Pengaturan

Gambar

Lainnya

Tentang KASKUS

Pusat Bantuan

Hubungi Kami

KASKUS Plus

© 2024 KASKUS, PT Darta Media Indonesia. All rights reserved

Rebek22Avatar border
TS
Rebek22
Filosofi Menunjuk




Pernah kah anda berfikir, adakah makna tersembunyi dari menunjuk? Mungkin sebagian orang akan menganggap hal ini tidak penting, sebab melakukan hal tersebut sangat lah mudah sehingga filosofi saya yang mungkin terkandung di dalamnya kita abaikan.

Dalam satu tangan, kita memiliki lima jari, dan ketika menunjuk maka jari telunjuk kita akan mengarah kepada orang yang di maksud. Maka dari itu jari tersebut di namai telunjuk, atau jari yang mewakili maksud kita untuk menunjukan sesuatu kepada orang lain.

Mungkin ini filosofi konyol dan tidak penting, tapi apa salahnya jika di bagikan kepada orang lain. Kita memiliki lima jari dan jika semua jari kita anggap sebagai sesuatu yang bisa mewakili diri kita untuk menunjukan sesuatu, maka saat kita menunjuk posisi jari-jari di tangan kita akan seperti ini, satu ke orang yang di maksud, tiga ke arah kita, satunya lagi ke sekitar.

Jadi apa maksudnya? Kita ibaratkan jika diri ini hendak menyalahkan orang lain. Kita menunjuk seseorang sambil berkata " Ini salah mu ! "

Jari telunjuk kita menunjuk orang yang ingin di salahkan, satu point untuk orang yang di maksud. Sementara itu ada tiga jari yang mengarah ke kita, jika kita memakainya pengibaratan di paragraf sebelumnya, maka kita mendapatkan tiga point karena tiga jari lain menunjuk ke arah kita.

Artinya apa? Pada dasarnya ketiga jari yang mengarah ke kita merupakan teguran. Teguran? Ingat, tiga point ke kita, artinya saat menyalahkan orang, satu point untuk orang lain, sementara tiga point untuk kita bertanya dan mengintrosprksi diri " Apa kah sudah layak saya menyalahkan orang ini? "

Jika kita menunjuk orang sambil berkata.
" Mukamu jelek! "
Satu point untuk orang yang di maksud, dan tiga point untuk kita introspeksi " Apa kah saya jauh lebih tampan darinya? " Dan begitu seterusnya.

Menunjuk adalah perkara mudah, saking mudahnya kita sampai tidak berfikir dua kali untuk melakukannya dan sering kali tindakan tersebut kita maksudkan untuk melimpahkan kesalahan kepada orang lain.

" Dia yang salah bu "

Padahal jika kita berfikir dewasa, pada dasarnya kesalahan itu tidak bisa di limpahkan kepada suatu individu. Lihat lah dari beragam sudut pandang, tanya pada diri kita sendiri, apakah saya juga melakukan kesalahan? Mungkin kah kesalahan yang dia buat terjadi karena diri ini melakukan kesalahan juga?

Rasanya, Jarang sekali ada orang yang mau dengan berani mengangkat tangan sambil berkata " Ini salah saya " Ketika di suatu kelompok terjadi kesalahan. Kita semua cenderung menunjuk orang lain untuk di salahkan, dan berlomba-lomba menjadi yang paling benar. padahal jika kita kembali pada filosofi menunjuk, seharusnya kita introspeksi diri sebelum menunjuk karena bisa saja kesalahan kita lah yang membuat orang lain bertindak salah
Jika sudah seperti itu, bukan kah perpecahan yang akan terjadi? Masing-masing orang menganggap dirinya benar, dan enggan disalahkan. Pada akhirnya, bukan solusi yang akan muncul, melainkan konflik yang berkepanjangan karena kesalahan yang terjadi terus ada tanpa memiliki tuan. Apa salahnya menganggap kita semua salah? Dan apa kah tidak ada yang berfikir, jika menyalahkan orang lain tidak akan menyelesaikan masalah. Dari pada menyalahkan, bukan kah lebih baik bertindak? Perbanyak kerja dari pada bicara, karena bicara sampai berbusa pun tidak akan menyelesaikan apapun, yang ada pecah tuh pita suara.

Banjir melanda, jangan langsung koar-koar pemerintah tidak becus. Introspeksi diri dulu.

" sudah kah saya tidak membuang sampah di kali? "

" Sudah kah saya peduli pada lingkungan? "

" Sudah kah saya berinisiatif untuk memperbanyak daerah resapan air "

" Sudahkan saya mengajak orang lain untuk peduli lingkungan? "

Kadang-kadang tuh, kita lebih merhatiin kesalahan orang dari pada kesalahan diri sendiri. Kitanya yang buang sampah di kaki, eh pas banjir langsung nulis Status

" Pemerintah tidak becus "

Atau nyalahin pihak laen

" Nih banjir gara-gara pada bagun rumah di pinggir kali "

Lah kocag.....

Kalau gak mau gerak udah jangan nyalahin orang, dan malah jadi propokator. Di kira pantes gitu, diem di rumah sambil posting-posting gak jelas yang isinya nyalahin beragam pihak, padahal gak ngelakuin apapun yang bisa menjadi solusi?

Hargain mereka yang mau menganggap dirinya salah, dan bergerak demi mencari solusi.

Inget bos, negara ancur karena tiga " Or " :

1. Koruptor
2. Propokator
3. Pelakor

Dari semua itu, yang paling hina bagi saya ya propokator, nyulut sumbu doang, abis itu kabur.

Inget menunjuk orang tuh mudah, nyalahin orang tuh gampang, pake baget malah, karena orang yang salah pun bisa melakukan hal tersebut. Jangan mencari siapa yang salah, karena tidak orang yang mau di salahkan, dan kalau kita tetep kekeh mencari siapa yang salah, ya ujung-ujungnya maen salah-salahan. Kalau udah begitu, masalah gak akan selesai, yang ada konflik.

Cari apa yang salah, perbaiki bareng-bareng, cuman itu. Gampang, talk less di more. Bukannya more talk do noting atau talk only because im most true.

Maka dari itu, berfikir lah sebelum menunjuk. Ingat, hal itu memang mudah di lakukan. Tapi, ingat karena mudah hal tersebut justru bisa menimbulkan masalah.



0
1.3K
2
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Urutan
Terbaru
Terlama
GuestAvatar border
Guest
Tulis komentar menarik atau mention replykgpt untuk ngobrol seru
Komunitas Pilihan