Kaskus

Sports

Isda555Avatar border
TS
Isda555
European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam
Jakarta, CNN Indonesia -- Total 12 klub elite dengan sejarah bernilai tinggi menggagas pembentukan liga elite European Super League. Langkah ini membuat masa depan sepak bola dalam situasi yang tak pasti.

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam

Deretan 12 klub elite yang menggagas European Super League adalah Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid (Spanyol), Juventus, AC Milan, dan Inter Milan (Italia), dan enam klub Inggris yaitu Manchester United, Liverpool, Manchester City, Arsenal, Chelsea, dan Tottenham Hotspur.

Merujuk nama-nama yang ada, 12 klub tersebut adalah magnet kompetisi Eropa dalam dua dekade terakhir, meskipun ada beberapa di antara mereka yang tengah kehabisan napas di Eropa seperti AC Milan atau bahkan tim yang tak pernah juara Liga Champions seperti Arsenal, Tottenham Hotspur, Atletico Madrid, dan Manchester City.

Namun pada intinya, 12 klub yang merasa dirinya adalah pusat dan magnet utama sepak bola, baik di dunia dan Eropa, ingin membuat gerakan yang berpusat pada mereka. Tiga klub lain yang disebut coba dirangkul namun menolak adalah Bayern Munchen, Borussia Dortmund, dan Paris Saint-Germain. Klub lain yang juga disebut masuk dalam pembahasan adalah RB Leipzig dan FC Porto.

Kelompok elite ini ingin merancang kompetisi dengan format peserta tetap yaitu 15 klub yang berarti mereka masih membutuhkan tiga klub lainnya, dan lima klub tambahan merujuk pada performa di kompetisi masing-masing.

Total 20 klub bakal dibagi menjadi dua grup dengan mempertandingkan sistem kandang-tandang. Lalu kompetisi berlanjut ke babak perempat final dan seterusnya hingga kompetisi memiliki gelar juara.

Format kompetisi ini jelas merupakan tantangan serius bagi kompetisi Liga Champions yang selama ini jadi arena pertarungan jagoan-jagoan dari banyak negara.

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam


Klub Elite Ingin Makin Kaya dan Aman

Melihat format kompetisi yang diajukan dalam European Super League, jelas terbaca bahwa klub-klub yang masuk dalam kategori dalam klub pendiri ingin hak eksklusif dalam kompetisi ini demi pundi-pundi uang yang lebih banyak.

Dalam kompetisi yang telah bergulir sejauh ini, sebanyak apapun uang, klub elite Eropa belum punya jaminan lolos ke Liga Champions. Contohnya saja Manchester United yang sempat terlempar dari zona empat besar beberapa tahun lalu.

Namun dalam European Super League, Manchester United dan klub pendiri lainnya akan terus aman mengikuti kompetisi tersebut.

Seburuk-buruknya Arsenal dan sehancur-hancurnya Tottenham, mereka pun akan tetap ikut serta di European Super League karena berstatus sebagai klub perintis.

European Super League menawarkan pembagian keuntungan yang lebih besar untuk klub-klub anggotanya dibandingkan kompetisi di bawah UEFA selama ini. Nilai jualnya jelas, big match yang terus terjadi di tiap pekannya, bahkan sejak babak penyisihan.

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam

Dengan 20 klub pilihan, duel-duel seperti Juventus vs Manchester City, Barcelona vs Liverpool, laga big match lainnya akan lebih sering terjadi. Apalagi European Super League terlebih dulu memainkan babak penyisihan sehingga durasi big match bisa berlangsung selama setahun penuh.

Namun format ini jelas membuat pagar dan batas yang jelas antara klub kaya dan klub-klub semenjana. Puluhan klub Eropa bakal saling sikut hanya demi mendapatkan lima slot yang disisakan oleh mereka para kelompok elite.

Format Liga Champions saat ini sendiri sejatinya sudah memberikan ruang yang lebih besar dan proporsional bagi klub elite dan negara yang liganya dianggap liga populer di Eropa.

Klub-klub dari Inggris, Spanyol, Jerman, dan Italia punya hak meloloskan empat wakil. Sedangkan Kosovo hanya punya hak meloloskan satu wakil. Drita yang jadi juara Liga Kosovo 2019/2020 pun harus memulai perjalanan mereka dari babak paling awal yaitu preliminary round.

UEFA sudah berusaha mengatur agar format proporsional. UEFA ingin tiap klub di Eropa tetap punya kesempatan untuk tampil di kompetisi level tertinggi namun mereka juga berusaha menjaga mutu kompetisi di level tertinggi dengan memberikan slot lebih banyak bagi liga-liga elite di Eropa.

Dengan format European Super League, klub-klub asal San Marino, Georgia, Finlandia, bahkan mungkin liga yang masuk level menengah seperti Swedia, Turki, dan Ukraina tidak akan bisa untuk sekadar bermimpi main di level elite.

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam

Gagasan Liga Super Eropa sendiri sudah berkembang sejak 90-an. Namun saat itu format masih sekadar dalam batas ancaman dan tekanan untuk UEFA. Perkembangan format Liga Champions dan penambahan peserta di dalamnya jadi jawaban UEFA atas tekanan tersebut.

Namun di European Super League kali ini, klub elite Eropa sudah melangkah lebih jauh dibandingkan sekadar coba memberikan tekanan atau tuntutan pada UEFA.

Ancaman European Super League ini langsung ditanggapi serius oleh UEFA. UEFA sudah bergandengan tangan dengan induk sepak bola tiap negara, dan juga dengan FIFA.
UEFA pun berani memastikan bila European Super League berjalan, para klub peserta tidak akan boleh mengikuti kompetisi domestik. Para pemain yang terlibat di dalamnya pun tidak boleh bermain di Piala Eropa dan Piala Dunia.

Selama ancaman tersebut benar-benar ditegaskan dan selama barisan di dalamnya tetap rapat dan berpegangan tangan, laga European Super League akan sulit untuk benar-benar digelar.

Posisi klub elite dalam European Super League saat ini jelas. Mereka tetap ingin berpartisipasi di kompetisi domestik namun ingin punya waktu berlaga di European Super League pada tengah pekan.

Selama European Super League tidak masuk kalender UEFA, European Super League tak ubahnya seperti tarkam yang tidak digelar di bawah naungan badan resmi.

Klub-klub elite itu ingin mendapat pemasukan tambahan, yang jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya, sekaligus coba mendorong kompetisi tarkam ini akhirnya mendapat dukungan, setidaknya dari asosiasi sepak bola masing-masing klub elite tersebut.

Dengan posisi saling mengancam, jelas menarik untuk melihat pergerakan yang bakal terjadi dalam beberapa bulan ke depan.

Andai klub elite benar-benar berani mengabaikan ancaman tegas yang beredar, mereka akan tetap lurus pada pendirian dan menggelar European Super League terhitung pada 2023/2024.

Dari segi pemasukan lewat hak siar dan iklan, kompetisi ini berpotensi mendulang keuntungan sangat besar. Belum lagi potensi penonton yang tetap banyak di luar Eropa.

Namun mereka juga harus bersiaga mempersiapkan perangkat pertandingan sendiri andai UEFA dan FIFA melarang wasit-wasit berlisensi bertugas di sana.

Selain itu, selama sanksi UEFA dan FIFA berlaku tegas, pemberontakan dari pemain tentu tak akan bisa dielakkan begitu saja. Bakal banyak pemain yang keberatan bila harus menghadapi larangan membela tim nasional demi pemasukan klub mereka yang lebih banyak.

Sikap tegas dari Asosiasi Sepak Bola tiga negara tersebut juga diperlukan. Mereka harus benar-benar siap kehilangan tim-tim yang selama ini jadi simbol dan jualan utama kompetisi mereka.

Premier League harus siap kehilangan 'Big Six', Serie A harus siap tanpa Juventus, AC Milan, dan Inter Milan, sedangkan La Liga harus siap berjalan dengan ketidakberadaan Real Madrid, Barcelona, dan Atletico Madrid.

Saat kedua belah pihak menarik garis tegas, seharusnya UEFA dan FIFA yang akan tetap menang, namun ketika mulai ada pihak-pihak yang goyah dan ingin 'berjabat tangan' dengan European Super League, di situlah European Super League benar-benar bisa jadi ancaman dibandingkan sekadar turnamen kelas tarkam.

European Super League, Klub Kaya Eropa Mengancam Lewat Tarkam


Sumber: CNNIndonesia.com
Sambelterasi052Avatar border
Sambelterasi052 memberi reputasi
1
586
0
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan