Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

ronnie158Avatar border
TS
ronnie158
GENERASI MUDA YANG DANGKAL

Kita kemarin kita sudah banyak melihat pertunjukan pertunjukan bagaimana buruknya pemahaman generasi muda indonesia dalam hal etika bersosial media.
Mulai fenomena viralnya mang Ade Londok dengan jargonya Odading Mang Oleh yang memakai kata kata kasar dalam kontenya.

Kemudian kita di tunjukan bagaimana survei Microsoft yang menilai Indonesia sangat buruk dalam hal etika bersosial media yang berujung di tutupnya kolom komentar milik Microsoft di salah satu platform sosial media karna diserang oleh Netizen Indonesia.

Dan yang terakhir lagi anget angetnya adalah ketika ada postingan anak seorang pecatur Indonesia yang katanya akunnya di blokir oleh chess.com karna dianggap curang karna memenangkan pertandingan ayahnya yaitu Om Dadang dengan akun Dewa Kipas melawan salah satu akun youtuber ternama yang berujung penyerangan oleh Netizen indonesia.

Lalu apa yang salah, apa sebenarnya yang membuat kita lupa dan enggan beretika dalam bersosial media maupun besosialisasi di dunia nyata dan cendrung mudah untuk menyerang dengan kata kata kasar, memakai kata umpatan yang seharusnya tidak pantas di ucapkan oleh orang orang indonesia yang dulu terkenal dengan keramahtamahannya?

Dikutip dari rumahfilsafat.com

Indonesia berada dalam krisis / darurat filsafat,
Ya... kita memang sedang darurat akal sehat.


Dalam banyak hal, Indonesia memang sedang darurat akal sehat. Itu berarti kita sedang darurat filsafat, karena filsafat merupakan alat utama untuk mengembangkan akal sehat manusia. Filsafat pula yang melahirkan pemikiran-pemikiran besar yang mengubah dunia. Di peradaban Eropa, filsafat yang melahirkan ilmu pengetahuan modern dan teknologi, sebagaimana bisa dirasakan sekarang ini.

Filsafat, Agama dan Ilmu Pengetahuan

Di Indonesia, filsafat nyaris tak mendapat tempat. Kita lebih terpukau dengan agama dan ilmu pengetahuan modern. Ada dua masalah disini. Pertama, agama selalu berpijak pada kepercayaan mutlak terhadap tradisi, sehingga kerap kali menutup akal sehat dan pemikiran kritis. Ini merupakan salah satu sebab berkembangnya radikalisme agama di Indonesia sekarang ini.

Dua, ilmu pengetahuan seringkali terlalu sempit lingkupnya, sehingga tidak mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan dasar hidup manusia, seperti tujuan dan makna keberadaan kita di dunia ini. Ilmu pengetahuan telah menjadi begitu terspesialisasi sekarang ini, sehingga buta terhadap hal-hal lain yang bukan bidangnya. Ini menciptakan masalah tersendiri, tidak hanya bagi perkembangan hidup pribadi sebagai manusia, tetapi juga bagi masyarakat secara keseluruhan.

Filsafat menjadi jalan keluar dari dua masalah ini. Filsafat mengajak manusia untuk berpikir tentang hal-hal besar di dalam hidup, seperti tujuan, makna dan keberadaan semesta itu sendiri. Pendekatan filsafat juga bersifat rasional, logis, sistematis dan kritis. Ini tentunya merupakan obat manjur untuk melawan segala bentuk radikalisme agama-ideologi, maupun kesempitan berpikir.

Berpikir dan Berargumen

Di ruang publik Indonesia, perdebatan seringkali bermuara pada pertengkaran. Ini terjadi, karena banyak orang tidak mampu berpikir secara runtut dan rasional, serta tidak mampu menyampaikan pemikiran mereka dengan cara-cara yang beradab. Emosi pun mengisi hati dan kata-kata. Jika sudah begitu, konflik pun tak bisa dihindari.

Dalam hal ini, filsafat bisa membantu dalam dua hal. Pertama, filsafat mengajarkan orang untuk berpikir secara runtut, logis, rasional dan kritis. Jika kemampuan ini tersebar, maka ini sudah merupakan kemajuan besar untuk Indonesia. Perdebatan di masyarakat luas, terutama terkait dengan kepentingan banyak orang, bisa dilakukan dengan cara-cara yang beradab.

Perkembangan Jaman

Dalam banyak hal, Indonesia selalu ketinggalan dari negara lain. Ini terjadi, karena kita jarang sekali mengikuti perkembangan filsafat, ilmu pengetahuan dan teknologi yang terjadi. Pun jika kita akhirnya mengikuti kemajuan yang ada, kita sudah tertinggal. Alhasil, kita justru mendapatkan dampak-dampak negatif dari perubahan jaman, mulai dari perubahan iklim, krisis energi sampai dengan krisis moralitas (terbelakang dalam menghadapi perubahan jaman).

Filsafat dapat membantu kita untuk keluar dari keterbelakangan ini. Tema-tema yang dikembangkan filsafat selalu sesuai dengan perkembangan jaman, mulai dari soal hubungan politik dan agama, soal lingkungan hidup, etika aborsi sampai dengan diskusi soal kecerdasan buatan. Semua tema ini dibicarakan dengan rasional, sistematis dan kritis di dalam filsafat. Ini merupakan sebuah proses pendidikan yang berharga untuk masyarakat Indonesia, supaya bisa menyingkapi berbagai semua perubahan yang terjadi secara tepat dan jernih.

Hidup yang Bermutu

Karena miskin pemahaman, banyak orang di Indonesia kacau hidupnya. Di satu sisi, ada orang-orang yang gila harta dan kuasa. Mereka melakukan segala cara untuk memperoleh kekuasaan dan uang, termasuk dengan korupsi. Ini dengan mudah dilihat di panggung pemilihan Presiden Indonesia sekarang ini.

Di sisi lain, banyak orang yang terjebak ke dalam radikalisme agama. Pemahaman mereka tentang agama sangat terbelakang, bahkan merusak. Mereka menjadi intoleran terhadap perbedaan, dan bahkan terjebak ke dalam terorisme. Dewasa ini, Indonesia memang terserang dua virus mematikan, yakni neoliberalisme dan radikalisme agama.

Filsafat bisa menjadi jalan keluar dari semua ini. Filsafat mengajak orang untuk menemukan pola yang hidup yang bermutu, yakni yang memberi kedamaian, baik di tingkat pribadi maupun sosial. Pijakan filsafat bukanlah tradisi yang sudah usang, apalagi yang dilihat sebagai kebenaran mutlak. Pijakan filsafat adalah kejernihan berpikir yang dibangun dalam dialog dengan pemikir-pemikir besar dunia lintas peradaban.

Oleh karena itu, filsafat haruslah menjadi bagian dari pendidikan nasional secara umum, sekaligus diskusi di masyarakat luas di Indonesia. Di titik ini, filsafat yang harus dikembangkan bukanlah filsafat agama tertentu, melainkan filsafat murni yang bersifat lintas peradaban. Jika ini tak diperhatikan, bangsa kita akan pecah, dan akan terus terjebak dalam kebanggaan semu, juga dalam persaingan yang semu dengan bangsa lain.

Indonesia memang sedang darurat filsafat. Ini haruslah menjadi perhatian kita bersama.

https://rumahfilsafat.com/2018/08/27...urat-filsafat/
0
617
8
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan