- Beranda
- Komunitas
- Entertainment
- The Lounge
Tidak Mempan Menasihati Orang Lain? Mungkin Caramu Yang Salah, Gansis!


TS
ikhwan.abas
Tidak Mempan Menasihati Orang Lain? Mungkin Caramu Yang Salah, Gansis!

Pixabay.com
Pentingnya menasihati
Menasihati tetangga dan kerabat, adik, anak, atau istri sendiri adalah hal yang penting untuk dilakukan supaya orang-orang yang kita sayangi tidak terjerumus pada hal-hal negatif lebih jauh lagi. Entah itu dengan cara halus atau kasar, tujuannya adalah membuat orang yang bersangkutan dapat mengambil hikmah baik dari apa yang kita utarakan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun cara yang kasar sepertinya kurang tepat, ya. Hal ini cenderung menimbulkan konflik dan perselisihan diantara kedua belah pihak. Mereka cenderung tidak menerima sebuah nasihat jika disampaikan dengan nada tinggi walaupun tujuannya baik. Seperti memberikan sebuah apel kepada orang lain, namun kita melemparkannya dengan sangat kencang hingga membuat kepalanya benjol. Apakah dia akan menerima apel itu?
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, menasihati adalah hal yang sulit diterima oleh semua orang. Sederhananya, nasihat dari orang tua pun apakah kita bisa terima semuanya? Justru kita merasa kesal, bukan?
Menempelkan nasihat pada diri sendiri
Lantas kita harus bagaimana? Apakah ada cara lain? Jawabannya adalah ada, Gansis! Sebuah cara yang tepat untuk menegur atau memberi tahu seseorang tanpa memicu konflik atau persilisihan diantara kalian adalah dengan cara mencontohkan. Terdengar simpel, kan? Tapi dampaknya sangat berbeda dengan nasihat yang diberikan secara lisan, loh!
Caranya juga mudah, kok. Berbeda dengan menasihati yang hanya memberikan perkataan-perkataan yang bernada perintah, mencontohkan adalah membuat sebuah nasihat itu ada dalam diri kita sehingga mereka melihat, berfikir, dan memperbaiki dirinya sendiri dengan bentuk intropeksi. Ngerti, kan? Sederhananya biarkan mereka yang merubah dirinya sendiri setelah melihat kita yang sabar, rajin, dan lain-lain. Dengan cara ini, kemungkinan yang terjadi ada dua. Dia akan acuh dan tidak peduli, atau mereka akan meniru kita dengan perlahan. Itu lebih baik, kan? Mengurangi resiko konflik.
Dampak keduanya
Cara mencontohkan ini juga tidak akan membuat orang lain tersinggung, benar? Seseorang merasa tersinggung karena telah dipermalukan atau direndahkan didepan publik. Ketika ingin memberi tahu orang yang buang sampah sembarangan, misalnya. Jika kita menasihatinya, baik secara halus atau tidak (apalagi di indonesia, ya) mereka cenderung berontak, benar? Berbeda dengan mencontohkan, lambat laun mereka akan berfikir dengan sendirinya.
Kemungkinan yang akan terjadi pun berbeda antara menasihati dengan mencontohkan, Gansis! Mereka yang menerima nasihat dapat menerima (walaupun sangat jarang, sih), munafik dalam artian menerima didepan namun mengumpat di belakang, atau bahkan memberontak. Berbeda sekali dengan mencontohkan yang tidak akan menimbulkan konflik sama sekali.
Studi kasus
Reza dan Dian adalah tipe orang yang berbeda. Reza selalu menasihatimu sedangkan Dian tidak pernah. Dian hanya sibuk memperbaiki dirinya sendiri dan kamu tidak tahu apa yang dipikirkannya.
Saat di kelas, Reza selalu berkata, "Hey! Kamu harus rajin belajar, dong! Itu kan demi masa depanmu sendiri!" Padahal seperti yang kamu tahu, Reza pun tidak pernah belajar. Walaupun nasihatnya memiliki pesan yang baik, namun apakah hati kamu menjadi tergerak untuk belajar?
Bandingkan dengan
Dian terlihat sedang membaca bukunya. Akhir-akhir ini dia memang terlihat sangat rajin. Dia pun sering bertanya ketika sesi tanya jawab tiba. Bukan hanya itu, caranya berbicara semakin halus dan sopan sekali. Berbeda denganmu yang nilainya semakin jelek dan selalu menyinggung orang-orang. Apakah kamu ada keinginan untuk berubah seperti Dian?
Sudah mengerti, kan? Kalau belum silahkan muat pertanyaanmu di kolom komentar, ya.
Saran penulis, jika ingin menasihati, sodorkanlah dengan cara yang baik, halus dan tidak menyinggung perasaannya. Memberikan sebuah apel yang enak tidak harus dengan melemparkannya dengan keras hingga si penerima menjadi benjol, kan?
Namun sebaiknya dilakukan dengan cara mencontohkannya juga, sih. Cara itu cukup ampuh sejauh pengamatan penulis. Jika ingin memberi tahu kepada tetangga yang tidak sabaran, berikanlah contoh sikap penyabar dalam diri kita terlebih dulu. Jangan seperti, "KAMU HARUS SABAR DONG! JANGAN MARAH-MARAH!" Tetapi kamu mengutarakannya dengan berapi-api.
Menasihati tetangga dan kerabat, adik, anak, atau istri sendiri adalah hal yang penting untuk dilakukan supaya orang-orang yang kita sayangi tidak terjerumus pada hal-hal negatif lebih jauh lagi. Entah itu dengan cara halus atau kasar, tujuannya adalah membuat orang yang bersangkutan dapat mengambil hikmah baik dari apa yang kita utarakan dan mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
Namun cara yang kasar sepertinya kurang tepat, ya. Hal ini cenderung menimbulkan konflik dan perselisihan diantara kedua belah pihak. Mereka cenderung tidak menerima sebuah nasihat jika disampaikan dengan nada tinggi walaupun tujuannya baik. Seperti memberikan sebuah apel kepada orang lain, namun kita melemparkannya dengan sangat kencang hingga membuat kepalanya benjol. Apakah dia akan menerima apel itu?
Berdasarkan pengalaman dan pengamatan penulis, menasihati adalah hal yang sulit diterima oleh semua orang. Sederhananya, nasihat dari orang tua pun apakah kita bisa terima semuanya? Justru kita merasa kesal, bukan?
Menempelkan nasihat pada diri sendiri
Lantas kita harus bagaimana? Apakah ada cara lain? Jawabannya adalah ada, Gansis! Sebuah cara yang tepat untuk menegur atau memberi tahu seseorang tanpa memicu konflik atau persilisihan diantara kalian adalah dengan cara mencontohkan. Terdengar simpel, kan? Tapi dampaknya sangat berbeda dengan nasihat yang diberikan secara lisan, loh!
Caranya juga mudah, kok. Berbeda dengan menasihati yang hanya memberikan perkataan-perkataan yang bernada perintah, mencontohkan adalah membuat sebuah nasihat itu ada dalam diri kita sehingga mereka melihat, berfikir, dan memperbaiki dirinya sendiri dengan bentuk intropeksi. Ngerti, kan? Sederhananya biarkan mereka yang merubah dirinya sendiri setelah melihat kita yang sabar, rajin, dan lain-lain. Dengan cara ini, kemungkinan yang terjadi ada dua. Dia akan acuh dan tidak peduli, atau mereka akan meniru kita dengan perlahan. Itu lebih baik, kan? Mengurangi resiko konflik.
Dampak keduanya
Cara mencontohkan ini juga tidak akan membuat orang lain tersinggung, benar? Seseorang merasa tersinggung karena telah dipermalukan atau direndahkan didepan publik. Ketika ingin memberi tahu orang yang buang sampah sembarangan, misalnya. Jika kita menasihatinya, baik secara halus atau tidak (apalagi di indonesia, ya) mereka cenderung berontak, benar? Berbeda dengan mencontohkan, lambat laun mereka akan berfikir dengan sendirinya.
Kemungkinan yang akan terjadi pun berbeda antara menasihati dengan mencontohkan, Gansis! Mereka yang menerima nasihat dapat menerima (walaupun sangat jarang, sih), munafik dalam artian menerima didepan namun mengumpat di belakang, atau bahkan memberontak. Berbeda sekali dengan mencontohkan yang tidak akan menimbulkan konflik sama sekali.
Studi kasus
Reza dan Dian adalah tipe orang yang berbeda. Reza selalu menasihatimu sedangkan Dian tidak pernah. Dian hanya sibuk memperbaiki dirinya sendiri dan kamu tidak tahu apa yang dipikirkannya.
Saat di kelas, Reza selalu berkata, "Hey! Kamu harus rajin belajar, dong! Itu kan demi masa depanmu sendiri!" Padahal seperti yang kamu tahu, Reza pun tidak pernah belajar. Walaupun nasihatnya memiliki pesan yang baik, namun apakah hati kamu menjadi tergerak untuk belajar?
Bandingkan dengan
Dian terlihat sedang membaca bukunya. Akhir-akhir ini dia memang terlihat sangat rajin. Dia pun sering bertanya ketika sesi tanya jawab tiba. Bukan hanya itu, caranya berbicara semakin halus dan sopan sekali. Berbeda denganmu yang nilainya semakin jelek dan selalu menyinggung orang-orang. Apakah kamu ada keinginan untuk berubah seperti Dian?
Quote:
***
Sudah mengerti, kan? Kalau belum silahkan muat pertanyaanmu di kolom komentar, ya.
Saran penulis, jika ingin menasihati, sodorkanlah dengan cara yang baik, halus dan tidak menyinggung perasaannya. Memberikan sebuah apel yang enak tidak harus dengan melemparkannya dengan keras hingga si penerima menjadi benjol, kan?
Namun sebaiknya dilakukan dengan cara mencontohkannya juga, sih. Cara itu cukup ampuh sejauh pengamatan penulis. Jika ingin memberi tahu kepada tetangga yang tidak sabaran, berikanlah contoh sikap penyabar dalam diri kita terlebih dulu. Jangan seperti, "KAMU HARUS SABAR DONG! JANGAN MARAH-MARAH!" Tetapi kamu mengutarakannya dengan berapi-api.
Sumber : Opini pribadi




Diubah oleh ikhwan.abas 15-04-2021 17:45
0
563
2


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan