- Beranda
- Komunitas
- Story
- Stories from the Heart
Bila Kekasihku


TS
mungka
Bila Kekasihku
Hai semua. Sungguh, hari ini adalah hari yang cerah. Lihatlah, cahaya matahari menyinari bumi. Tidak terlalu panas. Embusan angin bertiup pelan menerpa wajah. Cuaca yang sangat bersahabat. Astaga, menyenangkan sekali, bukan? Kalian tahu apa yang cocok dengan suasana hari ini. Tentu saja sepotong buah semangka dan jus jeruk. Duh, membayangkannya saja sudah terasa nikmat. Hampir saja aku lupa, suasana seperti juga sangat cocok untuk digunakan untuk membicarakan sesuatu. Ya, sesuatu yang riang gembira seperti hari yang cerah ini. Bagaimana kalau kita membicarakan mengenai cinta? Jangan salah, aku cukup berpengalaman mengenai masalah ini. Cinta selalu menjadi topik pembicaraan yang menyenangkan. Baiklah, dengan senang hati aku akan menceritakan kisah cinta yang sangat romantis. Kisah cinta yang aku sendiri adalah pelakunya.
Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Tidak terlalu lama, dan tentu saja masih sangat membekas di ingatan. Kisah antara aku dan kekasihku yang tercinta. Adalah Bila, wanita cantik yang telah membuatku mabuk kepayang. Rambut panjangnya indah bergelombang. Kulitnya kuning langsat. Ada dua berlian menggantung di wajahnya. Ya, matanya seperti zamrud yang selalu berpendar indah jika terkena cahaya matahari. Bibir tipisnya terkadang membuatku gemas. Suaranya juga lembut dengan aksennya yang unik. Bila memiliki golongan darah A dan zodiaknya adalah gemini. Makanan favoritnya adalah mi ayam. Aku tahu betul semuanya. Semuanya.
Bila sangat baik. Hal itu membuatku merasa bangga menjadi kekasihnya. Lihat ini, di jari manis tangan kiriku. Ada sebuah plester bermotif bunga yang melingkar dengan indahnya. Ini adalah perbuatan Bila. Dia sangat perhatian denganku. Waktu itu, Bila sedang kesusahan untuk memindahkan motornya yang terkurung di antara puluhan motor lain yang terparkir di sebuah gedung kampus ternama di kotaku. Memang kebiasaan para mahasiswa yang terburu-buru menghadiri kelas, membuat mereka asal saja meletakkan motornya. Sebagai kekasih yang pengertian, aku bergegas menolong Bila untuk mengeluarkan motornya. Namun malang, jari manisku malah tersangkut stang motor lain dan membuatnya terjepit. Darah segar segera mengalir membasahi tanganku. Aku bisa melihat wajah Bila yang berubah menjadi panik. Dengan cepat, Bila merogoh isi tasnya dan mengeluarkan plester cantik itu. Dalam sekejap, jari manisku sudah dibalut dengan plester bermotif bunga, pun motor Bila juga sudah keluar dari kerumunan motor-motor yang berserakan.
Romantis, bukan? Tentu saja sangat romantis. Kalian jangan sampai iri, loh. Selain baik, Bila adalah orang yang sibuk. Selama tujuh hari dalam seminggu, selalu saja ada kegiatannya baik di kampus maupun di luar. Aku tahu betul apa saja kegiatannya. Karena aku selalu berada di dekatnya. Hari Senin, Selasa, dan Rabu adalah jadwal kuliah Bila. Kamis adalah jadwalnya berlatih biola. Sepertinya aku lupa memberitahu kalian kalau Bila sangat ahli bermain biola. Gesekannya sangat merdu dan menggugah hati. Bila selalu memainkannya di malam hari khusus untukku. Lagu favoritnya ketika bermain biola adalah Chopin, Nocturne Op 09. Kalian harus dengar lagu itu. Sangat indah. Namun, tentu saja tidak seindah ketika Bila yang memainkannya. Bila biasanya berlatih biola di sebuah tempat les yang tidak jauh dari rumahnya. Cukup 15 menit berjalan kaki. Aku sering mengantar Bila ke sana. Apa masih ingin kulanjutkan mengenai aktivitas harian Bila? Ah, sepertinya tidak perlu.
Namun terkadang, sebuah hubungan tidak selalu bisa berjalan dengan lancar. Kadang kala, akan muncul badai besar yang datang mengguncang keharmonisan sebuah hubungan. Itulah yang terjadi antara aku dan Bila beberapa hari yang lalu. Aku sudah menyadarinya. Sungguh, gerak-gerik orang itu sangat mencurigakan.
Dia adalah guru biola di tempat Bila les. Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak khas tentara. Guratan wajahnya terlihat ramah. Namun aku tahu, itu adalah wajah-wajah para maniak. Mereka adalah orang-orang yang akan selalu mengikuti korbannya ke mana pun. Mereka sangat menikmati momen-momen seperti itu. Benar-benar mengerikan.
Pria itu, yang aku tidak mau ketahui namanya, selalu bersikap berlebihan kepada Bila. Cara dia memberikan perhatian ke Bila membuatku jengah. Pandai sekali pria itu bermanis-manis cara bicaranya. Sungguh, ini adalah contoh pria yang harus dijauhi oleh kaum wanita. Pria-pria yang hanya memanfaatkan posisinya untuk bisa berdekatan dengan wanita yang sudah menjadi kekasih orang lain. Kekasihku.
Waktu itu, aku tidak bisa berbuat banyak. Aku tidak mau membuat Bila khawatir dan akhirnya merasa tidak nyaman dengan tempat les biolanya. Yang aku bisa lakukan waktu itu hanya mengamati. Ya, mengamati dari kejauhan. Untungnya, jendela gedung les biola itu tembus pandang. Orang luar sepertiku bisa dengan leluasa melihat aktivitas orang-orang yang berada di dalam gedung les biola. Aku hanya terus berdoa dalam hati agar Bila segera tersadar dengan tingkah aneh pria itu. hingga, tiba waktunya bagiku untuk bergerak.
Dari kejauhan aku bisa melihat pria itu menuntun Bila ke sebuah ruangan. Dia dengan kurang ajarnya berani menyentuh jemari Bila yang lembut, lalu menggandengnya. Entah apa yang mereka bicarakan, aku bisa melihat mereka tertawa dengan bahagia. Astaga, menceritakannya saja sudah membuatku merasa ingin muntah. Aku tidak tinggal diam, dengan cepat aku segera berlari mengejar mereka. Memasuki gedung les biola yang hari itu tidak terlalu banyak pengunjungnya.
Ruang Alat Musik. Tulisan itu terpampang jelas di depan pintunya. Lelaki sialan, berani-beraninya dia membawa Bila ke tempat seperti ini di saat gedung les sedang sepi. Dari balik pintu aku bisa mendengar suara Bila yang masih tertawa mendengar guyonan garing pria itu. Namun tiba-tiba, Bila berteriak sekuat tenaga. Refleks, aku segera mendobrak pintu dan melihat pria itu sedang mendekap Bila. Seperti tersambar petir, aku kalap. Dengan emosi yang memuncak sampai ubun-ubun, aku ambil setangkai besi yang tersandar di dekat pintu, lalu dengan gerakan pasti langsung menghujam kepala bedebah itu sekuat tenaga. Dia tersungkur tidak sadarkan diri. Ada rasa bahagia setelah melakukan tindakan barusan. Astaga, kenapa tidak dari dulu saja aku seperti itu?
“A-apa yang kau lakukan?” Bila bertanya. Wajahnya terlihat ketakutan. Tentu saja dia ketakutan setelah menerima perlakuan tidak pantas dari pria brengsek yang sekarang sedang tidak sadarkan diri ini.
“Jangan khawatir, Sayang. Kau aman sekarang.” Aku menjawab. Ya ampun, entah sudah berapa lama semenjak terekahir kali aku berbicara dengannya.
“Sa-sayang? Kau siapa?” Bila bertanya lagi.
Aku hanya bisa mengerutkan alis. “Siapa? Aku ini kekasihmu, Bila. Tidak mungkin kau lupa, bukan?” Aku mengangkat tangan kiri. “Lihat ini. Ini plester yang kau berikan dulu. Tanda cintamu padaku. Kita sudah menjalin kasih. Kau ingat kan, Bilaku sayang?”
Wajah Bila semakin pucat. Dia menggeleng dengan kencang. Aku sadar kalau Bila masih sedikit terguncang akibat tindakanku barusan. Apa mungkin aku terlalu berlebihan?
Aku tersenyum tulus. “Kita selalu bersama, Sayang. Aku selalu menemanimu belajar di kampus. Tidak kah kau ingat? Kita juga sering makan mi ayam bersama. Bahkan, tiap malam kau selalu memainkan biola untukku. Nocturne, Op 09. Itu musik yang indah. Aku sangat suka jika kau sudah memainkannya untukku.”
Bila terlihat semakin ketakutan. Perlahan-lahan dia mundur hingga tertahan oleh dinding ruangan. Aku terus berjalan mendekatinya. Aku yakin pria itu sudah mempengaruhi pikiran Bila.
“A-aku tidak tahu siapa dirimu. Ma-maafkan aku jika ada salah dengamu. Tolong pergi.” Bila mulai meracau. Dia menangis.
“Sayang, jangan menangis. Aku tahu kalau pria sialan itu telah membuatmu melupakanku. Tapi jangan khawatir. Aku selalu berada di dekatmu. Sangat dekat. Hanya aku yang boleh melindungimu. Hanya aku yang boleh mendengarkan gesekan biolamu. Hanya aku saja. Tidak boleh ada yang lain.” Aku mengelus pipi Bila lembut. Ya ampun, halus sekali pipinya.
“Ka-kau seorang penguntit.” Bila berkata. Suaranya seperti tertahan di tenggorokan.
“Aku apa?”
DUG!
Tiba-tiba aku tersungkur jatuh. Kepala belakangku berdenyut seketika. Pandanganku mulai kabur. Sialan. Ini ulah pria itu. Dia menyerang di saat aku sedang berbincang dengan Bila, kekasihku. Aku bisa melihat pria itu mendekati Bila. Memeluknya. Sial. Sial. Sial.
***
Setelah kejadian itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Hal terakhir yang aku ingat adalah ketika aku berhasil melarikan diri dari penjara. Entah apa salahku, tiba-tiba dijebloskan saja ke dalam penjara. Sungguh tidak masuk akal.
Bagaimana dengan Bila? Ah, dia akhirnya mengingatku sekarang. Sungguh, ini adalah happy ending. Kami berdua hidup bahagia sekarang. Lihatlah, Bila sedang tersenyum ke arahku. Kulitnya lebih putih sekarang. Bibirnya tetap menggemaskan seperti dulu. Matanya sedikit sayu. Entah kenapa, warna zamrud di matanya sudah berubah warna. Menjadi putih seutuhnya. Ah, mungkin Bila butuh istirahat lebih. Setidaknya, lemari itu akan menghangatkan dirinya.

Sumber gambar : Google
Kisah ini terjadi beberapa waktu yang lalu. Tidak terlalu lama, dan tentu saja masih sangat membekas di ingatan. Kisah antara aku dan kekasihku yang tercinta. Adalah Bila, wanita cantik yang telah membuatku mabuk kepayang. Rambut panjangnya indah bergelombang. Kulitnya kuning langsat. Ada dua berlian menggantung di wajahnya. Ya, matanya seperti zamrud yang selalu berpendar indah jika terkena cahaya matahari. Bibir tipisnya terkadang membuatku gemas. Suaranya juga lembut dengan aksennya yang unik. Bila memiliki golongan darah A dan zodiaknya adalah gemini. Makanan favoritnya adalah mi ayam. Aku tahu betul semuanya. Semuanya.
Bila sangat baik. Hal itu membuatku merasa bangga menjadi kekasihnya. Lihat ini, di jari manis tangan kiriku. Ada sebuah plester bermotif bunga yang melingkar dengan indahnya. Ini adalah perbuatan Bila. Dia sangat perhatian denganku. Waktu itu, Bila sedang kesusahan untuk memindahkan motornya yang terkurung di antara puluhan motor lain yang terparkir di sebuah gedung kampus ternama di kotaku. Memang kebiasaan para mahasiswa yang terburu-buru menghadiri kelas, membuat mereka asal saja meletakkan motornya. Sebagai kekasih yang pengertian, aku bergegas menolong Bila untuk mengeluarkan motornya. Namun malang, jari manisku malah tersangkut stang motor lain dan membuatnya terjepit. Darah segar segera mengalir membasahi tanganku. Aku bisa melihat wajah Bila yang berubah menjadi panik. Dengan cepat, Bila merogoh isi tasnya dan mengeluarkan plester cantik itu. Dalam sekejap, jari manisku sudah dibalut dengan plester bermotif bunga, pun motor Bila juga sudah keluar dari kerumunan motor-motor yang berserakan.
Romantis, bukan? Tentu saja sangat romantis. Kalian jangan sampai iri, loh. Selain baik, Bila adalah orang yang sibuk. Selama tujuh hari dalam seminggu, selalu saja ada kegiatannya baik di kampus maupun di luar. Aku tahu betul apa saja kegiatannya. Karena aku selalu berada di dekatnya. Hari Senin, Selasa, dan Rabu adalah jadwal kuliah Bila. Kamis adalah jadwalnya berlatih biola. Sepertinya aku lupa memberitahu kalian kalau Bila sangat ahli bermain biola. Gesekannya sangat merdu dan menggugah hati. Bila selalu memainkannya di malam hari khusus untukku. Lagu favoritnya ketika bermain biola adalah Chopin, Nocturne Op 09. Kalian harus dengar lagu itu. Sangat indah. Namun, tentu saja tidak seindah ketika Bila yang memainkannya. Bila biasanya berlatih biola di sebuah tempat les yang tidak jauh dari rumahnya. Cukup 15 menit berjalan kaki. Aku sering mengantar Bila ke sana. Apa masih ingin kulanjutkan mengenai aktivitas harian Bila? Ah, sepertinya tidak perlu.
Namun terkadang, sebuah hubungan tidak selalu bisa berjalan dengan lancar. Kadang kala, akan muncul badai besar yang datang mengguncang keharmonisan sebuah hubungan. Itulah yang terjadi antara aku dan Bila beberapa hari yang lalu. Aku sudah menyadarinya. Sungguh, gerak-gerik orang itu sangat mencurigakan.
Dia adalah guru biola di tempat Bila les. Seorang laki-laki berperawakan tinggi dengan rambut cepak khas tentara. Guratan wajahnya terlihat ramah. Namun aku tahu, itu adalah wajah-wajah para maniak. Mereka adalah orang-orang yang akan selalu mengikuti korbannya ke mana pun. Mereka sangat menikmati momen-momen seperti itu. Benar-benar mengerikan.
Pria itu, yang aku tidak mau ketahui namanya, selalu bersikap berlebihan kepada Bila. Cara dia memberikan perhatian ke Bila membuatku jengah. Pandai sekali pria itu bermanis-manis cara bicaranya. Sungguh, ini adalah contoh pria yang harus dijauhi oleh kaum wanita. Pria-pria yang hanya memanfaatkan posisinya untuk bisa berdekatan dengan wanita yang sudah menjadi kekasih orang lain. Kekasihku.
Waktu itu, aku tidak bisa berbuat banyak. Aku tidak mau membuat Bila khawatir dan akhirnya merasa tidak nyaman dengan tempat les biolanya. Yang aku bisa lakukan waktu itu hanya mengamati. Ya, mengamati dari kejauhan. Untungnya, jendela gedung les biola itu tembus pandang. Orang luar sepertiku bisa dengan leluasa melihat aktivitas orang-orang yang berada di dalam gedung les biola. Aku hanya terus berdoa dalam hati agar Bila segera tersadar dengan tingkah aneh pria itu. hingga, tiba waktunya bagiku untuk bergerak.
Dari kejauhan aku bisa melihat pria itu menuntun Bila ke sebuah ruangan. Dia dengan kurang ajarnya berani menyentuh jemari Bila yang lembut, lalu menggandengnya. Entah apa yang mereka bicarakan, aku bisa melihat mereka tertawa dengan bahagia. Astaga, menceritakannya saja sudah membuatku merasa ingin muntah. Aku tidak tinggal diam, dengan cepat aku segera berlari mengejar mereka. Memasuki gedung les biola yang hari itu tidak terlalu banyak pengunjungnya.
Ruang Alat Musik. Tulisan itu terpampang jelas di depan pintunya. Lelaki sialan, berani-beraninya dia membawa Bila ke tempat seperti ini di saat gedung les sedang sepi. Dari balik pintu aku bisa mendengar suara Bila yang masih tertawa mendengar guyonan garing pria itu. Namun tiba-tiba, Bila berteriak sekuat tenaga. Refleks, aku segera mendobrak pintu dan melihat pria itu sedang mendekap Bila. Seperti tersambar petir, aku kalap. Dengan emosi yang memuncak sampai ubun-ubun, aku ambil setangkai besi yang tersandar di dekat pintu, lalu dengan gerakan pasti langsung menghujam kepala bedebah itu sekuat tenaga. Dia tersungkur tidak sadarkan diri. Ada rasa bahagia setelah melakukan tindakan barusan. Astaga, kenapa tidak dari dulu saja aku seperti itu?
“A-apa yang kau lakukan?” Bila bertanya. Wajahnya terlihat ketakutan. Tentu saja dia ketakutan setelah menerima perlakuan tidak pantas dari pria brengsek yang sekarang sedang tidak sadarkan diri ini.
“Jangan khawatir, Sayang. Kau aman sekarang.” Aku menjawab. Ya ampun, entah sudah berapa lama semenjak terekahir kali aku berbicara dengannya.
“Sa-sayang? Kau siapa?” Bila bertanya lagi.
Aku hanya bisa mengerutkan alis. “Siapa? Aku ini kekasihmu, Bila. Tidak mungkin kau lupa, bukan?” Aku mengangkat tangan kiri. “Lihat ini. Ini plester yang kau berikan dulu. Tanda cintamu padaku. Kita sudah menjalin kasih. Kau ingat kan, Bilaku sayang?”
Wajah Bila semakin pucat. Dia menggeleng dengan kencang. Aku sadar kalau Bila masih sedikit terguncang akibat tindakanku barusan. Apa mungkin aku terlalu berlebihan?
Aku tersenyum tulus. “Kita selalu bersama, Sayang. Aku selalu menemanimu belajar di kampus. Tidak kah kau ingat? Kita juga sering makan mi ayam bersama. Bahkan, tiap malam kau selalu memainkan biola untukku. Nocturne, Op 09. Itu musik yang indah. Aku sangat suka jika kau sudah memainkannya untukku.”
Bila terlihat semakin ketakutan. Perlahan-lahan dia mundur hingga tertahan oleh dinding ruangan. Aku terus berjalan mendekatinya. Aku yakin pria itu sudah mempengaruhi pikiran Bila.
“A-aku tidak tahu siapa dirimu. Ma-maafkan aku jika ada salah dengamu. Tolong pergi.” Bila mulai meracau. Dia menangis.
“Sayang, jangan menangis. Aku tahu kalau pria sialan itu telah membuatmu melupakanku. Tapi jangan khawatir. Aku selalu berada di dekatmu. Sangat dekat. Hanya aku yang boleh melindungimu. Hanya aku yang boleh mendengarkan gesekan biolamu. Hanya aku saja. Tidak boleh ada yang lain.” Aku mengelus pipi Bila lembut. Ya ampun, halus sekali pipinya.
“Ka-kau seorang penguntit.” Bila berkata. Suaranya seperti tertahan di tenggorokan.
“Aku apa?”
DUG!
Tiba-tiba aku tersungkur jatuh. Kepala belakangku berdenyut seketika. Pandanganku mulai kabur. Sialan. Ini ulah pria itu. Dia menyerang di saat aku sedang berbincang dengan Bila, kekasihku. Aku bisa melihat pria itu mendekati Bila. Memeluknya. Sial. Sial. Sial.
***
Setelah kejadian itu, aku tidak ingat apa-apa lagi. Hal terakhir yang aku ingat adalah ketika aku berhasil melarikan diri dari penjara. Entah apa salahku, tiba-tiba dijebloskan saja ke dalam penjara. Sungguh tidak masuk akal.
Bagaimana dengan Bila? Ah, dia akhirnya mengingatku sekarang. Sungguh, ini adalah happy ending. Kami berdua hidup bahagia sekarang. Lihatlah, Bila sedang tersenyum ke arahku. Kulitnya lebih putih sekarang. Bibirnya tetap menggemaskan seperti dulu. Matanya sedikit sayu. Entah kenapa, warna zamrud di matanya sudah berubah warna. Menjadi putih seutuhnya. Ah, mungkin Bila butuh istirahat lebih. Setidaknya, lemari itu akan menghangatkan dirinya.

Sumber gambar : Google
0
343
1


Komentar yang asik ya
Urutan
Terbaru
Terlama


Komentar yang asik ya
Komunitas Pilihan