- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Penemuan Baru Menuju Industri Hijau Peleburan Baja , Prosesnya Lebih Ramah Lingkungan


TS
cyoga17
Penemuan Baru Menuju Industri Hijau Peleburan Baja , Prosesnya Lebih Ramah Lingkungan
Article by cyoga17 on April 13, 2021, 11:24 PM

Industri Pembuatan Besi dan Baja
Kebanyakan orang mengenal industri peleburan baja identik dengan gas buang yang beracun, melakukan produksi dengan suhu tinggi, dan pastinya yang paling mudah dilihat orang awam adalah polusi udara dari gas buangnya. Pandangan ini sudah menjadi hal yang wajar karena memang dalam proses steelmaking pasti berurusan dengan CO dan menghasilkan gas buang. Tidak heran bahwa industri besi dan baja ini menyumbang 7-9% dari total emisi CO2 di seluruh dunia, angkanya cukup lumayan karena hampir mendekati 10% sendiri dengan perbandingan seluruh dunia.
Selain gas CO2 masih ada hal lainnya yang mungkin mengganggu teman teman aktivis lingkungan yaitu dalam produksi besi dan baja pasti menggunakan kokas yang berfungsi untuk mereduksi logam pada proses. Kokas yang digunakan biasanya didominasi oleh batubara. Kita semua paham bahwa batubara ini merupakan material non renewable dan gas buangnya mencemari lingkungan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa batubara ini merupakan bahan bakar yang paling murah dan menghasilkan energi yang besar sehingga tidak heran jika banyak digunakan di banyak sektor industri. Penggunaan cokenya tidak main main, dalam sekali produksi bisa habis sampai 200- 300kg belum jika produksinya kontinyu dan dikali dalam skala waktu panjang.

Source Image : voi.id
Teknologi Baru Untuk Mengurangi Emisi Gas Buang
Teori untuk menanggulangi diatas sebenarnya sudah ada dan banyak sekali hipotesis dan tulisan yang menjelaskan tentang pengganti batubara sebagai bahan bakar. Baru baru ini ada perkembangan yang menjelaskan tentang penggunaan hidrogen dalam Blast Furnace. Penggunaannya sudah sampai ke tahap percobaan dan sudah diuji , namun hal ini masih memerlukan beberapa rangkaian uji lagi sehingga sampai di tahap produksi skala komersial.
Dilansir dari steel 360.com bahwa ThyssenKrup Steel Europe telah melakukan percobaan penggunaan hidrogan pada blast furnace. Salah satu dari 28 tungku disuntikan hidrogen sebagai bahan bakarnya dan sisanya menggunakan batu bara. Hasilnya adalah gas buang yang biasanya CO bisa menjadi uap air dan ada penghematan CO sekitar 20%. Hal ini sudah bisa dilakukan jika pada skala produksi. Ini merupakan langkah pertama menuju indusrti besi dan baja yang ramah lingkungan. Hal ini bisa diwujudkan dengan banyaknya penelitian dan pengembangan terkait teknologi dalam pembuatan besi dan baja itu sendiri. Namun ada kekurangan pada percobaan tersebut yakni bahwa hidrogen belum bisa digunakan sepenuhnya dan masih harus tetap dicampur dengan injeksi kokas.

Source Image : Blast Furnace
Kondisi Industri Di Negara Indonesia
Mari kita melihat bagaimana perkembangan industri pembuatan besi dan baja di dalam negeri. Industri pembuatan besi dan baja di Indonesia sendiri sudah ada namun perkembangannya masih belum pesat. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka impor besi dari luar negeri. Sumber Daya Alamnya memang melimpah, ketersediaan bijih besi disana sini tidak sulit ditemukan Di Indonesia namun perkembangan teknologi pengolahnya masih merangkak. Menurut pribadi masih jauh ketika harus mengembangkan teknologi ke arah ramah lingkungan karena ketika kapasistas pabriknya dibandingkan diluar Indonesia masih kalah jauh. Anehnya ketika berbicara tentang sumber daya maupun cadangannya jauh lebih besar dari negara luar. Mungkin langkah yang bisa dilakukan dalam jangka pendek adalah meningkatkan penelitian dan pengembangan di bidang logam terutama pada industri pembuatan besi dan baja sehingga bisa mendorong perkembangan teknologi yang lebih maju.
Source
www.steel-360.com
Perkembangan Industri Besi Baja
Voi.id

Industri Pembuatan Besi dan Baja
Kebanyakan orang mengenal industri peleburan baja identik dengan gas buang yang beracun, melakukan produksi dengan suhu tinggi, dan pastinya yang paling mudah dilihat orang awam adalah polusi udara dari gas buangnya. Pandangan ini sudah menjadi hal yang wajar karena memang dalam proses steelmaking pasti berurusan dengan CO dan menghasilkan gas buang. Tidak heran bahwa industri besi dan baja ini menyumbang 7-9% dari total emisi CO2 di seluruh dunia, angkanya cukup lumayan karena hampir mendekati 10% sendiri dengan perbandingan seluruh dunia.
Selain gas CO2 masih ada hal lainnya yang mungkin mengganggu teman teman aktivis lingkungan yaitu dalam produksi besi dan baja pasti menggunakan kokas yang berfungsi untuk mereduksi logam pada proses. Kokas yang digunakan biasanya didominasi oleh batubara. Kita semua paham bahwa batubara ini merupakan material non renewable dan gas buangnya mencemari lingkungan, namun tidak dapat dipungkiri bahwa batubara ini merupakan bahan bakar yang paling murah dan menghasilkan energi yang besar sehingga tidak heran jika banyak digunakan di banyak sektor industri. Penggunaan cokenya tidak main main, dalam sekali produksi bisa habis sampai 200- 300kg belum jika produksinya kontinyu dan dikali dalam skala waktu panjang.

Source Image : voi.id
Teknologi Baru Untuk Mengurangi Emisi Gas Buang
Teori untuk menanggulangi diatas sebenarnya sudah ada dan banyak sekali hipotesis dan tulisan yang menjelaskan tentang pengganti batubara sebagai bahan bakar. Baru baru ini ada perkembangan yang menjelaskan tentang penggunaan hidrogen dalam Blast Furnace. Penggunaannya sudah sampai ke tahap percobaan dan sudah diuji , namun hal ini masih memerlukan beberapa rangkaian uji lagi sehingga sampai di tahap produksi skala komersial.
Dilansir dari steel 360.com bahwa ThyssenKrup Steel Europe telah melakukan percobaan penggunaan hidrogan pada blast furnace. Salah satu dari 28 tungku disuntikan hidrogen sebagai bahan bakarnya dan sisanya menggunakan batu bara. Hasilnya adalah gas buang yang biasanya CO bisa menjadi uap air dan ada penghematan CO sekitar 20%. Hal ini sudah bisa dilakukan jika pada skala produksi. Ini merupakan langkah pertama menuju indusrti besi dan baja yang ramah lingkungan. Hal ini bisa diwujudkan dengan banyaknya penelitian dan pengembangan terkait teknologi dalam pembuatan besi dan baja itu sendiri. Namun ada kekurangan pada percobaan tersebut yakni bahwa hidrogen belum bisa digunakan sepenuhnya dan masih harus tetap dicampur dengan injeksi kokas.

Source Image : Blast Furnace
Kondisi Industri Di Negara Indonesia
Mari kita melihat bagaimana perkembangan industri pembuatan besi dan baja di dalam negeri. Industri pembuatan besi dan baja di Indonesia sendiri sudah ada namun perkembangannya masih belum pesat. Hal ini yang menyebabkan tingginya angka impor besi dari luar negeri. Sumber Daya Alamnya memang melimpah, ketersediaan bijih besi disana sini tidak sulit ditemukan Di Indonesia namun perkembangan teknologi pengolahnya masih merangkak. Menurut pribadi masih jauh ketika harus mengembangkan teknologi ke arah ramah lingkungan karena ketika kapasistas pabriknya dibandingkan diluar Indonesia masih kalah jauh. Anehnya ketika berbicara tentang sumber daya maupun cadangannya jauh lebih besar dari negara luar. Mungkin langkah yang bisa dilakukan dalam jangka pendek adalah meningkatkan penelitian dan pengembangan di bidang logam terutama pada industri pembuatan besi dan baja sehingga bisa mendorong perkembangan teknologi yang lebih maju.
Source
www.steel-360.com
Perkembangan Industri Besi Baja
Voi.id


andrerain5 memberi reputasi
1
906
4


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan