Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

davidp90Avatar border
TS
davidp90
SKUAT INDIGO 2 BAB 20 SINAR KELAMBU
      <!-- /* Font Definitions */ @font-face {font-family:"Cambria Math"; panose-1:2 4 5 3 5 4 6 3 2 4; mso-font-charset:1; mso-generic-font-family:roman; mso-font-formatemoticon-Embarrassmentther; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:0 0 0 0 0 0;} @font-face {font-family:Calibri; panose-1:2 15 5 2 2 2 4 3 2 4; mso-font-charset:0; mso-generic-font-familyemoticon-Swiss; mso-font-pitch:variable; mso-font-signature:-520092929 1073786111 9 0 415 0;} /* Style Definitions */ p.MsoNormal, li.MsoNormal, div.MsoNormal {mso-style-unhide:no; mso-style-qformat:yes; mso-style-parent:""; margin-top:0cm; margin-right:0cm; margin-bottom:10.0pt; margin-left:0cm; line-height:115%; mso-pagination:widow-orphan; font-size:11.0pt; font-family:"Calibri","sans-serif"; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoChpDefault {mso-style-type:export-only; mso-default-props:yes; mso-ascii-font-family:Calibri; mso-ascii-theme-font:minor-latin; mso-fareast-font-family:Calibri; mso-fareast-theme-font:minor-latin; mso-hansi-font-family:Calibri; mso-hansi-theme-font:minor-latin; mso-bidi-font-family:"Times New Roman"; mso-bidi-theme-font:minor-bidi; mso-fareast-language:EN-US;} .MsoPapDefault {mso-style-type:export-only; margin-bottom:10.0pt; line-height:115%;} @page Section1 {size:612.0pt 792.0pt; margin:72.0pt 72.0pt 72.0pt 72.0pt; mso-header-margin:36.0pt; mso-footer-margin:36.0pt; mso-paper-source:0;} div.Section1 {page:Section1;} -->
BAB 20 SINAR KELAMBU

            Pada pagi hari sama seperti di kehidupan manusia para jin itu juga bekerja untuk memenuhi segala kebutuhan mereka. Hari itu Sinar disuruh oleh ayahnya untuk mengajak Akbar berkeliling desa. Purtri Luguh satu-satunya itu menjelaskan dengan sangat antusias dan secara terperinci tentang tempat tinggalnya.

            “Apa yang sedang mereka lakukan?”, tanya Akbar kepada Sinar.

            “Mereka sedang berlatih bela diri”, ujar Sinar.

            Dari semenjak usia dini anak-anak di kampung itu sudah dibekali dengan ilmu bertarung.

            “Untuk apa?”, tanya Akbar.

            “Untuk kelangsungan hidup kami.”

            “Dari dulu kami sudah diajari untuk selalu waspada dan bersiap diri dengan segala kemungkinan yang bisa saja terjadi”, jelas Sinar.

            “Sudah sepagi ini tapi kenapa kesannya tempat ini sepi?”, kata Akbar.

            “Justru kita yang terlambat. Setelah subuh sebagian besar warga di desa ini sudah pergi ke gunung beramai-ramai untuk menambang”, terang Sinar.

            “Aku merasakan kehadiran keramaian yang sangat sesak dan padat. Tapi kenapa yang aku lihat hanya sebatas rumahmu dan lingkungan di sekitarannya saja?”, tanya Akbar kepada Sinar.

            “Memang seperti itu. Jika kamu terus menyusuri jalan itu maka kamu akan menemukan dan melihat perkampungan yang lainnya yang dari sini tidaklah tampak”, ujar Sinar.

            “Mari aku tunjukkan”, ajak Sinar.

            Sinar membawa Akbar masuk menelusuri salah satu jalan setapak. Sebelumnya yang dari kejauhan terlihat hanya hutan dan semak kini dihadapan manusia itu nampaklah sebuah pemakaman.

            “Ini tempat pemakaman kalian?”, tanya Akbar.

            “Bukan. Ini makam para manusia sepertimu. Jika mereka sudah masuk ke sini mereka sudah tidak bisa kembali lagi ke alamnya”, jawab Sinar yang cukup membuat Akbar gemetar.

            “Kenapa mereka tidak bisa pulang?”, tanya Akbar penasaran.

            “Karena mereka sesat”, jelas Sinar.

            “Lantas bagaimana denganku?”, kata Akbar.

            “Kamu tamu kami. Tentu saja nanti jika sudah tiba waktunya kamu akan pulang.”

            “Lagipula Buyut yang membawamu”, terang Sinar.

            “Memang kenapa dengan Buyut? Sepertinya jin tua itu begitu disegani di sini”, kata Akbar.

            “Kamu kalau bicara yang sopan”, kata Sinar dengan sedikit menekan.

            “Dia salah satu pahlawan bagi kami. Dia juga termasuk tokoh sepuh di desa ini. Kamu beruntung bisa mengenal Buyut dengan baik.”

            “Jangan kamu kira Buyut membawamu kemari melalui pintu depan. Kamu masuk ke desa kami melewati gerbang pintu belakang. Jika bukan karena Buyut semua itu tak mungkin bisa terjadi”, jelas Sinar.

            Keterangan dari Sinar membuat semua jadi masuk akal bagi Akbar. Ia merasakan ketenangan dan juga rasa aman ketika berada di tempat mereka yang ternyata merupakan sebuah kawasan terakhir dari pintu demi pintu dan lapis demi lapis wilayah dari sebuah kerajaan jinyang sangat besar. Mereka berdua pun melanjutkan perjalanan mereka berkeliling desa.

            Matahari terlihat sudah mulai meninggi. Namun di sana mereka sama sekali tidak merasakan panas dan terik. Sinar membawa Akbar menyusuri sungai yang terletak di bawah desa gaib itu.

            “Kemana ujung sungai ini?”, kata Akbar.

            “Ke selatan”, timpal Sinar.

            Dalam percakapannya dengan Sinar tiba-tiba ada kekuatan yang mendorong Akbar hingga ia terjatuh ke tanah. Kemudian sosok tinggi besar datang lalu menindih manusia itu dengan lutut dan kakinya hingga ia tidak bisa bergerak. Sinar yang terkejut melihat itu langsung menjerit.

            “Goro! Dia tamu di sini!”, ujar Sinar setelah mengetahui siapa yang sedang menindih Akbar.

            “Aku tidak suka dengan pikiran kotor manusia ini”, ujar Goro yang masih menindih Akbar.

            “Biarkan saja. Sudah lepaskan”, bujuk Sinar kepada Goro untuk melepaskan dirinya dari tubuh Akbar.

            “Wahai manusia. Kamu jagnan macam-macam dengan putri kami! Dia masih kecil”, ungkap Goro dengan keras. Lantas ia pergi meninggalkan Akbar dan Sinar.

            “Terimakasih”, kata Akbar yang belum juga sempat melihat sosok yang tadi menindihnya. Yang jelas ia tahu bahwa sosok itu mempunyai telapak tangan yang besar dan berbulu ketika ia mendapatkan toyoran darinya.

            “Itu tadi namanya Goro. Dia yang menjaga hutan di sini”, kata Sinar.

            Akbar menjadi malu dan sungkan terhadap anak kepala desa itu. Ketika tadi Goro mengetahui isi pikirannya begitu juga dengan Sinar yang mengetahui isi di dalam pikirannya. Memang siapa yang tidak akan berpikiran demikian jika melihat sosok Sinar.

            “Tadi katanya kamu masih kecil. Memang usia kamu berapa”, tanya Akbar penasaran.

            “Mereka selalu melebih-lebihkan. Menurutku aku sudah cukup dewasa. Usiaku 113 tahun”, jawab Sinar.

            Tinggi Sinar itu lebih tinggi dari pada dirinya. Tubuhnya sintal. Lelukan-lekukannya menjerat mata. Bicaranya lembut dan sikapnya anggun. Namun tetap menampilkan keberanian. Matanya indah berbinar. Wajahnya sejuk untuk dipandang. Kecantikan putri Luguh lebih menarik hati Akbar ketimbang deskripsi tentang desa gaib yang seharian ia dengarkan. Malam harinya laki-laki malang itu sulit untuk memejamkan mata karena hatinya yang tertambat semakin dalam.

            “Kenapa kau membawa manusia itu kemari?”

            Di hari berikutnya Sinar membawa Akbar ke tempat para pemuda-pemuda desa berlatih ilmu beladiri. Salah satu petinggi desa yang membawahi tempat latihan itu menegur Sinar karena membawa tamu ke tempat pelatihan mereka.

            “Aku sudah izin dengan ayahku”, jawab Sinar.

            “Seharusnya kau juga bilang terlebih dahulu kepadaku”, jawab pimpinan tempat itu.

            “Maafkan kelancangan kami Guru.”

            “Izinkanlah kami untuk bergabung dalam sesi latihan hari ini”, Sinar meminta maaf dan memohon kepada pemilik tempat itu.

            “Berbarislah dengan yang lain”, sang Guru mengizinkan.

            Tempat latihan yang Sinar dan Akbar datangi adalah pondok pelatihan di tingkat yang tertinggi dimana di sana berkumpul para petarung-petarung hebat dari desa mereka. Guru yang mengampu mereka selain sosok yang disegani di sana ia juga merupakan mantan pejuang tangguh yang namanya sudah dikenal di seantero kerajaan.

            Setelah selesai pelajaran di sore itu. Murid-murid berhambur pulang. Guru menahan Sinar dan Akbar. Sosok jin yang sudah tua itu ingin berbicara dengan manusia yang datang ke tempatnya itu secara empat mata.

            “Darimana kau mendapatkan benda yang kau simpan di saku kanan celanamu itu”, Guru bertanya tentang Cakar Elangyang dimiliki oleh Akbar.

            “Dia yang memberikannya padaku”, jawab Akbar.

            “Beruntunglah dirimu. Itu adalah sesuatu yang sangat langka. Biasanya sikap mereka sangat angkuh. Pergunakan itu dengan hati-hati”, tukas Guru.

            “Baik Guru”, Akbar patuh.

            Dalam perjalanan pulang dari pondok pelatihan Akbar menanyakan sesuatu yang mengganjal di pikirannya kepada Sinar. Mengapa Guru dan juga murid-muridnya terlihat tidak senang ketika pertama kali ia tiba di sana? “Dahulu kami pernah menerima satu murid dari bangsa kalian. Tapi setelah lama dia di sini dan dia kami perlakukan dengan baik dia justru membikin ulah dan membuat para tetua di desa kami marah”, jawab Sinar.

            Tengah malam pikiran Akbar melayang-layang. Hatinya masih belum bisa lepas dari belenggu tali-tali asmara yang mengikatnya kepada putri tuan rumah tempat tinggalnya untuk sementara. Malam itu benar-benar membuatnya gerah. Sejak memasuki kampung itu Akbar harus berpisah dengan barang yang benar-benar selalu setia menemaninya. Yaitu lintingan tembakau (rokok)yang teracik dengan bumbu-bumbu tambahan lainnya yang membuatnya selalu menyandu. Tidak ada rokok di tempat itu. Sebagai gantinya ia sering memakan manisan atau asam yang disuguhkan kepadanya untuk melawan rasa ketagihannya tersebut. Di malam yang membuatnya panas itu Akbar keluar kamar menuju ke meja makan dimana manisan-manisan itu diletakkan. Setelah hilang rasa getir yang dirasakannya ia pun hendak kembali ke kamarnya untuk tidur. Namun tiba-tiba saja ia ingin buang air kecil. Ia pun mengalihkan langkahnya menuju ke kamar mandi di rumah itu. Malang benar nasib Akbar. Ketika hendak menuju kamar mandi yang terletak di belakang rumah ia harus melewati beberapa kamar. Ada sebuah kamar yang pintunya setengah terbuka. Dari luar Akbar bisa melihat siapa sosok yang tengah tidur di atas ranjang berkelambu itu. Dia adalah Sinar. Dalam keadaan seperti ini tabiat Akbar belum juga bisa dihilangkan.

            Dengan langkah yang diam-diam Akbar memasuki kamar yang telah membukakan pintu untuknya itu. Kini ia pun sudah berada tepat di depan kelambu. Pikirannya mulai menjalar liar. Ia menyibakkan kelambu itu. Seketika adrenalin Akbar terbangun meninggi tidak kantuk lagi. Sinar hanya mengenakan sebuah jarik dalam tidurnya. Terlihat jelas tubuh Sinar yang memancar. Tanpa disadariya tangan kanan Akbar sudah berada beberapa jengkal saja dari simpul jarik yang mengikat di dada Sinar. Ingin sekali ia menarik jarik berwarna cokelat bermotif kembang-kembang itu. Disinilah pertarungan Akbar melawan hawa nafsunya. Setelah membeku begitu lama akhirnya Akbar berhasil menarik tangannya. Ia pun berniat untuk meniggalkan kemaksiatan yang sudah ditawarkan di depan matanya itu. Tapi karena rasa kekagumannya terhadap putri Luguh itu ia pun tak ingin menyia-nyiakan kesempatannya. Sebelum beranjak pergi dari kamar itu Akbar sempatkan mengecup kening Sinar.

            Belum sampai manusia itu keluar dari dalam kamar. Sinar terbangun. Ia membuka kedua mata indahnya sembari tersenyum.

            “Kenapa tidak jadi?”, kata Sinar dengan manja yang berhasil menghentikan langkah Akar.

            Sesaat kemudian Akbar pun melanjutkan langkahnya ke arah keluar kamar. Ketika sampai di depan pintu kamar itu ia pun menutup pintu itu dari dalam.

heyholetsbroAvatar border
jiyanqAvatar border
belajararifAvatar border
belajararif dan 3 lainnya memberi reputasi
4
263
1
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan