah dia (Mat 4:8-10). Kepala penipu manusia itu tahu pasti bahwa Tuhan Yesus mendapat segalanya dengan mudah jika Ia mau melepaskan perhatian-Nya dari hal-hal yang berkenaan dengan Kerajaan Allah yang kekal itu.

Tetapi Tuhan Yesus tidak bermaksud hanya untuk menyenangkan hati rakyat jelata, melainkan sebaliknya. Berung kali dengan susah payah Ia menghadiri dukungan orang banyak yang digerakkan oleh kuasa mukjizat-Nya (misalnya Yoh 2:23-3:3; 6:26-27). Sering Ia meminta orang-orang yang sudah disembuhkan supaya jangan menceritakan tentang kesembuhan itu kepada orang-orang lain.

Itu dilakukan-Nya agar tidak menimbulkan demonstrasi dari orang banyak yang mudah dibangkitkan itu.5 Demikian juga kepada murid-murid yang melihat Dia dimuliakan di atas gunung, Yesus berpesan supaya mereka jangan menceritakan penglihatan itu kepada seorang pun sebelum anak manusia dibangkitkan dari antara orang mati (Mat 17:9; Mr 9:9). Pada peristiwa lain, waktu orang banyak bersorak-sorak memuji Dia, Yesus langsung mengasingkan diri dengan murid-murid- Nya ke tempat lain.

Cara kerja-Nya yang demikian sering tidak disukai oleh para pengikut-Nya yang tidak mengerti strategi-Nya. Bahkan saudara-saudara-Nya yang perempuan dan laki-laki sendiri pun yang pada waktu itu belum percaya kepada-Nya, menganjurkan Dia agar melepaskan rencana-Nya ini dan menampakkan diri-Nya kepada dunia dengan terang-terangan, tetapi Ia menolak nasihat mereka (Yoh 7:2-9)


Tampaknya Hanya Sedikit Saja yang Saya Mengerti

Mengingat strategi-Nya ini, maka tidak heran kalau hanya sedikit yang benar-benar bertobat pada masa pelayanan Kristus. Tentu saja, banyak yang percaya kepada-Nya dalam pengertian bahwa pelayanan-Nya dapat diterima, tetapi hanya sedikit yang mengerti arti Injil. Mungkin jumlah seluruh pengikut-Nya yang setia pada akhir pelayanan-Nya di dunia ini hanya kira-kira 500 orang, kepada siapa Yesus menampakkan diri-Nya setelah Ia bangkit (1Kor 15:6), dan hanya kira-kira 120 orang yang tetap tinggal di Yerusalem untuk menerima baptisan Roh Kudus (Kisah 1:15).

Sekalipun jumlah ini bukanlah jumlah yang kecil mengingat pelayanan-Nya yang aktif hanya sekitar tiga tahun, namun jika seseorang ingin mengukur hasil penginjilan-Nya atas dasar jumlah orang yang dibawa-Nya kepada pertobatan, pasti Yesus tidak akan digolongkan kepada penginjil-penginjil umum yang paling berhasil.


Strategi-Nya

Mengapa Yesus sengaja memusatkan perhatian-Nya hanya kepada beberapa orang saja? Bukankah Ia datang untuk menyelamatkan seluruh dunia ini? Dengan khotbah Yohanes Pembaptis yang membakar semangat, yang terus berkumandang di telinga orang banyak, Sang Guru dengan mudah dapat mengumpulkan ribuan orang untuk segera mengikut Dia jika ia menghendakinya. Akan tetapi, mengapa Ia tidak menggunakan kesempatan ini untuk mengumpulkan sepasukan besar petobat untuk merebut dunia ini dengan suatu "serangan" yang mendadak? Tentu Anak Allah itu dapat memakai suatu rencana untuk mengumpulkan orang banyak.

Bukankah mengecewakan bila seorang yang memiliki segala kuasa di dunia ini dalam tangan-Nya, yang hidup dan kemudian mati untuk menyelamatkan dunia ini, namun akhirnya hanya mempunyai beberapa murid saja sebagai hasil pekerja-Nya?

Jawaban untuk pertanyaan ini segera menjelaskan maksud yang sebenarnya dari rencana penginjilan-Nya. Yesus bukan bermaksud untuk mempengaruhi orang banyak, melainkan untuk memproklamirkan kedatangan suatu kerajaan.
Ini berarti bahwa Ia membutuhkan orang-orang yang dapat memimpin orang banyak. Apa gunanya tujuan-Nya yang terakhir untuk menggerakkan orang banyak supaya mengikut Dia, jika kemudian orang-orang ini tidak diperhatikan ataupun tidak diberi pengajaran dalam jalan itu?

Sampai di sini thread kali ini, sampai jumpa di thread-thread berikutnya. Jangan lupa untuk cendolnya ya para sahabat, share dan like serta komentar supaya banyak orang diberkati.
0
857
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan