Liga Champions musim 2020-2021 baru akan memasuki fase perempat final. Kedelapan klub yang sudah memiliki tiket di babak delapan besar sedang menunggu lawan mereka karena undian belum lagi dilangsungkan.

Oleh karenanya para Manager tim masih harus bersabar untuk bisa menganalisa serta menentukan taktik yang akan dipakai untuk bisa lolos ke babak semifinal.

Berbicara tentang Manager tim, media olahraga baik di dalam maupun luar negeri banyak yang memberitakan bagaimana Manager asal Jerman menguasai babak perempat final Liga Champions. Betapa tidak? Separuh dari perempatfinalis Liga Champions musim ini dibesut orang Jerman.

Mungkin nostalgia musim lalu menjadi sebabnya. Tiga dari empat Manager tim asal Jerman ada di babak semifinal.

Selanjutnya All-Jerman di pinggir lapangan menjadi pemandangan laga puncak. Saat itu Hans-Dieter Flick beradu taktik dengan Thomas Tuchel di laga final Liga Champions.



Namun yang menarik bagi saya bukanlah kehebatan Manager tim asal Jerman. Justru pada babak perempat final nanti, hanya satu Manager yang bukan berasal dari Benua Biru. Itu yang menjadi daya tarik bagi saya.

Sang Pria tersebut bernama Mauricio Pochettino yang merupakan seorang Argentina. Saat ini Pochettino merupakan nahkoda Paris Saint Germain.

Sejarah Liga Champions mencatat, bahwa sampai saat ini hanya 4 kali gelar juara Liga Champions dimenangi sebuah tim yang diarsiteki orang Non-Eropa.

Pada empat kali kesempatan itu, tercatat dua nama asal Argentina yang berhasil membawa sebuah tim menjadi juara di kasta tertinggi kompetisi antarklub Eropa.

Adalah Luis Carniglia bersama Real Madrid pada tahun 1958 dan 1959 dan terakhir adalah Helenio Hererra saat mengantarkan Inter Milan menjadi kampiun tahun 1964 dan 1965.



Itu artinya sudah sangat lama sekali dimana ada seorang Non-Eropa sanggup membawa sebuah tim menjadi juara Liga Champions bahkan pada saat itu kompetisi masih bertajuk Piala Champions.

Terakhir kali dimana final Liga Champions hampir dimenangi seorang Manager Non-Eropa adalah pada musim 2018-2019.

Namun sayang pada laga puncak musim itu, Juergen Klopp bersama Liverpool sukses mengalahkan Tottenham Hotspur. Dan Manager The Lilywhites pada final tersebut ialah Mauricio Pocehttino.

Musim ini, Pochettino akan mengejar asa menjadi yang terbaik di Eropa bersama Paris Saint Germain (PSG). Musim lalu, Les Parisiens sukses melaju ke partai final.

Hal tersebut tentu membuat Presiden klub dan para penggemar meletakkan harapan di pundak Pochettino untuk bisa membawa Kylian Mbappe dkk kembali meluncur ke babak final musim ini.



Apabila PSG mampu lolos hingga laga puncak maka Pochettino tentu berharap kali ini dia bisa sukses mengangkat trophy Si Kuping Besar.

Karena apabila kembali gagal, maka Pochettino akan bernasib sama dengan dua kompatriot asal Argentina lainnya yang dua kali gagal menjadi juara saat tiba di final.

Masih ingat dua Manager tim asal Argentina tersebut? Diego Simeone dan Hector Cuper.



Hector Cuper gagal dalam dua final secara beruntun, tepatnya musim 1999-2000 dan 2000-2001. Valencia yang diasuhnya takluk pada dua final saat berjumpa Real Madrid dan Bayern Munich.



Sementara Real Madrid juga menjadi mimpi buruk bagi Diego Simeone. Dalam dua kesempatan final yakni pada musim 2013-2014 dan 2015-2016, Simeone dan Atletico Madrid tumbang dari Real Madrid.

Hmmm, bagaimana ya nasib Mauricio Pochettino musim ini? Sekali lagi sabar ya, kan undian perempat final belum juga digelar toh!

#RinganJari