Apparent Death Atau Mati Suri Pada Hewan & Penjelasan Ilmiahnya

Beranda
Komunitas
Hobby
Hewan Peliharaan
Apparent Death Atau Mati Suri Pada Hewan & Penjelasan Ilmiahnya

andrerain5

04-04-2021 15:25

Apparent Death Atau Mati Suri Pada Hewan & Penjelasan Ilmiahnya

sumber gambar

Hai gan, Hai sist.
Ketemu lagi dengan ane dimari, apa kabar hari ini? Semoga selalu baik-baik saja dan yang sedang dalam keadaan tidak baik, semoga menjadi lebih baik lagi. Aamiin.

Agan dan sista seranah kaskus raya pernah gak nemuin hewan yang lagi pura-pura mati? Mungkin pernah yaa, kalau belum pernah ane mau coba kasih tau nih istilah ilmiahnya. Mari kita simak!

Bentuk penipuan hewan ini adalah perilaku adaptif yang juga dikenal sebagai imobilitas tonikatau thanatosis. Kematian nyata dapat digunakan sebagai mekanisme pertahanan atau sebagai bentuk mimikri agresif, dan terjadi pada berbagai jenis hewan.

Ketika diinduksi oleh manusia, keadaan ini terkadang dalam bahasa sehari-hari dikenal sebagai hipnosis hewan. Menurut Gilman et al, penyelidikan "hipnosis hewan" berasal dari tahun 1646 dalam laporan Athanasius Kircher

Imobilitas tonik (TI) adalah perilaku di mana beberapa hewan menjadi lumpuhsementara dan tidak responsif terhadap rangsangan eksternal. Dalam kebanyakan kasus, hal ini terjadi sebagai respons terhadap ancaman ekstrem seperti ditangkap oleh predator (yang dianggap). Namun, pada hiu yang menunjukkan perilaku tersebut, beberapa ilmuwan mengaitkannya dengan perkimpoian, dengan alasan bahwa menggigit oleh jantan melumpuhkan betina dan dengan demikian memfasilitasi perkimpoian.

Terlepas dari penampilannya, hewan itu tetap sadar selama imobilitas tonik. Bukti untuk ini termasuk gerakan responsif sesekali, pemindaian lingkungan dan hewan di TI yang sering memanfaatkan peluang melarikan diri.

Quote:

Spoiler for :

Pada Hiu

sumber gambar

Beberapa hiu dapat menyebabkan imobilitas tonik dengan membalikkannya dan menahannya dengan tangan, misalnya hiu dogfish , hiu lemon , hiu karang whitetip . Untuk hiu macan (berukuran panjang 3-4 meter), imobilitas tonik dapat disebabkan oleh manusia yang meletakkan tangan mereka secara ringan di sisi moncong hewan di area sekitar mata. Selama tonik imobilitas pada hiu, sirip punggung tegak, dan keduanya bernapas dan kontraksi otot menjadi lebih stabil dan rileks. Keadaan ini berlangsung rata-rata selama 15 menit sebelum pemulihan dan dimulainya kembali perilaku aktif. Para ilmuwan telah memanfaatkan tanggapan ini untuk mempelajari perilaku hiu; pengusir hiu kimiawi telah dipelajari untuk menguji keefektifannya dan untuk memperkirakan ukuran dosis, konsentrasi, dan waktu pemulihan secara lebih akurat. Imobilitas tonik juga dapat digunakan sebagai bentuk anestesi ringan selama manipulasi eksperimental hiu.

Para ilmuwan juga percaya bahwa imobilitas tonik dapat menjadi pengalaman stres bagi hiu. Dengan mengukur sampel kimiawi darah saat hiu tidak bergerak, diketahui bahwa imobilitas tonik benar-benar dapat memberi tekanan pada hiu, dan mengurangi efisiensi pernapasan. Namun, telah diusulkan juga bahwa hiu memiliki serangkaian mekanisme kompensasi yang bekerja untuk meningkatkan laju pernapasan dan menurunkan stres.

Telah diamati bahwa orca dapat memanfaatkan imobilitas tonik hiu untuk memangsa hiu besar. Beberapa orcas ram sharks dari samping untuk membuat mereka pingsan, lalu membalikkan hiu untuk menyebabkan imobilitas tonik dan menjaga mereka dalam keadaan seperti itu untuk waktu yang lama. Bagi sebagian hiu, hal ini mencegah air mengalir melalui insangnya dan akibatnya bisa fatal.

Pada Ikan Teleost

sumber gambar

Goldfish , trout , rudd , tench , brown bullhead , medaka , paradise fish , dan topminnow telah dilaporkan lemas ketika mereka ditahan di punggung mereka. Oscar tampaknya mengalami syok saat stres (misalnya saat akuarium dibersihkan): mereka berbaring miring, berhenti menggerakkan siripnya, mulai bernapas lebih lambat dan dalam, dan kehilangan warna. Perilaku serupa telah dilaporkan untuk narapidana di lapangan.

Pada Reptil

sumber gambar

Imobilitas tonik dapat diinduksi dengan andal pada iguana dengan kombinasi inversi, pengekangan, dan tekanan sedang. Selama TI, terjadi perubahan yang jelas pada respirasi termasuk penurunan kecepatan respirasi, irama menjadi sporadis, dan besarannya tidak teratur. Periode TI yang berkepanjangan tampaknya tidak konsisten dengan hipotesis ketakutan, tetapi bisa jadi merupakan akibat dari periode depresi kortikal karena aktivitas batang otak yang meningkat.

Imobilitas tonik juga dapat diinduksi di Carolina anole . Karakteristik dari TI ini bervariasi sebagai fungsi dari durasi dan kondisi penangkaran.

Pada Kelinci

sumber gambar

Pada tahun 2006, satu penelitian pada kelinci mencoba menemukan hubungan antara keadaan stres yang dimotivasi rasa takut dan beberapa respons fisiologis yang disebabkan oleh imobilitas tonik. Para peneliti mengamati peningkatan detak jantung dan pernapasan segera setelah periode imobilitas tonik, dan sementara ini terdiri dari reaksi fisiologis yang diharapkan terhadap perubahan posisi mendadak, data tetap digunakan untuk memajukan kesimpulan bahwa meskipun munculnya relaksasi yang dalam, kelinci sebenarnya takut akan nyawanya. Sementara studi tersebut gagal untuk mengeksplorasi mengapa kelinci tampaknya menikmati induksi diri dari imobilitas tonik dan kadang-kadang ditemukan tidur telentang, sekarang secara rutin dikutip untuk mendukung gagasan bahwa kelinci sebenarnya membenci apa yang tampaknya mereka nikmati. Para peneliti mengizinkan induksi imobilitas tonik pada kelinci yang sesuai untuk prosedur kedokteran hewan tertentu, karena risikonya lebih kecil daripada anestesi.