Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 25 NAMANYA HAMKA
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
Pasar Kliwir. Sebuah pasar tradisional yang menjadi kebanggaan sekaligus tempat komoditas bagi warga Solo. Di tempat itulah berbagai pencarian akan kebutuhan hidup sehari-hari bisa didapatkan. Mulai dari sandang pangan hingga pernak-pernik keperluan lainnya. Bahkan bagi warga yang dari luar Solo datang ke pasar Kliwir merupakan sebuah wisata tersendiri disamping berbelanja untuk kebutuhan juga untuk kesenangan mereka. Bagi orang-orang yang dari jauh datang tentunya mereka datang untuk mendapatkan barang-barang yang di domisili mereka belum tentu bisa didapatkan dengan mudah dan juga perbedaan nominal harga jual yang bisa mereka beli dengan lebih murah baik eceran maupun grosiran.

            Hamka. Sebagai penjual pakaian cukup baginya untuk datang ke kiosnya di lantai dua pasar yang merupakan salah satu pasar traditional terbesar di Jawa itu pukul 8.00 pagi. Tidak seperti pedagang-pedagang yang membutuhkan persiapan yang lebih lagi yang harus datang ke pasar pagi-pagi bahkan ketika masih gelap di jam-jam dini hari layaknya para pedagang sayuran dan bahan-bahan mentah lainnya. Sudah satu tahun lebih semenjak ia lulus sekolah ia dipercaya oleh pamannya untuk menjaga kios pakaian yang menjual khususnya ageman-ageman dengan motif atau jenis berbahan batik. Jarik, lurik, kain batik, kemeja yang sudah jadi, dan beragam jenis pakaian lainnya ada di  kios tempat Hamka berjualan tiap harinya. Sedangkan paman Hamka pun berjualan barang yang sama dan di pasar yang sama hanya berbeda tempat/kios saja.

            “Buk. Titip kios dulu ya. Aku mau dzuhur dulu”, kata Hamka.

            Hamka pamit dan menitipkan kios dagangannya jika nanti ketika ia sedang pergi ke mushola ada pembeli yang datang. Itulah yang sering dilakukannya sebagai suatu kewajiban begitupun juga ketika adzan asar sudah berkumandang. Pemuda itu langsung memenuhi panggilan untuk sholat berjamaah di mushola yang berada di dekat pasar. Kebiasaan lainnya waktu ia di pasar adalah Hamka selalu membawa bekal makan siangnya sendiri dari rumah. Jika ada orang yang mempertanyakan hal ini kepadanya maka ia akan menjawab supaya irit dan tidak boros agar tidak selalu jajan keluar uang. Padahal bukan itulah alasan yang sebenarnya. Alasan yang sesungguhnya adalah bahwasanya anak muda yang seringnya mengenakan kaos oblong berwarna putih itu sejak dari kecil sudah dianugerahi kemampuan untuk bisa melihat hal yang tidak kasat mata. Hamka adalah seorang indigo. Namun kelebihan yang dimiliknya ini juga dibarengi dengan kemauannya yang tinggi dalam belajar dan mendalami agamanya sehingga tidak terlalu berarti dan berlebih-lebihan ia dalam menyikapi kondisinya yang bisa melihat makhluk dari alam lain.

            Hamka adalah seorang pribadi yang ramah dan juga menjunjung adab sopan santun. Ia senantiasa mempraktekan tata krama dan juga pantang dalam mencari musuh. Prilakunya ini membuat orang-orang yang mengenalnya menjadi segan dan berbaik hati kepadanya seperti halnya dirinya yang suka menolong sesama. Hampir semua orang di lingkungannya berada mengenal Hamka dengan baik. Hamka pun juga tahu dengan baik siapa saja orang-orang yang sering ditemuinya. Ia tidak sungkan untuk selalu menjadi orang yang pertama menyapa jika bertemu dengan orang lain bahkan jika itu adalah anak-anak atau pun anak muda yang usianya masih dibawahnya. Namun tidak selalu apa yang ia lihat sebatas apa yang dilihat mata telanjangnya. Mata batinnya turut menangkap wujud lain dari orang-orang yang kerap dijumpainya.

            Meski tidak semuanya nyatanya masih saja ada bahkan banyak orang-orang yang tergiur dengan harta benda serta kekuasaan dan juga kedudukan yang didapatkan secara instan dengan syarat yang tidak wajar. Dari orang-orang yang menggunakan penglaris atau pun pengasihan nampak dengan jelas di mata Hamka wujud-wujud yang jauh dari kata indah untuk dipandang. Ada yang terlihat wujud dari kepalanya menyerupai kepala-kepala binatang. Ada juga yang terlihat sosok dibalik wujud aslinya berupa orang yang sedang pesakitan. Tidak hanya itu ada juga penampakan-penampakan makhluk dari dunia lain yang berenergi negatif yang hadir di sana di tempat yang semestinya bukan tempat mereka. Sosok-sosok itu mengikuti orang-orang yang melakukan pesugihan demi kenikmatan sesaat yang sungguh pasti akan merugikan di akhir masanya.

            Ada sebuah kios yang berukuran lumayan luas hampir 3 kali luas dari kios-kios lainnya. Tempat itu dipergunakan sebagai salon potong rambut dan berbagai macam treatment rambut dan kecantikan lainnya. Ada tiga karyawan wanita yang bekerja melayani kebutuhan pengunjung salon di sana. Tiga perempuan yang masih muda-muda dan berpenampilan cantik serta menggoda. Sementara seorang pemilik salon perempuan berusia sekitar 40an tahun yang penampilannya tidak kalah dari ketiga pekerjanya sebagai pemilik sekaligus bos di tempat yang hampir setiap hari selalu ramai pengunjung itu.

            Tidak hanya para pengunjung yang datang ke sana yang menjadi langganan tempat potong rambut itu tapi juga orang-orang pasar pun menjadikan tempat itu tujuan mereka untuk merapikan penampilan mereka dan juga untuk tujuan-tujuan lainnya. Tapi tidak dengan Hamka. Jika dirasa sudah tiba waktunya untuk memangkas rambutnya ia akan melakukannya di tempat langganannya sejak zaman ia masih kecil dulu ketika ibunya sering membawanya. Tepat di bawah pohon Asem di seberang tempat parkir seorang bapak-bapak tua membuka jasa cukur rambut. Hamka tidak ada masalah dengan teknis/cara memangkas rambut di tempat potong rambut di kios pasar. Tapi yang menjadi fokus perhatiannya adalah sebab yang menjadikan orang-orang begitu senang pergi ke sana. Jelas baginya bahwa ketiga pekerja salon dan juga sang pemilik menjadi daya tarik yang kuat utuk para pengunjung. Terdapat benda-benda khusus yang ditanam di diri mereka yang mengakibatkan layaknya sebuah magnet yang membuat siapa saja yang menikmatinya akan tergoda dan menyandu. Itulah yang dihindari Hamka dari susuk-susuk itu.

            Pemuda berpostur kurus itu tinggal di rumahnya di sebuah kampung yang terletak tidak jauh dari pasar tempatnya bekerja. Di kediamannya ia hanya tinggal seorang diri dengan ibunya yang kini sedang dalam kondisi kesehatan yang kurang baik. Ibu Hamka kesehariannya hanya bisa terbaring lemah dengan peluh-peluh kesedihan yang akan segera terhapus ketika anak satu-satumya pulang dan berada selalu menemaninya. Sang Ibu menderita leukimia. Sudah tiga tahun terakhir ia hanya bisa berdiam diri di rumah. Kondisi fisiknya melemah.

            “Assalamualaikum mas”, suara kecil mengetuk pintu rumah Hamka.

            Hamka yang sedang bersama ibunya dengan serius mengikuti jalan cerita sinetron yang ditontonnya malam itu bangkit dan membukakan pintu untuk tamunya.

            “Waalaikumussalam Rin. Walah pakai repot-repot segala. Sini masuk dulu. Nonton “Hikmah” (judul sinetron) sama Mas sama Ibuk”, ajak Hamka kepada gadis kecil yang tengah membawakan makanan untuknya dan juga untuk ibunya.

            “Arin mau nonton di rumah saja sama ibuk”, jawab Arin.

            “Makasih ya Rin. Sampaikan juga kepada ibuk. Bilang terimakasih dari kami berdua”, pesan Hamka.

            Arin adalah adik Hamka dari garis ayahnya. Bapak dan ibu Hamka sudah berpisah semenjak Hamka masih duduk di bangku SMP. Ayah Hamka sudah menikah dan memilki dua orang anak. Sementara sang ibu memilih untuk merawat dan membesarkan buah hatinya seorang diri.

heyholetsbroAvatar border
jiyanqAvatar border
belajararifAvatar border
belajararif dan 3 lainnya memberi reputasi
4
288
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan