- Beranda
- Komunitas
- News
- Berita dan Politik
Rupiah KO vs Dolar AS, Tapi Menang vs Eropa-Asia


TS
perojolan13
Rupiah KO vs Dolar AS, Tapi Menang vs Eropa-Asia

Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja rupiah pada pekan ini masih belum membaik, walaupun masih lebih baik dari pekan sebelumnya. Namun, level rupiah masih lebih buruk dibandingkan dengan periode Januari-Februari 2021, bahkan lebih buruk dibandingkan dengan akhir tahun lalu (2020).
Di arena pasar spot, nilai tukar rupiah melemah 0,07% dalam sepekan terakhir. Kini untuk US$ 1 dibanderol di atas Rp 14.400. Sebelumnya pada Rabu dan Kamis (24-25 Maret 2021), nilai tukar rupiah sempat melemah ke Rp 14.420/US$. Sepanjang 2021, rupiah pun sudah terdepresiasi 2,64% terhadap dolar AS.
Walau masih melemah, bukan berarti tidak ada harapan buat rupiah. Pekan ini, depresiasi rupiah lebih landai ketimbang pekan sebelumnya yang sebesar 0,14%. Juga lebih tipis dibandingkan pekan yang berakhir 12 Maret 2021 yakni 0,63%.
Dari dalam negeri, pelemahan rupiah tidak lepas dari tingginya kebutuhan valuta asing (valas) korporasi jelang akhir kuartal I karena kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. Selepas bulan ini, tekanan terhadap rupiah diharapkan mereda karena kebutuhan valas korporasi akan berkurang.
Sementara dari sisi eksternal, ada kecenderungan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tidak lagi 'buas'. Sepanjang pekan ini, yield surat utang pemerintahan Presiden Joseph 'Joe' Biden untuk tenor 10 tahun turun 7,2 basis poin (bp).
Namun, rupiah tidak sendirian. Rata-rata mata uang di Asia juga 'keok' melawan greenback pekan ini. Hanya dua dari sebelas mata uang Benua Kuning yang masih kuat melawan greenback dolar AS.
Berikut perkembangan kurs dolar AS terhadap mata uang Benua Kuning sepanjang pekan ini:
Sementara itu, jika dihadapkan dengan sesama mata uang Asia Pasifik, mayoritas rupiah menang melawan sebelas mata uang Asia Pasifik, yakni menang dengan delapan mata uang Asia dan Australia. Sedangkan sisanya rupiah kalah dengan dolar Hong Kong, won Korea Selatan, dan peso Filipina.
Berikut perkembangan rupiah melawan mata uang Asia-Pasifik pada pekan ini:
Sementara itu di Eropa, rupiah menang telak dengan tiga mata uang Eropa. Menangnya rupiah di hadapan mata uang Eropa kemungkinan karena Eropa sedang dilanda gelombang ketiga (third wave) pandemi virus corona (Covid-19) pada pekan ini.
Berikut perkembangan kurs mata uang utama Eropa terhadap rupiah pada pekan ini:
Eropa Dilanda Gelombang Ketiga Covid-19, Rupiah Beruntung?

Benua Biru memang lagi-lagi terguncang karena wabah virus corona (Corona Virus Disease-2019/ Covid-19). Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) melaporkan, jumlah pasien positif corona di Eropa per 24 Maret 2021 adalah 43.099.204 orang. Bertambah 207.424 orang dibandingkan hari sebelumnya.
Dalam sepekan terakhir, rata-rata penambahan pasien positif adalah 215.930 orang per hari. Lebih tinggi dibandingkan rata-rata sepekan sebelumnya yaitu 192.688 orang per hari.
Perkembangan ini membuat sejumlah negara kembali memberlakukan kebijakan karantina wilayah. Jerman memperpanjang lockdown hingga 18 April 2021, sehingga masyarakat Negeri Panser terpaksa merayakan musim libur Hari Paskah #dirumaaja.
"Ide penutupan aktivitas masyarakat saat Hari Paskah disusun untuk tujuan yang baik. Kita sangat perlu untuk menghentikan gelombang serangan ketiga (third wave outbreak). Ini adalah tanggung jawab saya seorang, saya memohon maaf kepada seluruh rakyat Jerman," kata Angela Merkel, Kanselir Jerman, sebagaimana diwartakan Reuters.
Prancis juga menerapkan lockdown di tujuh daerah, termasuk ibu kota negara, Paris selama sebulan. Jam malam pun diberlakukan yaitu pukul 19:00.
Pemerintah Belanda juga memperpanjang lockdown hingga 20 April 2021. Warga Negeri Kincir Angin dianjurkan untuk tidak bepergian ke luar negeri sampai 15 Mei 2021. Jam malam juga diberlakukan yaitu pukul 22:00.
"Angka pasien positif corona yang membutuhkan perawatan intensif meningkat. Gelombang serangan ketiga mula terlihat nyata, itu yang membuat kebijakan ini (lockdown) diperpanjang. Kita harus menghadapi ini bersama-sama," kata Mark Rutte, Perdana Menteri Belanda, seperti dikutip Reuters.
Phillip Lane, Kepala Ekonom Bank Sentral Uni Eropa (Europe Central Bank/ECB), mengungkapkan bahwa ekonomi Eropa tahun ini diperkirakan tumbuh 4%. Ini sudah memasukkan faktor lockdown.
Namun Lane memperingatkan bahwa kuartal II-2021 sepertinya bakal lumayan berat. "Sekarang kita akan segera masuk ke kuartal II, yang sepertinya bakal terasa lama," ujarnya kepada CNBC International.
Dinamika ini membuat pelaku pasar mencemaskan prospek pemulihan ekonomi dunia. Ada kemungkinan laju pertumbuhan ekonomi tidak akan secepat perkiraan sebelumnya jika lockdown masih saja terjadi.
Namun, sepertinya rupiah diuntungkan dari third wave Covid-19 di Eropa. Walaupun sentimen pekan ini memburuk, namun nyatanya rupiah mampu melibas tiga mata uang Eropa sepanjang pekan ini.
link
Dari dalam negeri, pelemahan rupiah tidak lepas dari tingginya kebutuhan valuta asing (valas) korporasi jelang akhir kuartal I karena kewajiban pembayaran dividen, utang jatuh tempo, dan sebagainya. Selepas bulan ini, tekanan terhadap rupiah diharapkan mereda karena kebutuhan valas korporasi akan berkurang.
0
450
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan